Kabur

183K 9.5K 843
                                    

Diana tersentak saat bangun telah menemukan Vano yang kini duduk menatap tajam dirinya, mengapa pria itu bisa ada dikamarnya? Ah, pasti pria itu menggunakan kekuasaannya. 

"Tidak bisakah kita tidak bertemu untuk hari ini  saja?" pinta Diana dengan memelas.

Vano menaikkan sebelah alisnya. "Setelah apa yang kau lakukan, kau masih berani mengatakan hal itu."

Diana terkekeh pelan lalu menatap Vano dengan tatapan menggoda. "Bagaimana semalam, apakah kau bermain solo?"

Vano mendengus. "Apakah kau puas?"

Diana mengangguk mantap lalu dengan cepat menggeleng. "Sebenarnya aku ingin membantumu tadi malam, namun aku mendadak tidak berselera setelah mencium mulutmu yang sangat bau itu."

"Bau?"

"Iya, baunya seakan membuat ku ingin pingsan!"

Diana tertawa didalam hati saat melihat tatapan tak percaya dari Vano. Astaga! apakah pria itu percaya? Mulut pria itu tidak bau, namun mulutnya itu kalau berbicara tajamnya melebihi ibu-ibu gosip. 

Vano tersenyum smirk. "Kita lihat apakah kau akan pingsan."

"Maksud- emm!" Diana langsung melotot saat merasakan bibir Vano menempel dengan bibirnya bahkan kini pria itu dengan semangat melumat bibirnya.

Vano melepaskan tautan bibir mereka. "Kau tidak pingsan."

"Bukan-" belum sempat Diana membalas, pria itu kembali mencium bibirnya. 

"Euhg.." lenguh Diana. Astaga! ia tidak boleh tergoda. Tapi ia tidak bisa berbohong jika pria itu sangat ahli dalam berciuman. Dulu ia pernah beberapa kali berciuman dengan mantan-mantannya tapi tidak ada yang sehebat Vano.

Setelah beberapa menit barulah Vano melepaskan Diana dan tersenyum miring sambil memegang bibir Diana yang tampak basah. "Kau menikmatinya."

"TIDAK!!" sentak Diana lalu mendorong Vano.

"Karena kau aku harus tersiksa tadi malam."

"Itu salahmu bukan salahku! siapa suruh minum obat perangsang!"

Vano menggeram. "Kau dilarang keluar dari kamar hotel ini selama seharian. Itu hukuman untuk wanita pembangkang sepertimu."

Setelah mengucapkan hal itu Vano meninggalkan Diana. Namun Diana yang tidak terima dihukum begitu saja langsung mengambil sendal rumahan miliknya lalu melempar tepat mengenai kepala bagian belakang Vano.

Vano mengambil sendal milik Diana lalu berbalik dan menatap dingin istrinya itu. Tapi yang ditatap langsung melarikan diri ke kamar mandi dan tertawa terbahak-bahak. "Haha rasain. Emang enak ditimpuk menggunakan sendal!"

 ***

Para bodyguard tampak menunduk hormat ketika Vano datang dengan raut kesal. Mereka bertanya-tanya hal apa yang membuat tuan mereka bisa kesal seperti itu.

"kalian bertiga berjaga di depan kamar istriku, pastikan dia tidak akan bisa kabur."

"Baik tuan!"

"Sisanya ikuti aku."

Sedangkan Diana sibuk memikirkan bagaimana cara agar ia bisa pergi dari kamar hotel ini. Ia yakin pasti pria itu memberikan penjagaan yang ketat sekarang. "Ayolah Diana! pikirkan bagaimana caranya!"

Diana mencoba keluar namun ia langsung dihadang dengan bodyguard Vano, sudah banyak alasan ia berikan namun para bodyguard itu tetap tidak memperbolehkannya pergi. Mereka semua sangat patuh terhadap Vano.

Transmigrasi DianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang