Bali

197K 10.3K 60
                                    

Vano memasuki mansion Dirgantara yang gelap gulita, karena sekarang pukul dua pagi. Vano yang hendak masuk ke kamarnya, mengurungkan niat dan malah berjalan menuju kamar Diana. Entah mengapa ia ingin melihat wajah istrinya.

Keberuntungan berpihak kepada dirinya, sebab kamar Diana tidak dikunci. Aroma mawar langsung tercium ke dalam indera penciuman Vano yang membuat pria itu memejamkan mata sambil menghirup dalam aroma mawar itu, rasanya menenangkan.

Vano menatap Diana yang kini sedang tertidur. Sial! Mengapa wanita itu terlihat sangat cantik jika tertidur seperti ini.

Tatapan Vano tidak pernah lepas dari bibir pink alami milik Diana. Entah mengapa ia sangat tergoda untuk merasakan bibir itu. Apakah rasanya manis?

Vano menyentuh bibir itu, rasanya sangat lembut dan kenyal. Jika aku mencicipinya sedikit saja tidak apa bukan?

Senyum smirk muncul dibibir pria itu. Dengan lancangnya mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Diana. Awalnya hanya sebuah kecupan, tapi lama kelamaan berubah menjadi lumatan kecil.

Vano menjauhkan wajahnya setelah puas mencium Diana. Ah sekarang ia malah ingin memeluk wanita itu. Tidak masalah bukan jika ia ingin memeluk Diana? Wanita itu kan istrinya. Bahkan jika ia meminta lebih, tidak akan apa-apa.

Entah apa yang merasuki Vano hingga seberani ini untuk mencium dan memeluk Diana. Apa karena efek alkohol yang diminum, hingga membuat pria itu menjadi berani.

Vano yang merasa terganggu dengan kemejanya langsung membukanya dan membuang ke sembarang arah. Ia kembali memeluk Diana dan menyembunyikan wajahnya diceruk leher Diana.

Menghirup rakus aroma tubuh Diana yang menenangkan. "Sangat nyaman." batin Vano.

***

Diana mengerjakan matanya, wanita itu mencoba menyesuaikan dengan cahaya matahari yang masuk melalui celah jendela.

"Euhh." lenguh Diana sambil meregangkan tubuhnya.

Diana turun dari ranjang menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Didepan kaca, Diana melihat ada ruam di lehernya.

"Apa digigit nyamuk? Tapi dikamar ini tidak ada nyamuk, dan juga tanda ini seperti kissmark." gumam Diana bingung.

"Mungkin memang digigit nyamuk dan aku tidak sengaja menggaruknya sampai merah begini." lanjut Diana.

Sedangkan ditempat lain, Vano sedang duduk di kursi kebesarannya sambil membaca materi untuk meeting nanti. Namun pikiran pria itu sedari tadi isinya hanya Diana dan Diana.

Leher putihnya, bahu mulus bibir pink alami dan rasanya yang manis. Astaga! Vano langsung meraup wajahnya. Ia harus menghilangkan Diana dari pikirannya sekarang.

Bahkan pria itu pergi pagi-pagi sekali agar tidak bertemu dengan Diana. Untung saja ia bangun lebih dulu ketimbang wanita itu. Jika tidak, entah apa yang akan dipikirkan istrinya itu jika mendapatinya tidur disamping wanita itu.

***

Diana sudah berada didalam pesawat, ia juga tadi sudah berpamitan dengan Bima dan Desi. Dan seperti biasa, hanya Bima yang merespon positif sedangkan Desi sudah menduga yang tidak-tidak tentangnya. Namun Diana tidak peduli, toh yang penting ia sudah pamit.

"Disana pasti banyak bule tampan Di!" seru Mila.

"Ingat tunangan mu."

Mila berdecak. "Jangan membahas pria dingin itu, aku tidak mau mengingat pria itu disaat disana akan banyak pria bule tampan."

Diana menggelengkan kepalanya. "Seterah kau saja, jika Riko tau entah apa yang akan dilakukannya."

"Pria itu pasti hanya diam saja. Karena apa? Karena pria seperti Riko itu hanya mementingkan pekerjaannya saja. Jadi aku akan bersenang-senang disana!"

Transmigrasi DianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang