Sosok Fia di bawa ke salah satu vila yang cukup jauh dari tempat perkemahan. Tubuh itu di baringkan dengan lembut di atas ranjang.
“Tetaplah tidur dengan nyenyak, aku akan bermain dengan kekasihmu sebentar” ucap Tama dengan senyum manis dan mengusap pipi Fia pelan. Setelah itu Tama berjalan keluar kamar dengan langkah ringan.
Di lain sisi.
Siska sudah berganti baju sedari tadi. Saat sampai di tempat kemah banyak pasang mata yang menatapnya dengan heran dan tanda tanya. Ada juga yang secara terang-terangan menertawai dan mencemoohnya.
“Awas saja kalian, akan ku buat bungkam setelah Frash bertekuk lutut kepada ku” ucap Siska dengan raut wajah marah.
Di tempat Frash.
Saat ini Frash masih sibuk mencari keberadaan Fia dan di bantu oleh banyak anak buah dari Papanya.
Cukup lama mereka mencari tapi belum ada tanda-tanda kehadiran Fia ada di mana pun. Frash hampir putus asa, padahal belum satu hari penuh mereka mencari Fia tapi pikiran-pikiran negatif hinggap di otaknya.
Di tengah-tengah pencarian, mungkin keberuntungan untuknya, dia menemukan sobekan kain kecil yang tersangkut di ranting.
Dengan teliti Frash menatap sobekan kain tadi dan otaknya memutar memori, mencoba mengingat baju apa yang Fia pakai terakhir kali. Tak lama senyum cerah muncul di bibirnya.
“Aku akan menemukanmu sayang” gumam Frash dengan senyum cerah. Karena kain yang dia pegang saat ini, sesuai dengan baju yang Fia pakai terakhir kali.
Frash menatap ke sekelilingnya, mencoba mencari, siapa tahu ada jejak lain yang dapat menuntunnya ke tempat Fia berada.
Dengan samar matanya melihat jejak kaki yang melangkah melewati semak-semak. Tanpa mengatakan apa pun Frash mengikuti jejak kaki itu dan anak buah Papanya mengikuti dari belakang.
Cukup lama mereka mengikuti jejak kaki tadi, hingga jejak kaki itu hilang di pertigaan jalan. Dengan raut wajah tanpa emosi Frash menatap ke sekelilingnya, siapa tahu ada tanda-tanda yang lainnya.
“Berpencar” ucap Frash dengan datar, karena tak menemukan jejak yang lainnya.
“Baik tuan muda” balas anak buah Papanya dengan kompak, dan tak menunggu lama mereka mulai berpencar ke beberapa sisi. Di sisi Frash, masih ada dua orang yang bertugas menjaga keselamatan tuan muda mereka.
Frash kembali melangkahkan kakinya, kaki itu melangkah tak tentu arah. Dia hanya berjalan sesuai kata hatinya.
Beberapa menit kemudian, mereka sampai di ujung jalan. Dan mata Frash menangkap sebuah vila sederhana di depannya.
“Apa mungkin Fia di dalam sana?” batin Frash dan mata menatap ke arah vila tadi dengan rumit.
“Periksa vila itu, cari tahu siapa yang huni” ucap Frash dengan datar.
“Baik” balas salah satu anak buah Papanya dengan patuh dan tak lama mereka berjalan memeriksa vila tadi.
Frash masih berdiri di tempat dengan pandangan menelisik, hingga kaki itu berjalan mendekat ke arah jendela kecil yang ada di samping pintu masuk.
Bagaikan pengintai, Frash mengintip ke dalam vila dari cela-cela kecil yang ada. Awalnya dia tak menemukan hal yang mencurigakan, hingga kehadiran seseorang membuatnya mengkerutkan dahi.
“Tama?” gumam Frash tanpa suara.
“Sedang apa dia di sini?” batin Frash dengan sorot mata rumit. Dia masih memerhatikan gerak-gerik Tama, hingga sosok itu memasuki sebuah ruangan.
Otaknya mencoba berpikir, apa Tama ada hubungannya dengan penculikan Fia? Frash masih berpikir dengan keras, hingga suara seseorang mengalihkan pandangannya.
“Lapor tuan muda, di salah satu kamar terdapat sosok perempuan yang terbaring lelap. Kami tak bisa melihat wajahnya secara jelas karena seseorang memasuki kamar itu” ucap sang anak buah dengan kepala menunduk dalam.
“Perempuan?” gumam Frash dengan sorot mata sedikit terkejut, dan tak lama di berjalan ke arah pintu masuk. Tanpa mengatakan apa pun dia menendang pintu tadi hingga roboh.
“Berani sekali kau bermain denganku Tama!" desis Frash dan memasuki vila itu dengan aura mengancam.
Tama yang sibuk di kamar Fia pun merasa terkejut, saat mendengar suara dobrakan pintu.
“Sepertinya kekasihmu sudah datang,” ucap Tama dengan senyum sinis.
“Lebih cepat dari yang ku perkirakan” lanjutnya dengan senyum penuh arti.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA NOVEL 2 (END)
Teen FictionTakdir, sesuatu hal yang tak bisa kita prediksi. Sesuatu yang tak mungkin, bisa saja menjadi mungkin. Seperti kisah cinta dua orang remaja yang tak bisa di prediksi, kisah mereka di luar nalar. Kisah cinta mereka seperti di dukung oleh takdir dan al...