.6.

2.1K 218 2
                                    

Pagi yang cerah ini, Fia bangun dengan senyum tipis karena ada janji dengan Frash. Dia akan jalan bersama Frash ke taman kota. Kemarin Frash sudah izin kepada orang tuanya.

Hidup Fia beberapa hari terakhir juga terasa tak nyaman. Tama yang selalu menghampirinya setiap ada kesempatan dan memancing emosi Frash. Pernah ada satu kejadian heboh, karena Frash hampir hilang kendali. Jika tak ada Fia di sana mungkin Tama sudah babak belur dan di larikan ke rumah sakit.

Dengan tenang Fia menunggu kehadiran Frash. Untuk mengisi waktu senggang dia membaca buku.

Beberapa saat kemudian, suara deru motor memasuki perkarangan rumahnya. Dengan senyum tipis Fia bangkit dari duduk dan berjalan ke arah pintu depan. Perlahan dia membuka pintu dengan senyum manis.

Senyumnya hilang saat melihat siapa tamunya, dia adalah Tama. Fia menatap ke arah Tama dengan datar.

“Hai, boleh masuk?” tanya Tama dengan senyum manis.

“Pergi, gak terima tamu” balas Fia dan berniat menutup pintu rumah tapi terhalang oleh kaki Tama, yang masuk ke celah pintu.

“Gak sopan mengusir tamu loh” ucap Tama dengan senyum manisnya dan itu membuat Fia muak.

Mendengar perkataan Tama barusan membuat Fia bertambah kesal, saat akan membuka suara , kata-kata yang ada di otaknya hilang saat menyadari kehadiran seseorang. Frash memasuki perkarangan rumah Fia dengan motor kesayangannya.

Dengan sorot mata tajam Frash menatap ke arah Tama. Frash berjalan ke arah mereka dengan langkah penuh ancaman. Tanpa mengatakan apa pun dia memukul wajah Tama.

Bhug!

Akibat pukulan tadi, membuat sosok Tama limbung dan terjatuh di depan pintu rumah Fia.

“Ngapain lu disini hah?!” marah Frash setelah memukul rahang Tama dengan keras.

Fia yang melihat amarah Frash pun merasa takut, dengan langkah sedikit ragu dia berjalan mendekat ke arah Frash. Langkahnya terhenti saat melihat tindakan Frash selanjutnya.

“Pergi lu bang*at!” teriak Frash sambil menatap Tama murka. Dengan kasar dia menarik kerah Frash dan menyeretnya hingga ke pagar rumah Fia. Dengan kasar Frash menutup pintu gerbang rumah Fia.

“Rumah ini tertutup buat penganggu kayak elu sialan!” desis Frash dan menatap Tama dengan permusuhan. Setelahnya dia berbalik arah dan menatap Fia datar.

Fia yang di tatap sedemikian rupa pun sedikit merasa gugup dan mengalihkan pandangannya dari mata Frash.

Dengan langkah pelan Frash berjalan mendekat ke arah Fia. Sesampainya di depan Fia, Frash semakin mengikis jarak dan berbisik di dekat telingan Fia.

“Mulai nakal hm?” bisik Frash dengan senyum sinis.

“Enggak!” balas Fia dengan cepat dan kepala menggeleng secara refleks.

“Lalu?” tanya Frash sambil menyelipkan anak rambut Fia ke belakang telinga.

“Aku gak tahu kenapa dia ada di sini, aku juga gak ngerasa ngasih alamat rumah ke dia” jelas Fia dengan cepat.

Frans menatap Fia lekat, menelisik raut wajah yang Fia tampilkan di depannya. 

Melihat raut wajah tak percaya yang Frash tampilkan membuat Fia resah. Dengan perlahan Fia mulai memegang tangan Frash.

“Aku benar-benar gak tahu kenapa dia ada di sini Frash” ucap Fia dengan sungguh-sungguh.

“Frash?” ucap Frash dengan nada suara bertanya.

“Yah?” balas Fia dengan bingung.

“Kau lupa perjanjian kita tempo lalu? Panggil aku sayang, bukan Frash” balas Frash sambil memberi usapan lembut di pipi Fia.

“O-oh, maaf aku lupa” balas Fia merasa gugup karena Frash.

“Hm, jadi pergi?” tanya Frash dengan senyum kecil.

“Yah” balas Fia dengan anggukan pelan.

“Baiklah, ayo” balas Frash dan membawa Fia ke arah motornya berada.

Di lain sisi.

“Ishh!” ringinya sambil mengusap rahangnya dengan pelan.

“Si brengsek sialan!” desisnya dengan sorot mata tajam. Dirinya bertambah marah saat mengingat perlakuan Frash kepadanya tadi.

Tangannya terkepal kuat dengan sorot mata penuh akan tekat.

“Gue pastiin, Fia akan jadi milik gue Frash” ucap Tama dengan senyum sinis.

DUNIA NOVEL 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang