Plak
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Jaehyun sesampainya kembali mengunjungi mantan istrinya. Tak segan-segan Renjun menggerakkan tangannya untuk langsung menunjukkan emosinya pada Jaehyun yang telah membuat Chenle menangis.
"Jika kau tidak niat mengajak anakku pergi, maka tidak usah!"
Di tengah malam Jaehyun baru kembali mengunjungi buah hatinya seperti apa yang ia ucapkan pagi tadi saat menyerahkan Chenle kembali pada Renjun. Kini di saat penghuni lain memilih untuk memejamkan mata, dua orang tua muda disini justru tengah bersengit api amarah.
"Jika kau memang pergi berlibur dengan kekasihmu tidak perlu kau menggunakan pekerjaanmu untuk menutupi dan menipu anakku!" marah Renjun yang tak segan-segan menunjuk Jaehyun dengan jari telunjuknya. "Apa kau pernah berpikir bagaimana dia mencarimu setiap hari?! Apa kau pernah berpikir bagaimana aku selalu mencari alasan yang logis untuk menghentikan tangisannya?!"
"Renjun, maaf" ucap Jaehyun.
"Aku lelah, Jaehyun! Aku lelah!" teriaknya. "Chenle masih terlalu kecil untuk kau kenalkan pada orang lain yang akan menjadi ibu sambungnya! Tolong biarkan dia menikmati masa kecilnya. Jangan kau hancurkan dengan memasukkan orang lain dalam hidupnya"
Setelah bercerai dari Jaehyun, fokus Renjun hanyalah untuk membesarkan sang anak. Membagi waktunya untuk mengurus Chenle dan pergi bekerja. Tidak pernah terbesit dalam benaknya untuk menjalin hubungan dengan pria lain dan memberikan sosok ayah lain untuk sang buah hati dalam waktu dekat.
Chenle adalah buah hatinya bersama Jaehyun. Tanggung jawab untuk membesarkan dan membahagiakan ada di tangan mereka berdua.
"Maaf, aku tidak bermaksud seperti itu" ucapnya berusaha memberikan penjelasan pada Renjun yang telah dikerubungi kabut emosi.
"Lalu apa? Merusak kepercayaannya pada dirimu sendiri?" Renjun terduduk di sofa, punggungnya ia sandarkan pada punggung sofa seraya mengatur nafas.
Chenle telah terlelap sejak dua jam lalu setelah meminum obat pereda panas dikarenakan anak itu terkena demam sepulangnya dari pergi bersama Jaehyun pagi tadi. Renjun dilanda kepanikan karena anaknya terus rewel dan tidak mau menghentikan tangisnya.
Renjun lelah, lelah secara fisik maupun pikirannya. Jaehyun sama sekali tidak dapat diajak bekerja sama dalam hal mengurus anak. Pria itu masih sama dalam ego yang begitu tinggi.
"Terserahmu" akhir Renjun yang langsung pergi meninggalkan Jaehyun untuk masuk ke dalam kamarnya.
Jaehyun menghembuskan nafas besarnya sebelum menyusul mantan istrinya memasuki kamar. Di atas ranjang Renjun telah memejamkan mata dengan memeluk tubuh Chenle yang dipakaikan pakaian hangat dengan plester pereda demam yang tertempel di dahi.
Jaehyun mengambil posisi di sisi kiri dengan Chenle yang berada di tengah dan Renjun di sisi kanan. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya lalu menumpuhkan kepala pada sebelah tangannya, memandang dua makhluk yang kini telah memejamkan mata.
Jaehyun tidak ingat kapan terakhir kali mereka berada dalam satu ranjang seperti saat ini. Terlelap dalam satu ranjang dan selimut hangat yang sama. Yang jelas malam ini Jaehyun tertidur dalam penyesalannya.
.
.
Malam berganti pagi, gelap berganti terang dan bulan digantikan matahari. Setelah pertengkarannya dengan sang mantan suami semalam, kini Renjun berdiri di depan kompor. Tangannya mengaduk bahan makanan yang telah dicampurkan menjadi satu di dalam panci.
KAMU SEDANG MEMBACA
US | JAEREN on hold
FanfictionApa arti sebuah hubungan dan keluarga jika dikalahkan dengan ego?