#5

71 34 102
                                    

Hari ini adalah pembelajaran umum. Semua kultivator dikumpulkan kedalam aula. Athana kesiangan, membuat teman-temannya terpaksa menyeretnya dengan tak ber peri kemanusiaan.

Athana menghembuskan nafasnya kasar. Padahal baru dua hari dirinya memasuki Academy, tapi ujian hidupnya sudah banyak saja. Dirinya masih lelah dan mengantuk karena baru terlelap setengah jam yang lalu. Semalam matanya dipaksa tetap terjaga untuk menjalani hukumannya. Dia harus memperbaiki kembali kerusakan yang di perbuat nya. Memperbaiki atap kelas sihir yang harus sudah selesai sebelum matahari terbit. sungguh, hukuman master Lie sangat meresahkan.

" Teman-teman, tolong biarkan aku tidur sebentar lagi" Dhyza sebenarnya kasihan terhadap Athana. Baru juga dia akan menyetujuinya, tapi Yuzha lebih dulu memotong.

" Hari ini adalah kelas perburuan umum, kau tidak bisa tidur sekarang "

" Benar, tahan saja sebentar lagi" Timpal Clarissa.

" Rasanya aku seperti akan mati" Athana benar-benar memaksakan diri untuk tetap terjaga.
Sadar Athana! Kau tak bisa tidur dikondisi seperti ini.

Para staf pengajar mulai memberikan instruksi tentang pembelajaran hari ini. Para kultivator juga sudah dibagi kedalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat orang dan mereka berada disatu kelompok yang sama dengan Dhyza sebagai ketuanya.

Setelah larangan, rute dan kriteria penilaian diumumkan setiap kelompok mulai bergerak berjalan menyelusuri hutan yang memang disediakan khusus oleh Academy untuk kelas perburuan.

Dhyza memimpikan pasukannya untuk mulai bergerak. Clarissa menggandeng tangan Athana untuk membantu gadis itu menjaga keseimbangannya.
Target mereka adalah mencari elang emas, karena semakin langka hasil buruannya maka semakin tinggi point yang akan didapatkan.

Kali ini, sepertinya mereka sehati dengan para pangeran. Terbukti dengan terjadinya pertemuan di tengah perjalanan mereka.

" Salam pangeran" hormat Dhyza diikuti oleh ketiganya.

" Kalian akan ke arah mana?" Tanya Arvan

" Kami akan ke selatan" jawab Clarissa.

" Athana, apa kau baik-baik saja?" Tanya Radheven khawatir ketika melihat muka Athana yang agak pucat ditambah lagi dengan adanya gandengan Clarissa.

" Aku tak apa" balas Athana dengan senyuman yang dipaksakan.

" Jika sakit, kau bisa berhenti dan beristirahat. Aku akan melaporkannya" Radheven akan membalikkan badannya berniat kembali ke Academy untuk meminta izin agar Athana kembali.

Tapi gerakannya kalah cepat dengan Athana yang sudah lebih dulu menarik pergelangan tangannya.
" Tidak perlu, aku masih sanggup untuk sekedar menyelusuri seluruh hutan ini"

" Kalau begitu, kita bekerjasama saja. Kau ikut bersama ku, kalian akan bersama dengan siapa?" Radheven melirik ke arah teman-temannya dan juga ketiga teman Athana.

Mereka semua terdiam, tidak ada yang menyahut ucapannya.
" Arvan pergilah dengan Clarissa, Yuzha dengan Arga dan Aron akan bersama dengan Dhyza. Kita akan berpencar dan kembali lagi kesini dengan hasil buruan masing-masing"

Semuanya setuju dan mulai bergerak ke arah yang berbeda-beda. Termasuk Athana dan Radheven yang bergerak ke arah selatan, karena ini merupakan rute termudah mengingat kondisi athana.

" Heven, maaf jika nanti aku akan banyak merepotkan mu" Athana benar-benar tak enak jika harus merepotkan siapapun, cukup ibunya saja yang direpotkan oleh dirinya.

" Aku tidak pernah merasa direpotkan oleh mu. Satu lagi
Aku suka panggilan mu" Radheven berucap dengan pandangan lurus tanpa menatap Athana.

Disisi lain, Yuzha dan Arga memilih rute timur. Mereka hanya fokus mencari binatang buruan tanpa adanya pembicaraan. Sangat-sangat flat!

Dhyza dan Aron juga sama, hanya sesekali adanya ucapan yang dilontarkan oleh Aron, itupun hanya untuk mengarahkan Dhyza.

Berbeda dengan dua pasangan flat itu, ditempat Clarissa dan Arvan sangatlah ceria.
Mereka menghiasi sepanjang perjalanan mereka dengan pertengkaran yang tiada faedahnya. Bahkan mereka memperdebatkan hal-hal kecil yang sangat-sangat tidak penting.

" Kita harus memburu burung hantu merah" ujar Clarissa.

" Aku tidak setuju, kita seharusnya mencari Phönix" sahut Arvan.

" Hey, apa kau gila. Itu binatang langka, tidak mungkin ada di sembarangan hutan" Clarissa tahu betul apa itu Phönix dan seberapa langkanya dia. Dan juga tidak sembarangan orang bisa menaklukkan hewan itu.

" Karena itu kita harus mencarinya"

" Seberapa kuat nya dirimu sampai merasa bisa menaklukkan guardian terkuat itu" sarkas Clarissa memandang Arvan rendah.

" Kau terlalu merendahkan ku, nona" Arvan membalas ucapan Clarissa diiringi tawa.

" Aku bahkan bisa melenyapkan manusia lemah seperti mu jika aku mau"

" aku tidak akan mati dengan mudah" sinis Clarissa. Atmosfer disekitarnya terasa semakin mencekam dengan pandangan saling membunuh yang dikeluarkan oleh keduanya.

" dan Aku tidak akan mengikuti rencana bodoh mu" kekeh Clarissa.

" Ya sudah, kembali kejalan mu dan jangan pergi bersamaku" tegas Arvan

" Tentu " cihh, dia kira Clarissa tidak akan bisa berjalan sendiri.
Hey, aku bahkan pernah menjelajahi pulau terpencil sendirian, percayalah bathin Clarissa pasti memberontak ingin meneriakkan kata itu tepat ditelinga pangeran sombong itu.

Kembali lagi ke rute selatan,
Mereka sudah berjalan lumayan jauh namun tidak menemukan tanda-tanda adanya hewan untuk diburu. Jalan yang mereka lalui terasa sangat sepi.

" Heven, bisakah kita beristirahat sebentar? Aku sangat lelah" pinta Athana dan disetujui oleh Radheven.

" Apakah ada yang sakit?" Tanya sang putra mahkota ketika mereka telah berteduh dibawah pohon bosar yang cukup rindang.

" Aku merasakan sedikit pusing" sejujurnya dia sudah merasakannya semenjak dari awal mereka bertemu tadi.

" Kau tunggu disini sebentar, aku akan mencarikan air untuk mu" Athana ingin melarang, tapi pria itu sudah lebih dulu meninggalkan nya. Harusnya Radheven meminta padanya saja, dia bisa mengeluarkan banyak air bahkan mungkin sanggup untuk menenggelamkan mereka karena disini banyak pohon yang yang didalamnya terdapat unsur air .

Tak ingin memusingkannya, Athana memilih untuk memejamkan matanya untuk meminimalisir rasa sakit di kepalanya. Mendadak suhu tubuhnya meningkat, tapi dia malah kedinginan. Athana sangat yakin jika bibirnya pasti mulai memerah sekarang. Berbeda dengan kebanyakan orang yang akan memucat atau membiru, bibir Athana malah akan semakin merah dan akan berwarna seperti darah ketika dia benar-benar kesakitan.

Dia mencoba menyalurkan kehangatan melalui elemen nya. Tapi, tidak ada perubahan. Ditengah usahanya meringkuk memeluk tubuhnya untuk mencari kehangatan, sebuah jubah berhasil membalut tubuh dinginnya. Athana mendongak, seorang pria dengan topeng emas muncul dihadapannya.

" Siapa kau?" Athana tidak merasa jika dia mengenal sosok itu. Namun, bukannya menjawab dia malah mengucapkan sesuatu yang lain, menambah tanda tanya di kepala Athana.

" Kau tidak sakit, tapi ini adalah sebuah pertanda. Cepat sembuh, sweetheart"

Aneh sekali dia, belum sempat Athana membalas tangannya lebih dulu menyentuh kepala Athana membuat mata cantiknya langsung tertutup, tepat setelah tangan itu berjarak dari tubuh Athana.

Apa yang sebenarnya terjadi dengan Athana?

The last element Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang