Air mata yang mengalir membasahi kulit wajah Renjun di hapus oleh tangan yang terlihat tak lagi muda dengan kerutan yang tak lagi dapat disembunyikan. Wajah dari calon ibu dua anak itu terlihat memerah dan sembab sebab tangis yang tak kunjung berhenti sedari obrolan dimulai.
Ucapan Jaehyun perihal kedua orang tua mereka yang akan datang berkunjung bukanlah omong kosong belaka. Baik orang tua Renjun ataupun Jaehyun kini telah datang dan telah berkumpul di salah satu ruangan dengan dua insan lainnya yang menjadi topik utama pembahasan kali ini.
Bukan lagi sebuah nasehat sederhana yang diterima oleh Jaehyun dan Renjun, melainkan petuah-petuah kehidupan untuk menjadi pribadi dan pasangan yang lebih baik, mengingat ini bukanlah pernikahan pertama mereka. Kesalahan yang mereka lakukan di pernikahan pertama dijadikan sebuah pembelajaran yang sangat berarti di masa depan. Ego dan kehendak diri sendiri tak lagi dapat menguasai diri sebab menjadi keluarga bukan perihal mengikuti satu isi kepala saja.
Baik Jaehyun dan Renjun menyadari akan perbuatan serta kesalahan mereka di masa lalu yang mengakibatkan Chenle menjadi korban atas keegoisan mereka. Dan kini keduanya tak ingin melakukan kesalahan yang sama dan menjadikan anak kedua mereka merasakan apa yang pernah dirasakan oleh saudaranya dahulu.
"Jika kalian telah mengambil keputusan itu, kalian juga pasti telah banyak berpikir kan sebelumnya?" sua ibu dari Renjun yang kini mengelus surai lembut sang anak. "Kami tidak menghalangi, justru kami bahagia mendengar kabar kalian akan kembali rujuk. Kami tau kalian telah jauh lebih dewasa daripada sebelumnya"
Rasa-rasanya Renjun malu kepada kedua orang tuanya maupun orang tua Jaehyun karena pernah mengecewakan kepercayaan mereka atas hubungan yang lalu. Dan kini keduanya kembali meminta izin seperti yang pernah dilakukan dahulu untuk menikah dan membangun rumah tangga mereka.
"Seharusnya kalian marah kepada kami yang seakan mempermainkan pernikahan" serak Renjun.
"Untuk apa kami marah? Kalian sudah sama-sama dewasa, sudah pasti kalian dapat berpikir dan menilai sendiri. Kalian juga telah menjadi orang tua dan bukan waktunya lagi kami orang tua turut andil dalam langkah hidup yang kalian ambil. Asal itu yang terbaik kami akan mendukung" saut ibu dari Jaehyun yang duduk di sofa seberang.
Jaehyun yang duduk di sofa tunggal dan memangku Chenle kini menurunkan sang anak dari pangkuannya dan beralih bertekuk lutut di hadapan Renjun. Mengelus lembut paha berbalut celana kain sang pasangan dengan pandangan yang menatap teduh wajah Renjun.
Jaehyun paham bahwa Renjun adalah pihak yang paling banyak berkorban di hubungan mereka terdahulu. Ia rela tidak berdekatan dengan pasangannya demi menjaga karir Jaehyun. Ia juga rela sering kali ditinggal di rumah sendirian demi Jaehyun bepergian ke luar kota ataupun ke luar negri untuk pekerjaan. Dan kini Renjun pantas mendapat semua dukungan dari orang-orang terdekat mereka ataupun penggemar Jaehyun yang ada di pihak mereka.
"Jadi apakah kau mau untuk kembali hidup bersamaku, Renjun?" tanya Jaehyun dengan menggenggam sebelah tangan Renjun.
"Yes, daddy!"
Pekikan dari si kecil mencairkan suasana yang secara alami mengundang senyum dan tawa, berikut dengan Renjun yang menganggukkan kepala. Jaehyun membawa sang kasih ke dalam dekapannya dan membubuhkan kecupannya pada pucuk kepala Renjun. Kembali membawa orang yang ia cintai dalam lindungannya dari kejamnya dunia dan menciptakan dunia manis mereka sendiri.
.
Jam telah menunjukkan pukul 8 saat roda mobil milik Jaehyun kembali menginjak pelataran rumah dan berhenti di dalam garasi. Hembusan angin terasa dingin mengenai kulit saat Renjun membuka pintu mobil dan mengeluarkan kakinya yang hanya mengenakan celana sebatas lutut.
KAMU SEDANG MEMBACA
US | JAEREN on hold
FanfictionApa arti sebuah hubungan dan keluarga jika dikalahkan dengan ego?