Frash berjalan memasuki vila dengan langkah penuh tekanan. Matanya fokus menatap ke arah pintu yang di masuki oleh Tama tadi. Saat akan memasuki ruangan tadi, sosok Tama sudah keluar dari dalam kamar.
Tama menatap ke arah Frash dengan senyum sinis, dan tak lama senyum itu sirna saat melihat dua orang berbaju formal berdiri di belakang Frash.
“Siapa mereka?” batin Tama dengan heran.
“Mana cewek gue?!” ucap Frash dengan penuh tekanan. Mendengar pertanyaan Frash barusan membuat Tama kembali fokus menatap Frash dan tak memedulikan kembali dua sosok di belakang Frash.
“Dia aman sama gue, lo gak perlu cemas” balas Tama dengan senyum penuh arti.
Mendengar jawaban Tama yang seperti itu membuat Frash hilang kendali, tanpa mengatakan apa pun dia menyerang Tama. Dia cukup sensitif jika bersangkutan dengan Fia, jadi sedikit kau menyentuh gadisnya maka kau tak bisa bersembunyi dari tangan Frash, entah di mana pun kamu bersembunyi.
“Berani lo sentuh milik gue!” desis Frash di tengah-tengah pukulannya.
“Kenapa enggak? Bukannya milik lo murah?” ucap Tama dengan senyum remeh.
Frash yang mendengar perkataan Tama barusan pun hilang sudah batas kesabarannya. Dia semakin membabi buta memukul Tama. Sedangkan Tama? Dia hanya bisa diam dan mencoba untuk melindungi dirinya dari pukulan Frash. Dia kualahan menghadapi sosok Frash yang saat ini.
“Brengsek! Ke mana mereka?! Kenapa belum juga datang?!” batin Tama dengan murka dan masih mencoba melindungi dirinya dari pukulan Frash.
Sedangkan anak buah Papa Frash, hanya diam membisu dan saling melirik satu dengan yang lain. Seperti memberi kode untuk menarik Frash menjauh dari sosok Tama, tapi mereka memutuskan untuk diam saja saat mengingat perkataan dari sang tuan.
"Kalian jangan pernah membatasi tindakannya, biarkan dia melakukan apa. Cukup awasi dan lapor, untuk selebihnya biar saya yang urus"
Beberapa menit kemudian, Frash sudah merasa sedikit kelelahan. Dengan sedikit sempoyongan dia menjauh dari tubuh Tama.
“Bawa dia dan buat keluarganya sekarat ekonomi, bukankah kuasa Papa lebih dari cukup untuk mengulirkan keluarga tak begunannya” perintah Frash untuk anak buah Papanya dan untuk pertama kalinya dia memakai kuasa sang Papa.
Mendengar perkataan Frash barusan membuat Tama terkejut. Dalam benaknya bertanya, apa yang di maksud oleh Frash?.
“Cih! Punya kuasa apa lo?!” ucap Tama dengan tawa remeh.
"Oh, lo belum tahu berita terbaru yang sedang di bicarakan banyak orang?" tanya Frash dengan senyum sinis.
"Berita apa?" batin Tama dengan heran. Tanpa mengatakan apa pun Frash melemparkan ponselnya ke depan Tama yang terpampang sebuah artikel. Tama membaca artikel itu dengan seksama dan diam untuk beberapa saat.
"Ck! Buang-buang waktu. Urus dia" ucap Frash dengan malas.
"Jangan main-main lo Frash!" murka Tama dengan raut wajah menahan geram.
“Kenapa enggak? Selamat menikmati kesengsaraan” ucap Frash dengan senyum sinis. Setelahnya berjalan mendekat ke arah ruangan tadi.
Saat membuka pintu, hal pertama yang dia lihat adalah tubuh lemah Fia yang terbaring di atas tempat tidur dengan lelapnya. Dengan perasaan cemas dia berjalan mendekat ke arah Fia.
“Sayang” bisik Frash di dekat telingan Fia.
“…” tak ada sahutan dari Fia, dia masih nyenyak dengan alam bawah sadarnya.
“Manisnya” ucap Frash dengan senyum manis dan mengecup pipi Fia lembut. Berbeda dengan tindakan manisnya kepada Fia, saat ini hatinya sedang menahan amarah karena tahu Fia di bius oleh Tama.
“Berapa dosis yang dia suntikkan kepadamu?” batin Frash dengan cemas. Dan mengelus pipi Fia penuh dengan kelembutan.
Dengan sekali angkat Frash membawa sosok Fia ke dalam gendongannya. Matanya menatap lembut ke arah Fia dan mulai berjalan keluar dari kamar.
Saat sampai di ambang pintu, suara deru motor memasuki gendang telinga Frash. Dari arah depan terlihat empat orang mengendarai motor dengan gaya yang sok.
Frash menatap ke arah mereka dengan datar. Sedangkan Tama tersenyum senang saat menyadari kehadiran orang yang dia sewa.
"Toh, sudah terlanjur" batin Tama dengan senyum sinis. Tak memimirkan lagi apa yang akan terjadi nanti.
Tak lama ke empat orang tadi akhirnya sampai di depan Frash. Belum juga mengangkat suara, kehadiran beberapa orang membuat ke empat orang tadi heran. Dalam hati mereka bertanya-tanya, siapa mereka? Kenapa sampai di sini? Bukankah orang yang harus mereka lawan hanya satu orang?.
“Salam tuan muda” ucap salah satu di antara mereka dengan kepala menunduk hormat.
“Hm, urus mereka” balas Frash dengan datar, dengan langkah tenang dia berjalan menjauh dari sana.
Ke empat orang tadi yang melihat interaksi Frash dengan beberapa orang tadi pun merasa heran dan bingung. Ada rasa gugup dan takut yang menyelinap ke hati mereka.
“Kalian salah mencari lawan” ucap salah satu anak buah Papa Frash. Tanpa mengatakan apa pun mereka membereskan semua orang tadi dengan mudahnya.
Di lain sisi,
Frash membawa Fia kembali ke arah perkemahan, sesampainya di sana sosok Disa dan dua orang guru menghampirinya.
“Fia gak apa-apa?” tanya Disa dengan raut wajah panik.
“Enggak, dia sedang tidur, jadi jangan berisik” balas Frash dengan raut wajah tanpa emosi. Setelah mengatakan itu, Frash berjalan melewati Disa begitu saja, membawa sosok Fia ke arah ruang kesehatan yang ada di sana. Sesampainya di ruang kesehatan Frash meletakkan sosok Fia di atas brankar dan menelfon Papanya untuk mengirimkan dokter kepercayaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA NOVEL 2 (END)
Teen FictionTakdir, sesuatu hal yang tak bisa kita prediksi. Sesuatu yang tak mungkin, bisa saja menjadi mungkin. Seperti kisah cinta dua orang remaja yang tak bisa di prediksi, kisah mereka di luar nalar. Kisah cinta mereka seperti di dukung oleh takdir dan al...