#28

40 4 0
                                    

Tekan bintang 🌟 sebagai uang parkir 🌵

Dia ingin bertemu kalian"

Jester dan Felix saling tatap hingga akhirnya Jester berujar  dengan pandangan bertanya
" kau yakin?"

" Ini belum waktunya, Yang Mulia"  timpal Felix menatap Zeevandra.

" Tidak ada pilihan lain "

" Namun, resikonya sangat tinggi ditambah lagi dengan hadir mu yang belum waktunya.  mungkin bisa menambah resiko hukuman yang akan didapat" balas Felix menatap Zeevandra.

" Apa yang sudah kau lakukan hingga membuatnya meminta untuk bertemu dengan  orang-orang mu?" Tanya Jester menatap Zee tajam.

" Tidak ada"

" Kau yakin?" Balas Felix penuh selidik.

" Dia mengira jika bawahan ku adalah kaum wanita"

" Apa yang terjadi padanya?" Sahut  Jester ingin tahu.

" Entahlah, aku langsung meninggalkan nya setelah dia marah"

" Kau sangat tidak berhati" hardik Felix sedangkan Zeevandra hanya mengedikkan bahunya.

" Lebih baik kau pikirkan lagi dengan matang. Hukuman langit sangat tak berperasaan" usul Felix menatap Zeevandra penuh keraguan yang terpancar jelas dimatanya.

" Cambuk petir sangat menakutkan" timpal Jester bergidik ngeri membayangkan bagaimana petir - petir itu saling bersahutan menyambar nya.

" Memangnya kau sudah merasakannya?" Tanya Zeevandra penuh selidik.

" Jangankan merasakannya, mungkin melihat saja dia tak pernah" timpal Felix

" Yang benar saja kau. Aku memang belum merasakannya, tapi aku sudah pernah melihatnya" sinis Jester.

" Bukannya kau hanyalah rakyat jelata? Bagaimana caranya kau bisa memasuki kerajaan langit?" Tanya Felix lagi.

" Kau terlalu banyak bertanya. Kemana sikap dingin mu selama ini?" Hardik Jester menatap Felix nyalang.

" Diam! "

Zeevandra sangat jengah melihat kedua bawahannya yang tidak ada sopan santun didepannya. Dirinya bahkan seperti tak ada harganya jika bersama mereka. Entah mereka lupa jika dia adalah sang dewa kematian yang bisa saja mencabut nyawa mereka kapanpun ia mau.

" Kalian akan membantu ku atau tidak?"

Hening. Zeevandra memperhatikan Felix dan Jester namun tak ada respon apapun yang diberikan oleh keduanya. Melihat hal itu, membuat Zeevandra terkekeh sinis. Ia langsung membalikkan badannya dan berujar pelan

" Iris menunggu kedatangan kalian "

***

Gadis malang itu terlihat sedang sibuk berkutat dengan setumpuk buku-buku tebal dan juga kertas materi miliknya. Kini ia harus membayar semua yang sudah ia perbuat.

" Kertas sialan. Mengapa kau harus ditujukan untuk ku? Diantara ribuan kultivator yang lebih pintar dan lebih rajin dari ku mengapa harus aku yang kau pilih untuk mengerjakan mu!" Maki Athana frustasi.

Sungguh sangat lelah rasa nya disaat masa-masa istirahat seperti ini di suruh untuk mengerjakan setumpuk kertas tak berguna yang bisa merusak suasana hati. Ditambah lagi dengan Zeevandra yang langsung pergi tanpa menghiraukan emosi Athana yang siap meledak.

" Lihat saja. Aku akan membalas kalian semua" ujar nya sarat akan dendam yang terpendam.

Tok tok tok

The last element Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang