Kini Diana sedang dalam perjalanan pulang ke Indonesia dan ia hanya seorang diri. Pria itu yang menyuruhnya pulang lebih dulu dan berkata ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Sebenarnya ia curiga pekerjaan apa yang dimaksud Vano? bukankah mereka ke sana untuk berbulan madu? dan ketika ia dikurung selama seminggu, apa yang sebenarnya pria itu lakukan.Semakin dipikir semakin membuat kepalanya pusing, entah mengapa tubuhnya mendadak lemas. Ia juga harus memikirkan bagaimana cara mendapatkan uang untuk usaha butiknya nanti. Uang yang dimilikinya masih kurang dan seandainya ia menang saat taruhan malam itu, pasti ia tidak akan pusing seperti ini.
"Apa ada yang anda butuhkan nyonya?"
"Bisakah kau memberikan aku obat untuk meredakan rasa sakit kepala? kepalaku pusing."
"Biar saya panggilkan dokter nyonya."
"Tidak perlu, tolong berikan aku obat saja."
"Baiklah nyonya."
Sedangkan di kediaman Dirgantara, Megan tampak menatap tajam pria didepannya. "Apa yang kau lakukan di sini?!"
Pria bernama David itu menatap melas kepada Megan. "Ijinkan aku untuk bertanggung jawab."
"Ck, apa yang dapat kau berikan jika ingin bertanggung jawab?!"
"Aku- aku akan membahagiakanmu."
Seketika Megan tertawa mengejek. "Pria miskin sepertimu tidak akan mungkin bisa membahagiakan ku."
Ucapan Megan membuat David mengepalkan tangannya. "Aku akan berusaha."
"Dengan apa? apa dengan bekerja sebagai pelayan di restoran? lebih baik kau pergi dan lupakan semuanya. Bukan kah kau juga diuntungkan jika tidak bertanggung jawab?!"
"Ijinkan aku bertemu orang tuamu."
"KAU GILA!!"
"Megan, aku hanya ingin bertanggung jawab, bagaimana kejadian malam itu menghasilkan seorang bayi?"
Megan tertegun lalu ia menggeleng dengan kuat. "Tidak akan, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi."
David terkekeh. "Bagaimana bisa kau sepercaya itu?"
"Karena aku sudah meminum pil kontrasepsi, jadi mulai sekarang jangan pernah menunjukkan wajahmu di hadapanku."
"Baiklah." balas David lalu pergi dari kediaman Dirgantara, setidaknya ia sudah berusaha untuk bertanggung jawab. Dan hari ini akan selalu diingatnya, hari dimana harga dirinya direndahkan oleh putri keluarga Dirgantara.
***
"Selamat datang kembali nona." sambut Ratih ketika Diana memasuki mansion.
"Terima kasih bik."
Setelah memberikan beberapa oleh-oleh kepada Ratih, Diana menuju kamar untuk beristirahat karena tubuhnya masih lemas.
Beberapa jam kemudian ia turun untuk makan malam. Di meja makan sudah ada Desi, Megan, dan Bima. Diana bertanya-tanya kapan ibu mertuanya itu pulang.
"Kapan kau pulang Diana? Dan dimana Vano?" tanya Bima.
"Beberapa jam yang lalu Pah, dan Vano masih di Italia, katanya masih ada yang harus diselesaikannya."
"Seharusnya dia tidak menyuruh mu untuk pulang sendiri."
"Biarkan saja Pah, dia juga bukan anak kecil yang harus diantar-antar!" celetuk Desi yang dibalas tatapan tajam dari Bima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Diana
FantasyDaisy Mahesa, seorang model terkenal. Ia juga merupakan putri tunggal dari keluarga Mahesa. Menjadi seorang model merupakan mimpinya, namun sayang karena sebuah kecelakaan yang dialaminya membuat ia harus terdampar ditubuh Diana Maheswari. Seorang w...