Pernikahan bukan hanya menyatukan perasaan cinta dan kasih sayang dua insan, namun pernikahan juga menyatukan dua kepala berbeda pemikiran dan berbeda ego. Memaksakan dua isi kepala untuk saling mengerti dan menekan ego bersama demi terciptanya sebuah rumah tangga yang harmonis.
Namun bagaimana jika salah satu dari mereka tetap tidak mau mengerti dan memaksakan egonya seorang diri?
Hancur, kata Renjun.
Sebuah pernikahan yang masih memaksakan ego seorang diri tidak akan bertahan lama. Sebuah pondasi rumah tangga yang didasari oleh keras kepala dan emosi tidak akan membuat penghuninya betah untuk berlama-lama di dalam rumah dan pondasinya hancur seiring semakin jauhnya langkah kaki sang pemilik rumah.
Renjun tidak pernah menyangka jika rumah tangganya yang masih seumur jagung hancur berantakan dengan cepat. Sebuah ikatan janji suci yang dulu mereka idamkan dan diyakini akan semakin mempererat ikatan cinta mereka justru hancur lebur di tengah jalan.
Sebuah kemistri yang telah tercipta sejak dua insan saling menyatukan hati hingga memantabkan diri untuk bersatu dalam ikatan pernikahan seolah tak berarti lagi kala ego telah menguasai diri.
Renjun tau bahwa menikah di usia yang terbilang masih muda cukup beresiko dengan sebuah perceraian. Selain alasan emosi dan mental mereka yang belum stabil, financial rumah tangga mereka juga belum dikatakan kuat untuk menopang semua anggota keluarga.
Namun yang menjadi alasan kandasnya pernikahan mereka bukan perihal financial yang belum kuat. Renjun cukup bersyukur untuk hal itu karena ia tak berlarut-larut meratapi kehidupannya setelah berpisah dari sang kepala keluarga dan dapat menyambung hidupnya dengan pemasukan yang ia punya.
Dulu saat memantabkan hati untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius, Renjun membayangkan sebuah alur cerita bahagia kehidupannya bersama dengan kekasih hatinya. Membangun sebuah keluarga yang harmonis dan bahagia tanpa hal lain lagi yang dapat membuat mereka goyah akan urusan hati.
Namun bayangan itu terlalu tinggi untuk hubungannya dengan Jung Jaehyun, seorang aktor di dunia hiburan yang memiliki nama cukup dikenal. Pria yang telah bersamanya sejak di bangku kuliah dan telah mengambil hatinya dengan sepenuhnya justru menjadi awal mula atas kehancuran rumah tangga mereka.
Seharusnya Renjun sadar sedari awal bahwa memiliki hubungan dengan seorang publik figure bukanlah hal yang mudah untuk mempertahankannya. Menyembunyikan kisah asmara mereka, menutup rapat acara pernikahan mereka dan berlakon layaknya tak saling mengenal saat berada di luar seharusnya telah membuka mata Renjun.
Mungkin bagi Renjun dan Jaehyun langkah untuk bercerai adalah pilihan yang tepat untuk hubungan keduanya yang semakin tak menunjukkan kemajuan untuk memperbaiki hubungan. Sejenak mereka lupa bahwa keputusan tersebut adalah langkah paling egois untuk satu malaikat kecil mereka. Seorang buah hati mungil hasil hubungan mereka yang harus menerima kenyataan pahit bahwa orang tuanya tidak lagi bersama.
"Lele cudah ciap"
Suara itu membuyarkan lamunan Renjun yang tengah duduk di sofa dengan tangan yang menggenggam remot televisi. Pandangannya ia alihkan pada seorang anak kecil yang belum genap empat tahun usianya. Anak itu terlihat rapi dan telah mamakai tas kecil di punggung.
Renjun mengulas senyumnya dan mengulurkan sebelah tangan untuk digenggam oleh sang anak. Berjalan beriringan keluar dari apartment hunian mereka untuk menemui seseorang yang telah berada di lobby.
"Tidak boleh nakal ya di rumah daddy" peringat Renjun.
Sudah menjadi rutinitas Renjun menyerahkan sang anak pada Jaehyun di penghujung minggu. Ia tidak begitu kejam dan egois merampas hak anaknya untuk mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya meski ia dan juga Jaehyun tak lagi bersama.
"Iya, mommy"
Chenle, nama yang diberikan Jaehyun untuk buah hati mereka. Seorang buah hati yang dinanti-nantikan dan menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Renjun dan Jaehyun. Anak itu langsung melepaskan genggaman tangan sang ibu kala pintu lift yang membawanya turun terbuka dan memperlihatkan sosok yang akan mereka temui berdiri cukup jauh.
"Daddy!" begitu teriakan Chenle terdengar.
Yang selalu Renjun lihat setiap minggunya selama tiga tahun terakhir adalah pemandangan dimana Jaehyun selalu menangkap sang putra kala Chenle berlari menghampirinya dan membawanya pada gendongannya.
Satu lagi yang membuat Renjun sedikit bersyukur, Jaehyun tidak meninggalkan kewajibannya atas sang buah hati.
"Pakai topinya jika bepergian keluar. Hari ini cuacanya cukup panas"
Jaehyun menghentikan kegiatannya menciumi pipi gembil sang anak saat suara Renjun terdengar. Ia meraih sebuah topi yang diulurkan oleh Renjun dan memasangkannya pada Chenle.
"Pamit dulu dengan mommy" ucap Jaehyun pada sang anak.
"Bye-bye, mommy" seru Chenle dengan melambaikan tangan.
Renjun masih berdiri di tempatnya, memandang punggung tegap Jaehyun yang perlahan menjauh membawa sang anak. Entah yang ia lakukan selama ini benar atau tidak untuk sang anak, yang jelas Renjun dilanda kebingungan selama ini.
Jung Jaehyun (30)
Huang Renjun (26)
KAMU SEDANG MEMBACA
US | JAEREN on hold
FanfictionApa arti sebuah hubungan dan keluarga jika dikalahkan dengan ego?