Renjun melempar ponselnya begitu saja ke lantai, kepalanya mengadah dengan tangan yang meremat rambutnya sendiri. Dua minggu sudah ia seorang diri berada di apartment, selama itu pula Renjun tidak mengetahui bagaimana keadaan sang anak karena Jaehyun sama sekali tidak memberi kabar ataupun mengangkat panggilan telfonnya.
Ia tidak tahu apa yang mendasari hingga Jaehyun semarah ini dengannya bahkan sampai mengambil alih Chenle darinya. Jika Jaehyun tengah sibuk bekerja hingga tak dapat mengangkat panggilannya lalu mengapa Renjun sama sekali tidak melihat pria itu ada di layar kaca? Kemana kah sebenarnya Jaehyun?
Renjun menghembuskan nafas beratnya, tangannya meraih tas kecil yang tergeletak di sampingnya, setelahnya ia membawa tungkainya keluar dari unitnya. Jika menunggu keajaiban Jaehyun yang akan menghubunginya terlebih dahulu Renjun rasa hal tersebut cukup mustahil di keadaan mereka saat ini.
Tak peduli angin malam mulai menusuk kulit, jalanan yang selalu ramai dipenuhi kendaraan kini hanya terlihat beberapa yang melintas tak menyurutkan Renjun untuk memacu kendaraan besinya menuju rumah Jaehyun, rumah yang dulu sempat ia huni setelah menikah dengan pria itu.
Sepinya jalanan membuat roda mobilnya lebih cepat sampai pada tujuan. Rumah besar bercat putih di hadapannya menjadi sambutannya pertama kali. Renjun meremat kemudinya, matanya terpejam mengumpulkan keberanian untuk kembali masuk ke dalam sana. Apa kejadian yang lalu akan terulang kembali hari ini?
Renjun berdiri di depan pintu setelah tangannya memencet tombol kecil di samping pintu, tidak lama pintu besar disana terbuka dan langsung menyuguhkan bagaimana mewahnya keadaan di dalam sana.
"Mommy!" begitu pekik malaikat kecil yang dirindukannya selama ini, berlari menghampirinya dan langsung tenggelam dalam pelukan.
Renjun mendekap erat tubuh Chenle, menumpahkan rasa rindunya selama ini yang dipisahkan dengan sang anak oleh mantan suaminya. "Mommy rindu" ucap Renjun.
"Lele too"
Belum rasa rindunya terbayarkan sepenuhnya sepasang lengan kekar melepaskan pelukannya pada tubuh Chenle. Jaehyun membawa sang anak menjauh dari Renjun yang membuat tatapan tidak terima sang mantan istri langsung tertuju padanya.
"Untuk apa kau sini?" tanya Jaehyun dengan ketus.
Renjun tak percaya bahwa pertanyaan tersebut keluar dari mulut Jaehyun yang menjadi sambutan pertama pria itu. Emosi yang memang telah melupuk di dalam diri Renjun sontak langsung terbakar, matanya menatap tajam sosok di hadapannya, alisnya menukik dan tangan yang mengepal erat.
"Kau yang untuk apa memisahkanku dengan Chenle?!" balas renjun.
Jaehyun tersenyum remeh, kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya. "Untuk apa membiarkan anakku dengan orang yang sibuk dengan kekasihnya?"
"Siapa yang kau maksud?! Kau menuduh tanpa alasan dan mengambil tindakan sesuka hatimu!"
Renjun benci, benci dengan kenyataan bahwa dirinya masih terjebak dalam kubangan lama. Meski telah tiga tahun berlalu ia masih berada di titik awal, bertengkar dan beradu ego dengan orang yang sama. Renjun lelah menghadapi keras kepala Jaehyun yang tak pernah mau diturunkan.
"Haruskah ku sebutkan dan ku bawa orangnya kemari?" tantang Jaehyun yang kini melangkahkan kaki hingga membuatnya hanya berjarak beberapa centi dari tubuh mantan istrinya. "Kau menyuruhku untuk tidak membawa orang lain dalam kehidupan Chenle, tapi kau apa? Kau justru berpacaran dengan pria sialan itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
US | JAEREN on hold
FanfictionApa arti sebuah hubungan dan keluarga jika dikalahkan dengan ego?