Bonus Part

140K 4.5K 21
                                    

Happy Reading!

Diana yang sedang menemani Lea berada di taman hiburan terkejut dengan seorang badut yang tiba-tiba ingin menculik Lea. Namun untung saja hal itu tidak terjadi karena Vano datang dan menolong untuk menyelamatkan Lea, tapi naasnya pria itu yang malah ditusuk oleh badut tersebut dan kini harus menjalani operasi.

(Yang mau baca lebih detail part ini bisa baca di Karyakarsa bagian extra part spesial, namun jika tidak ingin baca yang di Karya karsa bisa lanjut baca yang di sini tetap nyambung kok) Semoga ngerti ya!

Diana masih menjaga Vano di rumah sakit karena pria itu yang memintanya. Awalnya Diana sudah meminta Samuel untuk menjaga Vano, namun Vano menolak dan berkata tidak akan mau makan jika Diana tidak mau menjaganya.

"Satu sendok lagi." ucap Diana sambil menyuapi Vano dengan bubur yang disediakan oleh pihak rumah sakit.

"Udah, rasanya enggak enak."

"Minum dulu."

Setelah selesai Diana langsung membereskan bekas makan Vano dan mengelap tubuh pria itu dengan handuk kecil yang dibawanya.

Vano menahan tangan Diana lalu menatap wanita itu. "Aku mau buang air kecil."

"Tunggu, aku akan panggil perawat pria."

"Enggak usah, kamu aja."

Diana mendelik. "Aku enggak mau."

"Tapi aku enggak mau sama perawat, kalau dia ternyata pria jadi-jadian gimana? Apa kamu gak takut punyaku dilihat sama pria kayak gitu?" balas Vano merinding.

"Gak mungkin Vano Dirgantara, di sini perawatnya profesional."

"Aku tetap gak mau! Kamu aja kenapa sih, lagian udah pernah lihat juga. Bahkan pernah merasakan, ngapain pakai malu."

"Aku enggak malu ya!"

"Ya udah kalau gitu kamu aja, ayo bantu aku. Udah sesak dari tadi."

"Salah sendiri siapa yang nahan."

Di dalam kamar mandi Diana memalingkan wajahnya, padahal ia sudah mengatakan akan tunggu diluar aja tapi pria itu menolak dengan alasan jika dia tiba-tiba pingsan bagaimana. Baru kali ini ia merasakan sifat rempong pria itu. Biasanya juga pria itu tidak mau terlihat lemah, tapi kini malah pria itu terlihat seperti anak kecil.

Entah mengapa setelah itu tidak ada pembicaraan diantara mereka berdua. Diana sibuk sarapan sambil bermain ponsel sedangkan Vano memilih untuk menonton televisi. Sesekali Vano mencuri pandang ke arah Diana yang tampak tersenyum sambil mengetik sesuatu. Hal itu membuat Vano cemburu karena merasa jika Diana sedang mengirim pesan dengan ayah dari bocah nakal itu.

"Selama ini kau tinggal dimana?"

"Hah?"

"Kau selama ini tinggal dimana?" tanya Vano ulang.

Diana terdiam sesaat, menimbang apakah harus memberitahu Vano atau tidak. Namun ia memilih untuk jujur karena sekarang ia sudah memutuskan untuk menghadapi semuanya dengan berani. "Swiss."

"Swiss." gumam Vano. Pantas saja ia tidak menemukan Diana, selain karena wanita itu yang mengubah identitas, ia juga tidak mencari Diana sampai ke negara Swiss.

"Boleh aku berkunjung?" tanya Vano penuh harap. Setidaknya ia harus meminta dengan baik-baik, jika Diana menolak maka ia tinggal mengikuti wanita itu saja.

"Hm, kapan-kapan aku akan mengajakmu ke sana."

"Setelah aku sembuh."

"Ya?"

Transmigrasi DianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang