Chapter 3: Liam Being Liam
Liam tidak bisa tidur semalaman. Entah karena memang ia sehabis minum minuman berkafein tadi sore, atau memang ia hanya parno. Bahkan lampu kamar mandi yang menyatu dengan kamarnya pun menyala untuk berjaga-jaga.
Salahkan Jamie. Ini semua salah Jamie.
Liam memutuskan untuk mengambil ponselnya dan menelpon Natalia. Ia tahu gadis itu akan mengamuk jika ia menelpon tengah malam, tapi Liam benar-benar tak punya pilihan.
"Plis angkat dong..." Liam menggumam sambil menunggu tulisan timer waktu muncul; menandakan bahwa telponnya sudah diangkat.
Setelah beberapa saat, gadis itu mengangkat telponnya.
"Apaan?" ujar Natalia dengan nada tidak bersahabat. "Ganggu tidur aja sih."
"Nat aku ngga bisa tidur," serbu Liam dengan nada memelas. "Gara-gara tadi abis ke pemakaman adek kelas itu. Takut, Nat."
"Lah ngapain kamu ke pemakaman adek kelas itu?" tanya Natalia lalu terdengar suara menguap setelahnya.
"Itu Nat... sebenernya dia suka sama aku katanya," ujar Liam pelan. "Trus sahabatnya pengen aku dateng ke pemakamannya. Maaf ya tadi ga bilang, abis takutnya kamu marah."
"Woelah lebay amat segala marah," Natalia tertawa kecil. "Bagus dong kalo adek kelas itu pernah naksir kamu. Itu artinya kamu laku."
"Nat elah serius," Liam mengerang lalu memeluk bantalnya erat. "Apa aku pindah ke kamar Mami aja ya..." (anying manggilnya mami)
"Ya udah sana pindah."
"Kamu ga mau nemenin telponan sampe besok?" Liam mengerang lagi dengan nada memelas.
"Ngabisin pulsa anjir," Natalia menggerutu. "Udah sana pindah ke kamar Mami."
Liam menghela nafas pelan lalu mengiyakan, sebelum akhirnya mengakhiri panggilannya. Hah, harusnya ia tahu Natalia akan bersikap acuh tak acuh. Dengan sedikit rasa jengkel, Liam mencoba mencari posisi tidur yang nyaman karena ia tidak mungkin benar-benar pindah ke kamar ibunya.
+
Keesokannya, Liam menghampiri Natalia dengan wajah terkantuk-kantuk. Bagaimana tidak? Ia baru bisa tidur jam 4 pagi.
Jam. 4. Pagi.
Liam tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Jamie atas perasaan takutnya itu. Mungkin juga karena efek suka menonton film horor bersama Louis sejak mereka masih kecil; Liam jadi suka menghayal hantu-hantu yang datang dari kematian seseorang yang tidak diberkahi. Liam bergidik ngeri.
Liam menarik kursi di hadapan pacarnya itu lalu duduk dengan tatapan lesu.
"Nggak makan?" suara Natalia yang masuk ke kupingnya itu membuat Liam mengerjap. Gadis itu mencibir lalu memutar bola mata. "Kenapa sih ngelamun terus?"
"Siapa yang ngelamun?" Liam mencoba membantah, lalu bersandar di kursinya. "Aku nggak laper, Nat."
"Oh, ya udah," Natalia mengendikkan bahu lalu kembali mengunyah roti isinya yang sejujurnya membuat Liam sedikit ngiler.
"Kamu nggak mau apa kali-kali bawain aku bekel?" Liam bertanya secara tiba-tiba. Ia sendiri tidak tahu mengapa ia berkata seperti itu.
Natalia berhenti mengunyah, menatap Liam, lalu mengendikkan bahu.
"Bikin aja sendiri."
Liam mendengus. "Louis aja dibawain bekel terus sama pacarnya."
Seolah tahu bahwa Louis sebenarnya tidak punya pacar, Natalia hanya menatap Liam datar sambil mengunyah, yang membuat Liam makin mendengus.
![](https://img.wattpad.com/cover/40024909-288-k827872.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
julia ft. liam james p
FanfictionAda satu hal yang selalu membuat Liam heran; kenapa orang-orang bisa bertahan ketika pasangan mereka berubah? // Genre : FanFiction & Mystery // [ Copyright © 28thOfJuly 2015 ]