Beberapa minggu kemudian, kehidupan Frash berjalan cukup tenang. Walau dia sering di teror oleh sosok Siska. Entah bagaimana caranya, di mana pun dia berada di situ pasti ada sosok Siska, untungnya Fia tak mengetahui hal itu. Untuk Papanya, Frash tak pernah menghubungi orang itu dan dia tahu jika selama ini pergerakannya di awasi olehnya.
Hubungannya dengan Fia juga baik-baik saja, bahkan Fia sudah mulai sedikit manja kepadanya. Perubahan yang benar-benar membuat Frash bahagia.
Saat ini mereka sedang berada di tempat perkemahan. Yah, acara tahunan sekolah yang di selenggarakan khusus untuk kelas 12 saat akan menghadapi ujian sekolah.
“Sayang!” panggil Frash dengan senyum kecil.
Mendengar suara yang amat di kenali, dengan senyum manis Fia menatap ke arah sumber suara.
“Mau ke mana?” tanya Frash dengan heran.
“Ke depan, beli makanan" balas Fia dengan senyum kecil.
“Sama siapa?” tanya Frash dengan heran.
"Temen-temen yang lain, kamu mau ikut?" tanya Fia dengan senyum kecil.
“Enggak dulu, aku ada urusan sebentar. Hati-hati oke?” balas Frash dengan senyum lembut.
“Oke, aku duluan. Bye" balas Fia dengan senyum cerah, setelahnya berjalan menjauh dari tempat Frash berada.
Frash menatap punggung Fia dengan senyum kecil, setelahnya berjalan berbalik arah, entah ke mana. Dengan langkah pelan Frash berjalan menjauh dari tempat kemah.
Tak lama langkahnya terhenti di hulu sungai, dengan sorot mata tenang dia menatap ke arah depan.
Dari arah belakang, secara tiba-tiba ada seorang yang datang dan tanpa permisi memeluknya. Frash yang memang tak suka di peluk oleh orang asing pun membanting orang tadi hingga terjatuh ke tepi sungai.
Byur!
“Akhh!”
Suara teriakan dan air yang saling bersahutan, sedangkan sang pelaku menatap orang tadi dengan dingin.
“Frash, bantuin dong” ucapnya dengan nada suara manja.
“…” Frash masih diam membisu dan menatap ke arah Siska tanpa minat. Hingga dering ponsel mengalihkan pandangannya.
“Hm?” gumam Frash saat panggilan tadi sudah dia angkat.
‘Nona Fia di culik oleh seseorang tuan muda’ lapor orang di seberang sana dengan harap-harap cemas. Mendengar perkataan orang tadi membuat Frash terkejut.
“Kebodohan apa yang kalian lakukan?! Hanya menjaga satu gadis kecil tak bisa?!” murka Frash dengan tangan terkepal erat, mencoba menahan amarahnya.
‘M-maaf tuan muda, kami mengaku salah’ ucap orang tadi sedikit gugup.
“Tunggu apa lagi?! Cari dia hingga ketemu, sebentar lagi saya ke sana!" ucap Frash dengan mutlak, tanpa menunggu lama dia mematikan panggilan itu dan berlari menjauh dari tempatnya berdiri, meninggalkan sosok Siska sendirian.
“Frash! Bantuin aku dulu!” teriak Siska dengan nyaring.
“Akhh! Fia lagi, Fia lagi!” ucap Siska dengan kesal dan mencak-mencak tak jelas.
Di lain sisi.
Di sepinya jalan perdesaan terlihat seorang lelaki tampan membawa seorang gadis di dalam gendongannya, gadis itu tampak tak sadarkan diri.
“Ku balas perbuatanmu melalui Fia, Frash” ucap orang tadi dengan senyum sinis. Langkahnya semakin cepat melangkah, tujuannya saat ini membawa Fia menjauh dari sana.
Dia adalah Tama, sosok yang memiliki dendam pribadi kepada Frash karena kejadian beberapa minggu lalu dan dia ingin membalas Frash melalui Fia. Gadis yang amat di cintai oleh Frash, rencananya memang begitu matang tapi sayang dia salah mencari lawan.
Satu, dia berpikir Frash hanyalah masyarakat kalangan bawah yang membutuhkan uang, sebab itu dia berkerja sama dengan Papanya. Tanpa dia mencari tahu, siapa sosok Frash sebenarnya. Padahal Papa Frash sudah mempublis tentang Frash adalah putranya, beberapa hari yang lalu. Tapi entah bagaimana dia tak tahu akan berita besar itu, mungkin karena terlalu fokus untuk membalas dendam hingga tak tahu berita terbaru di luar sana.
Di lain tempat.
Frash masih mencari sosok Fia, tapi kenapa dia tak menemukannya di mana pun? Bahkan jejak ponselnya hilang di rawa-rawa yang tak jauh dari tempat Fia terakhir kali.
Frash merasa frustasi, takut terjadi hal yang buruk menimpa Fia. Dengan kasar dia mengacak rambutnya, sangking frustrasinya.
Di tengah-tengah rasa cemas, sebuah ide muncul di benak dan tanpa menunggu lama dia menghubungi seseorang.
“Di saat inilah aku membutuhkanmu pak tua” batin Frash tanpa beban.
Tak lama panggilannya terjawab,
‘Hal-’ perkataan orang di seberang sana terpotong oleh perkataan Frash.
“Aku membutuhkan anak buahmu, suruh mereka mencari kekasihku. Calon menantumu di culik” ucap Frash dengan datar.
‘Hm, 10 menit mereka sampai’ balas orang di seberang sana dengan nada suara serius. Setelah mendengar jawaban itu, tanpa mengatakan apa pun Frash memutuskan panggilan.
“Akan ku habisi orang yang berani menculikmu dari pandangan mataku sayang" gumam Frash dengan tangan mencengkeram erat ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA NOVEL 2 (END)
Teen FictionTakdir, sesuatu hal yang tak bisa kita prediksi. Sesuatu yang tak mungkin, bisa saja menjadi mungkin. Seperti kisah cinta dua orang remaja yang tak bisa di prediksi, kisah mereka di luar nalar. Kisah cinta mereka seperti di dukung oleh takdir dan al...