.9.

1.7K 174 1
                                    

Seperti janji Fia tadi, di sinilah mereka sekarang. Di dalam kamar Frash dengan tangan Fia yang sibuk mengelus rambut Frash dan sesekali memberikan tepukan ringan. Sedangkan Frash memeluk tubuh Fia dengan manjanya.

“Yang” panggil Frash sambil menatap Fia dari bawah. 

“Hm?" balas Fia dengan raut wajah heran. 

“Gak mau tanya, siapa lelaki tadi?" tanya Frash dengan sorot mata heran. 

“Kamu mau kasih tahu? ” tanya Fia balik. 

“Kalau kamu tanya ya aku jawab” balas Frash dengan tenang. 

“Memangnya dia siapa?" tanya Fia dengan sorot mata penuh minat. 

“Ayah, dia alasan penderitaanku” balas Frash dan kembali memeluk tubuh Fia, setelah itu menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Fia. 

Fia diam beberapa detik saat mendengar perkataan Frash tadi. Sosok Ayah yang kasar dan pemabuk? Dalam benaknya bertanya, bagaimana kehidupan Frash akhir-akhir ini?. 

“Selama ini kamu di sakitin sama dia?" tanya Fia dengan raut wajah heran. 

“Kurang lebih seperti itu” balas Frash dengan tenang. 

“Kamu diam aja?!" tanya Fia sedikit keras, karena merasa kesal.

“Jangan keras-keras sayang,” balas Frash dan bangkit dari tidurnya. 

“Gak diam sih, sudah beberapa kali aku lawan tapi juga kadang-kadang diam aja” balas Frash dengan tenang dan menyenderkan kepalanya di sandaran kasur. 

Fia menatap Frash dari bawah, matanya menyorot Frash dengan rumit.

“Jangan natap aku seperti itu sayang” balas Frash dengan senyum kecil dan mengusap rambut Fia pelan.

“Terus, apartement ini dari mana? Kamu kerja apa?” tanya Fia masih di posisinya.

“Hm, kerjanya mudah tapi menguntungkan, gajinya besar” balas Frash dengan senyum penuh arti.

“Kerja apa?!” desak Fia dan mulai bangkit dari tidurnya.

“Ada deh” balas Frash dengan senyum geli.

“Sayang!” panggil Fia dengan kesal.

“Gitu dong, manggil sayang dulu” balas Frash dengan senyum senang.

“Yang bener dong! Kamu kerja apa?!" tanya Fia dengan tak sabaran.

“Kerja di perusahaan menengah sayang, kerja dari rumah” balas Frash dengan senyum lembut dan mengusap rambut Fia pelan.

“Karyawan atau OB? Tapi kamu belum lulus sekolah masa jadi karyawan? Kalau kamu jadi OB masa kerja dari rumah? Lagi pula OB apa yang baru masuk udah dapet apartement?” ucap Fia sambil memikirkan pekerjaan apa yang di maksud Frash.

Frash yang mendengar perkataan Fia barusan sedikit kesal. Dalam benaknya berkata, kenapa harus OB? Ya kalik dia jadi OB, bisa turun harga dirinya.

“Bukan keduanya sayang” balas Frash dan menyederkan kepala Fia di bahunya.

“Lalu apa? Jaga parkir?” tanya Fia semakin mengelantur tak tentu arah.

“Bukan juga, intinya kerjaku itu mudah dan di gaji besar” balas Frash dengan helaan nafas pelan.

Fia diam beberapa saat memikirkan pekerjaan Frash, hingga satu nama pekerjaan lewat ke otaknya.

“Jangan bilang kamu…” ucap Fia mengantung dan menatap Frash dengan raut wajah rumit.

“Yah, lagi pula kerjanya mudah. Bobol data perusahaan lain, data kirim ke bos, uang mengalir ke kartu debit” balas Frash dengan senyum manisnya.

Mendengar jawaban Frash yang begitu tenang membuat Fia hanya bisa menghela nafas pelan. Seharusnya dia tahu dari awal pekerjaan apa yang di maksud sang kekasih, bukannya menjadi orang bodoh yang tak tahu apa-apa tentang pacarnya.

Fia mulai menyederkan kepalanya di bahu Frash dan mata menatap ke arah depan dengan pikiran kosong. Sedangkan Frash menatap Fia dengan penuh minat.

“Takdir tak bisa di prediksi ya?” ucap Fia sambil menatap Frash dengan senyum manis.

“Hm, gak nyangka bisa seperti ini. Seperti takdir dan alam semesta memang sudah mendukung kita” balas Frash dengan senyum lembut dan mengusap rambut Fia pelan.

“Semoga kita bisa selalu bersama” ucap Fia dan memeluk sosok Frash dengan senyum cerah.

“Pasti, kalau gak ya kita paksa” balas Frash dan membalas pelukan Fia.

Di lain sisi.

“Bagaimana?” tanya seorang lelaki dewasa dengan raut wajah datar.

“Maaf tuan, kami belum bisa menemukannya” balas sang anak buah dengan raut wajah menunduk dalam.

“Orang bodoh mana yang saya kerjakan ini?! Kenapa kalian sangat tidak becus mencari satu orang?!” murka sang atasan dengan raut wajah merah padam.

Mendengar bentakan sang atasan membuat sang anak buah hanya bisa diam membisu.

“Cari dia sampai dapat dalam keadaan hidup, atau kalian tahu akibatnya!” perintah sang atasan tak menerima bantahan.

“Baik tuan!” balas sang anak buah dan mulai berjalan keluar saat mendapatkan tatapan tajam dari sang atasan. Sesampainya di depan pintu, dia menghela nafas lega.

“Dosa apa aku memiliki atasan seperti itu” gumamnya dengan helaan nafas lelah. Jika bukan karena gaji yang menggiurkan mungkin dia akan keluar dari perusahaan ini. Tapi, keluar dari perusahaan ini juga tak mudah, banyak prosedur yang harus di urus dan menunggu beberapa minggu bahkan sampai beberapa bulan untuk di ACC sang atasan.

DUNIA NOVEL 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang