20. Enaknya Diapain?

329 18 3
                                    

Happy reading all 🙌💕
__________
______
___
_

Masih di rumah sakit, Angel menatap sekelilingnya bosan. Baiklah, dia pikir, hari ini Orang tuanya akan datang menjenguknya, atau setidaknya menghubungi dirinya melalui telepon! Tapi ternyata mereka masih sangat sibuk hingga dia masih belum mendapat waktu yang pas untuk menelpon kedua orang tuanya.

Ada sedikit kekecewaan di sudut hati Angel saat dia tahu Ayah atau pun Bundanya tak ada satu pun yang bisa menjenguknya.

Yah, setidaknya Vivian menjenguknya sebelum dia berangkat sekolah dan bilang untuk cepat pulih. Adik yang perhatian.

Sebuah ketukan dari pintu masuk ruangannya mengalihkan atensinya.

"Siapa?"

"Saya Edwin, nona." Edwin adalah butler keluarga Yudhatama.

"Oh, masuk!" Angel berseru, kesenangan menghampiri dirinya, karena kedatangan Edwin artinya Ayahnya menghubungi.

Ngomong-ngomong, selama di rumah sakit Angel tak memegang ponsel, ponselnya di pegang oleh Edwin. Angel dilarang memegang ponsel oleh Ayahnya saat sedang sakit dan hanya boleh disaat-saat tertentu seperti saat ini. Itulah alasan Angel sering merasa bosan di rumah sakit.

Edwin masuk dengan senyumannya. "Nona, Ayah anda menghubungi.

Angel tersenyum lebar, "Beneran? Siniin, Om!" Pinta Angel bersemangat.

Dengan senang hati pria berumur 30-an itu menyerahkannya. Lalu dia keluar untuk memberikan ruang untuk Ayah dan anak itu mengobrol.

Senyum Angel semakin melebar saat melihat Ayahnya tersenyum di balik ponsel itu. "Ayah! Apa kabar di sana? Aku kangen tahuuu!"

Kekehan terdengar dari seberang sana. "Ayah baik, kamu yang gak baik. Dulu kecelakaan, kali ini keracunan, besok-besok apa lagi, hm? Kasian loh Bunda kamu di sini. Dia khawatir banget sama kamu."

Angel tanpa sadar menunjukkan kepalanya, merasa bersalah dan sedih.

"Maaf udah bikin kalian khawatir. Angel ngerepotin, ya," lirihnya matanya berkaca-kaca, sedikit lagi Angel akan menangis. "Aku penyakitan. Pasti repot ngurusin aku..."

"Enggak, kami gak merasa direpotin kamu, sayang ... Kita cuma khawatir sama kamu, kamu itu satu-satunya darah daging kami. Kami takut terjadi sesuatu sama kamu, kami takut kamu pergi."

"Tapi, tapi..." Angel tercekat, suaranya terasa sulit untuk keluar, rasa bersalah telah merebut tempat orang lain lagi dan lagi datang menghampiri dirinya. Jika mereka tahu siapa yang ada di tubuh ini sebenarnya, apa yang akan mereka pikirkan? Reaksi seperti apa yang akan mereka berikan? Apa dia akan sanggup menanggung kekecewaan mereka semua?

"Jangan sedih dan ngerasa bersalah, kamu gak salah apa-apa. Sakitnya kamu bukan karena kamu mau, kan? Itu bukan salah kamu, oke?"

Batin Angel menjerit.

Bukan itu!!!

"Kesayangan Ayah, dengerin ya, gak peduli kamu sakit apa, gak peduli kamu gimana, Ayahnya sama Bunda bakal tetap sayang sama kamu dan gak akan pernah ngerasa kamu itu bikin repot atau semacamnya. Bilang aja kalau ada yang bilang sesuatu yang enggak-enggak ke kamu, biar Ayah hukum orangnya."

Rasanya, Angel ingin mengatakan semua yang terjadi pada dirinya beberapa hari lalu. Dia ingin mengadu, ingin marah pada orang yang mengganggu dirinya, tetapi, Angel sadar diri bahwa semua itu bukanlah miliknya, dia tidak berhak atas semua kasih sayang itu.

Aku Antagonis?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang