Sayang?

192K 10.8K 538
                                    

***

Diana membuka matanya lalu menatap langit-langit kamar, hari ini ia akan bermalas-malasan saja.

Vano tidak pulang, terlihat dari kasur disampingnya yang masih rapi. Dan Diana pun masa bodoh, ia tidak mau memikirkan pria itu. Bahkan jika perlu, ia harap Vano tidak pulang sampai seminggu kemudian.

Suara ketukan pintu terdengar, lalu tak lama kemudian seorang maid masuk.

"Nyonya ini sarapan anda." ucap maid sambil mendorong troli ke samping ranjang.

"Terima kasih."

"Sama-sama nyonya, kalau begitu saya pamit permisi."

Bangkit dari ranjang, Diana mencuci wajahnya lalu sarapan. Setelah sarapan ia turun ke bawah karena ingin menghirup udara segar.

Namun baru saja melewati ruang keluarga, Diana menemukan Megan yang sedang menangis.

"Ternyata bisa nangis juga." Batin Diana.

Karena tak ingin merusak paginya yang cerah ini, Diana hanya melewati Megan tanpa ada niat untuk menyapa.

Taman di Mansion Dirgantara menurutnya sangat terawat, terlihat dari banyaknya bunga yang tumbuh dengan mekar. Diana menghirup udara pagi sambil memejamkan matanya, terasa begitu menenangkan.

"Maaf nyonya."

Diana membalikkan tubuhnya lalu menatap bingung maid yang beberapa saat lalu mengantar sarapan miliknya. "Ada apa?"

"Nona Megan tiba-tiba mengamuk, nyonya. Saya dan yang lainnya sudah berusaha untuk menghentikannya, tapi-"

Belum selesai maid itu berbicara, Diana langsung melangkahkan kakinya memasuki Mansion. Diana menutup mulutnya ketika melihat bagaimana banyaknya barang yang berserakan, sepertinya Megan melempar barang-barang itu dengan brutal.

"Apa yang kau lakukan?!"

Megan menatap tajam Diana, lalu tanpa dicegah Megan melempar vas bunga ke arah Diana.

"Heh! Kalau vas itu mendarat ke wajah cantik ku bagaimana!"

Megan semakin kesal saat vas yang dilemparnya tidak mengenai Diana. "INI SEMUA KARENA KAU!!"

Megan menunjuk Diana. "JIKA SAJA KAU TIDAK BERUBAH, MAKA HIDUPKU TIDAK AKAN SEPERTI INI. KARENA KAU, MAMA DIASINGKAN."

"DAN KARENA KAU AKU HARUS MENANGGUNG MALU DIDEPAN TEMAN-TEMANKU KARENA TIDAK BISA MEMBAYAR TAS YANG INGIN KU BELI" lanjut Megan lalu kembali melempar Diana dengan barang yang ada disekitarnya.

Tadi saat di mall, ia ingin membeli tas keluaran terbaru. Namun saat akan membayar, kartu miliknya tidak bisa digunakan. Ia yakin jika Bima sengaja memblokir kartunya karena Desi sedang diasingkan. Setiap kali Desi melakukan kesalahan, pasti ia juga akan terkena imbasnya.

Dan itu semua dialaminya hanya karena wanita asing yang masuk ke dalam keluarga Dirgantara. Sampai kapan pun ia tidak akan mengakui Diana sebagai anggota keluarga Dirgantara.

"Ah... keningku." ringis Diana sambil memegang keningnya yang terkena lemparan Megan.

Mengabaikan rasa nyeri yang ada di keningnya, Diana berjalan mendekati Megan. "Apa kau gila?!"

"IYA, AKU GILA! SAMPAI RASANYA INGIN MEMBUNUHMU."

Diana tidak habis pikir, hanya karena sebuah tas. Adik dari Vano itu sampai menjadi tidak waras seperti saat ini. "Wah ternyata kau tidak hanya ingin jadi gila tapi juga ingin menjadi pembunuh." balas Diana santai.

Transmigrasi DianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang