Dua minggu setelah berita yang Fia dengar kemarin, entah kenapa akhir-akhir ini dia merasa Frash semakin posesif dan mengatur hidupnya.
Dia merasa hubungannya dengan Frash semakin tak sehat akhir-akhir ini. Frash sekarang terlalu membatasi kegiatan dan kehidupannya.
Yah, dia tahu Frash kekasihnya tapi apa yang Frash lakukan terlalu mengurusi kehidupannya. Contohnya seperti tadi, dia akan pergi jalan-jalan dengan Disa tapi Frash melarangnya dan tak memberi izin. Dan tanpa izin, dia membawa Fia ke apartemennya.
“Sayang” panggil seseorang dari arah belakang Fia. Tak lama Fia merasakan tangan melingkar di perutnya.
“Marah Hm?” tanya Frash dengan kepala menumpuh di bahu kanan Fia.
“Kamu sadar gak sih Frash? Sikap kamu terlalu mengengkang? Dan itu membuat aku gak nyaman” ucap Fia dengan raut wajah datar.
“…” mendengar perkataan Fia tadi, Frash hanya bisa diam membisu. Dia juga bingung ingin membalas perkataan Fia seperti apa.
“Hubungan kita akhir-akhir ini gak sehat Frash, kamu terlalu mengambil alih kehidupanku” ucap Fia sambil mencoba menenangkan gejolak amarah di dalam hatinya.
Frash masih diam membisu dengan tangan yang semakin melilit erat pinggang Fia.
Fia yang tak mendengar jawaban apa pun dari Frash pun sedikit merasa kesal. Dalam kesalnya dia mencoba melepaskan pelukan Frash, tapi gagal.
“Maaf” ucap Frash dengan lirih.
“Kalau sikapmu tak bisa berubah, mungkin hubungan kita sudah sampai di sini Frash. Aku gak suka di kengkang, apa lagi dengan orang yang belum masuk ke dalam kategori keluarga” ucap Fia dengan datar dan tanpa minat.
Mendengar perkataan Fia barusan membuat Frash terkejut, dengan refleks dia melepaskan pelukannya dan membalik tubuh Fia.
“Maksud kamu apa?!” tanpa sadar Frash membentak Fia, mungkin sangking cemasnya.
“…” Fia hanya diam dan menatap mata Frash lekat.
“Ingat Fia, aku tak akan melepaskanmu begitu saja. Jika kamu ingin pergi dariku pergilah, tapi aku akan menemukanmu walau harus membunuh banyak orang” ucap Frash dengan sungguh-sungguh dan tak lama senyum sinis tercetak di bibirnya.
“Makanya rubah sikapmu!” ucap Fia dengan kesal dan meraup wajah Frash dengan raut wajah jengkel.
“Makanya bantu aku untuk berubah,” balas Frash dan menyingkirkan tangan Fia dari wajahnya.
"Cih, gimana mau di bantu berubah kalau di ajak bicara gak pernah serius!" kesal Fia dan mencubit pinggang Frash dengan jengkel.
"Iya-iya gak lagi..." ucap Frash sambil berusaha menghindari cubitan dari tangan Fia.
"Bilangnya iya-iya, besok berubah lagi!" kesal Fia dan menghentikan aksinya.
“Maaf, tapi omonganku yang tadi tak bercanda sayang” ucap Frash dengan raut wajah sungguh-sungguh dan kembali memeluk sosok Fia.
“Yah itu tergantung pada dirimu sendiri, jika kamu tak membuat kesalahan aku tak akan meninggalkanmu” balas Fia dengan tenang.
“Sebab itu aku akan berusaha membuatmu puas dengan sikapku” balas Frash dengan senyum cerah dan semakin mengeratkan pelukannya.
Di tengah-tengah keheningan mereka, secara tiba-tiba Frash membuka suara.
“Mau punya anak berapa?” tanya Frash dengan nada suara tanpa emosi.
“Tiga mungkin” balas Fia dengan santai.
“Aku mau tujuh” balas Frash dengan raut wajah cemberut lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA NOVEL 2 (END)
Teen FictionTakdir, sesuatu hal yang tak bisa kita prediksi. Sesuatu yang tak mungkin, bisa saja menjadi mungkin. Seperti kisah cinta dua orang remaja yang tak bisa di prediksi, kisah mereka di luar nalar. Kisah cinta mereka seperti di dukung oleh takdir dan al...