Sekarang menunjukkan pukul lima sore, dan Diana baru saja menyelesaikan sesi mandinya. Dengan hanya memakai handuk Diana keluar dari kamar mandi. Namun saat diluar ia menemukan Vano sudah berada di dalam kamar."Kau?! Kenapa cepat pulang?" panik Diana sambil menunjuk Vano.
Namun pria itu tidak menjawab pertanyaan Diana, dan malah menatap tubuh istrinya itu dari atas sampai bawah yang membuat Diana marah.
"Jangan lihat!"
"Aku tidak tertarik." acuh Vano namun tidak mengalihkan pandangannya.
"Tidak tertarik, tapi matamu itu melihatku seakan ingin keluar dari tempatnya!" ketus Diana lalu segera masuk ke dalam walk in closet untuk memakai pakaian.
Sedangkan Vano segera meraup wajahnya untuk menghilangkan bayangan tubuh Diana dari pikirannya. Astaga mengapa ia menjadi panas begini, sepertinya ia butuh air dingin untuk menyegarkan pikirannya.
Setelah memakai pakaiannya, Diana keluar namun ia sudah tidak menemukan keberadaan Vano dan digantikan dengan suara gemircik air yang berasal dari kamar mandi.
Diana yang merasa haus memilih turun ke bawah untuk membuat segelas orange juice. Di dapur ia tidak menemukan seorang maid pun. Mungkin mereka sedang bergosip di taman belakang, karena beberapa kali ia pernah menangkap basah mereka yang tampak asik bergosip.
Diana tersenyum setelah merasakan dinginnya orange juice yang masuk ke dalam tenggorokannya. Dari arah berlawanan tampak Vano berjalan ke arahnya dan kini sedang duduk tepat di depannya dengan wajah datar.
"Buatkan juga untuk ku."
"Baik, apa kau mau cemilannya sekalian?" tawar Diana dengan senyuman yang membuat Vano mengerutkan dahinya.
"Tidak itu saja."
"Oke, kau tunggu saja. Tidak sampai satu tahun minumanmu akan jadi."
Vano jadi curiga, mengapa istrinya itu langsung menuruti perintahnya tanpa adanya perlawanan. Bahkan tadi saja wanita itu marah kepadanya karena melihat tubuhnya, padahal ia tidak salah apa-apa karena itu juga kamarnya. Lagipula wanita itu masih memakai handuk, tidak benar-benar naked.
"Tara.. ini dia minuman spesial!" antusias Diana sambil meletakkan orange juice yang telah dibuatnya di depan Vano.
Vano menatap tak yakin ke arah orange juice itu, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Diana. Tampak wanita itu tersenyum manis sambil mengangguk yang membuatnya mengambil orange juice tersebut dan meminumnya.
Belum sampai di tenggorokannya, Vano langsung memuntahkan orange juice itu dan langsung menatap tajam Diana yang kini sedang tertawa senang.
"Sial! apa yang kau masukkan ke dalam minumanku?!"
"Hahaha.. gimana rasanya? apa kurang asin? soalnya tadi aku memasukkan sepuluh sendok garam ke minumanmu."
Vano mengelap bibirnya dan meminum segelas air putih untuk menghilangkan rasa asin di lidahnya. Seharusnya ia tidak percaya kepada wanita di depannya ini.
Diana kembali ke dapur lalu membawa segelas orange juice yang baru dan meletakkannya di hadapan Vano. "Kali ini tidak ku beri garam, dan yang tadi itu balasan karena kau telah mengurungku waktu di Singapura."
Vano tidak menggubris perkataan Diana, ia sudah terlanjur tidak percaya akan kata-kata wanita itu. Bisa jadi memang tidak dimasukkan garam tapi malah dimasukkan bubuk cabe. "Aku tidak mau masuk ke jebakan yang sama untuk kedua kalinya."
Diana mengambil orange juice itu dan meminumnya. "Lihat, tidak ada apa-apa kan?"
"Tapi aku tetap tidak percaya." balas Vano lalu berdiri dan berjalan menuju dapur untuk mengambil minuman bersoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Diana
FantastikDaisy Mahesa, seorang model terkenal. Ia juga merupakan putri tunggal dari keluarga Mahesa. Menjadi seorang model merupakan mimpinya, namun sayang karena sebuah kecelakaan yang dialaminya membuat ia harus terdampar ditubuh Diana Maheswari. Seorang w...