#27

5 0 0
                                    

Tekan bintang 🌟 sebagai uang parkir 🌵

Ditengah-tengah derasnya hujan yang tak berhenti turun membasahi bumi, jauh didalam hiruk pikuk manusia terdapat sebuah bangunan tua tak berpenghuni yang dikuasai oleh mereka yang dianggap telah musnah dari muka bumi ini.

Tidak ada yang menyadari jika bagian dari mereka masih ada, hidup berdampingan dengan semua makhluk dan beraktivitas layaknya masyarakat pada umumnya. Mereka menyamar kan diri bagaikan serigala yang berbulu domba.

Namun, anehnya hujan tak jatuh hingga menghantam bumi di sekitar bangunan tua itu. Semua karena ada barier tak kasat mata di atasnya yang melindungi sekeliling bangunan tersebut dari semua hal termasuk cuaca yang berubah-ubah setiap waktunya.

Bangunan tersebut mengeluarkan berbagai macam jenis aura yang berasal dari dalamnya. Namun, diantara semuanya hasrat dan kebencian yang jauh lebih mendominasi. Kegelapan lebih mendalam dan sudah melekat bersama mereka dibandingkan cahaya. Hidup mereka hanya dipenuhi oleh keinginan dan nafsu untuk membalas.

Selama bertahun-tahun mereka mengurung diri didalam bangunan tua tersebut tanpa memberitahukan kepada seluruh dunia jika klan mereka masih ada hingga sekarang karena mereka lebih memilih untuk bungkam dan menyendiri.

Namun, dibalik bungkam nya terdapat rasa kebencian dan keinginan untuk balas dendam yang semakin membuncah didalam diri mereka setiap detiknya. Rela menjauh dan bersembunyi demi keluar untuk melampiaskan hasrat dan nafsu yang selama ini masih tersegel.

Didalam bangunan tua tersebut, terdapat sebuah ruangan yang paling gelap diantara semua ruangan gelap yang dimiliki oleh bangunan tua tersebut. Di dalam ruangan itulah, makhluk itu berada, Berdiri dengan gagahnya menatap ke arah luar jendela memperhatikan rindang nya pepohonan yang belum terjamah sedikit pun oleh tangan manusia.

" Apakah kau akan tetap mengurung diri didalam ruang gelap ini hingga mati?"

Hening. Pria itu tak menyahut ucapan dari sosok kakak yang selama ini bersamanya. Ia tetap menatap ke arah luar jendela dengan pandangan kosong.

" Sampai kapan kau akan terus menyiksa dirimu sendiri, Kenric?"

Huftt

Kenric menghembuskan nafasnya lelah, ia membalikkan badannya dan berjalan ke arah sebuah meja kayu didalam ruang itu.

" Tidak ada alasan untuk ku keluar dari sini"

Kenric berujar sembari tangannya terus menerus membolak-balik kan halaman buku didepannya.

" Dirimu. Jadikan dirimu sebagai alasan atas semua yang akan kau perbuat agar kau beruntung dan tak menyesal dalam hal apapun itu"

Kenric terkekeh kecil mendengar ucapan kakaknya yang benar-benar tidak masuk akal menurut nya.

" Aku sudah kehilangan diriku sendiri"

" Kita masih harus mencapai banyak hal, kumohon kerja sama dari mu"

" Apa yang masih bisa kau harapkan dari ku ?"

" Pesona mu"

***

" Kau sudah sembuh?"

Athana menatap Zeevandra lekat dan memperhatikan seluruh luka pria itu yang sempat membuat nya panik.

" Aku tak sakit"

" Tapi kau terluka"

" Itu tak ada apa-apanya untuk ku"

" Jika kau kuat, lantas mengapa kau malah terjatuh didepan ku dengan keadaan tubuh yang penuh dengan luka. Tak tahukah kau jika itu membuat ku takut!"

Ia berujar dengan nafas yang memburu dan suara bergetar berusaha menahan dirinya agar tidak menangis. Manik mata Athana yang mulai berkaca-kaca memperhatikan iris merah itu lekat.

Dia sendiri juga bingung mengapa dirinya sangat sedih.

" Tenanglah, aku baik-baik saja"

Zeevandra menarik Athana ke pelukan nya berharap agar gadis itu tenang.

" Aku membutuhkan mu sebagai matahari ku. Hidup ku sangat gelap sebelum kau datang" Zee semakin mengeratkan pelukannya, ia kembali berujar dengan lirih bahkan sangat lirih.

" Kumohon untuk tidak menunjukkan gerhana mu kepada siapa pun"

" Kau menginginkan ku menjadi matahari?" Tanya Athana menatap Zeevandra.

" Apakah kau lupa jika kau adalah sang tuan bulan?" Lanjutnya yang mampu membuat Zeevandra terdiam selama beberapa saat.

" Ada mitos yang mengatakan jika bulan dan matahari tak akan bisa bersatu. Lalu Tuhan menakdirkan adanya gerhana untuk menunjukkan bahwa tak ada yang tak mungkin tentang cinta "

" Aku yakin jika gerhana itu akan terjadi. Entah cepat atau lambat, dia Pasti akan datang untuk menunjukkan kepada kita bahwa tidak ada yang tak bisa terjadi jika Tuhan menghendakinya. Kau mengerti nona matahari?" Zeevandra mengangkat dagu Athana membuat mata mereka bertubrukan.

Cupp

Dengan gerakan cepat Zeevandra mengecup sekilas bibir mungil Athana " Sekarang lebih baik kau kerjakan semua tugas milikmu"

" Apa kau akan tetap disini?" Tanya Athana menatap Zee

" Sepertinya aku akan... "

" Kau tidak boleh kemana pun" dengan cepat Athana langsung memotong ucapan Zeevandra dan menarik baru pria itu untuk digenggam erat.

" Aku harus mengurus sesuatu "

" Kau bisa menyuruh bawahan mu untuk melakukannya" ujar Athana sembari memeluk Zee erat.

" Aku tidak melakukan apapun, hanya akan bertemu mereka " Zeevandra mencoba menjelaskan kepada gadis itu.

" Siapa mereka?"

" Bawahan ku"

" Kalau begitu, suruh saja mereka yang kemari. Aku juga ingin bertemu dengan orang-orang mu"

Athana berujar dengan raut wajah berbinar berharap Zeevandra menyetujui sarannya, karena ia sangat penasaran akan kehidupan mate nya. Zeevandra tak pernah sekalipun memperkenalkan ibunya ataupun orang- orang disekitarnya kepada Athana. Jangankan memperkenalkan, menceritakan saja tak pernah. Bagaimana caranya Athana bisa mengenal pria itu jika Zee tak pernah terbuka dengan Athana.

" Tidak!"

Satu kata singkat yang keluar dari mulut Zee mampu membuat Athana mendesah kecewa. Padahal ia sangat berharap jika pria itu menyetujui nya.

" Apa bawahan mu itu wanita? Kau ingin menghabiskan waktu bersama mereka ? Jika iya, silahkan pergi aku tak membutuhkan mu"

Athana melepaskan pelukannya dengan paksa dan berbalik badannya melangkah menuju ke arah kamarnya. Dengan emosi Athana menutup pintu hingga menghasilkan suara debuman yang cukup keras.

" Dasar anak kecil"

Dengan kurang ajarnya Zeevandra langsung menghilang dari sana tanpa memperdulikan Athana. Ia langsung pergi menuju ke pedalaman hutan terlarang, tempat dimana kastilnya berada.

Dan dengan sangat tidak ramah, ia langsung menyeret paksa dua makhluk tak berdosa yang sedang bermain catur di bawah pohon rindang dihalaman belakang kastil.

" LEPASKAN AKU" teriak Jester panik ketika ia merasakan dirinya ditarik secara paksa dan tiba-tiba.

" TOLOOOONG "

kali ini tak hanya Jester yang berteriak namun juga Felix. Mereka kembali panik ketika mereka melesat secara paksa dengan sangat tidak elit. Hingga akhirnya mereka berhenti tepat didepan kastil utama bersama dengan seorang makhluk tak berhati yang dengan tak merasa bersalah nya menarik mereka.

" Apa yang kau lakukan?" Protes Jester ketika sadar jika Zeevandra lah pelaku yang telah menyebabkan dirinya dan Felix melesat dengan tidak elit.

" Aku membutuhkan kalian "

" Apa yang harus kami lakukan, Yang Mulia?" Felix berucap dengan setengah sadar, nyawanya masih berada di ambang batas kesadaran setelah melesat secara tiba-tiba.

" Aku membutuhkan bantuan"

" Kali ini kau tidak akan membohongi kami bukan?" Ujar Jester takut-takut. Ia trauma akan semua tipu daya yang dilakukan Zeevandra.

Pria itu menggeleng, ia menatap mereka dalam "dia ingin bertemu kalian"

The last element Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang