"Bagaimana aku bisa ada di sini?" Batinnya. Cahaya terang dan bau khas rumah sakit adalah hal pertama yang Jeonghan lihat.
Di sampingnya ada Minghao dan Wonwoo yang menatap cemas. Sekujur tubuhnya sakit. Jeonghan benar-benar tidak bisa menggerakkan semuanya.
"Akhirnya hyung sadar" Wajah khawatir Minghao membuat Jeonghan bingung. Ia tidak ingat kenapa dirinya bisa sampai dirawat di sini. Jeonghan tidak ingat mengapa dirinya bisa terbaring lemah dirumah sakit, beberapa bagian tubuhnya terasa perih, seperti ada luka basah yang terbalut perban.
"Hyung benar-benar membuat kami khawatir" Ujar Wonwoo. Jeonghan melirik ke sekitar ruangan, ada empat orang yang sedang menjenguknya sekarang.
"Seungcheol tidak sengaja menabrakmu saat hyung sedang berdiri di lampu merah" Seperti bisa membaca pikirannya Wonwoo berujar tanpa ditanya lebih dulu.
"Katanya dia kehilangan kendali dan yah, sudah bisa ditebak" Jeonghan menghela napas berat. Semenjak kepergian Seokmin ia jadi kurang berhati-hati.
"Aku tau hyung putus asa, tapi jangan mati ditangan bosmu sendiri, ini tidak lucu" Gerutu Minghao yang sudah lelah dengan kegilaan Jeonghan.
Paras cantik dan mulus itu kini kurus dan dipenuhi luka, surai pirang yang membuatnya terlihat bak malaikat kini lepek karena jarang terawat. Kondisi Jeonghan benar-benar memprihatinkan.
"Maafkan aku, aku berjanji akan lebih hati-hati" Dengan tangan yang masih lemah ia mengusak surai Minghao lembut. Senyuman teduh yang selalu berhasil membuat Wonwoo dan Minghao terhanyut dalam kehangatan si pria cantik.
Tapi semenjak itu harinya berubah. Ada seorang pemuda yang sedang berdiri di pojok kamar, Jeonghan sama sekali tak mengenalnya, tapi ia tau kalau ada yang janggal di sini.
"Tuan Yoon, Jeonghan, Yoon Jeonghan" Setelah panggilan ketiga, Jeonghan menoleh ke asal suara. Lamunannya di buyarkan oleh panggilan tersebut.
"Kau masih sakit?" Lagi-lagi Choi Seungcheol. Jeonghan rela membayar berapapun agar tak bertemu orang ini langsung.
"Sudah tidak Sajangnim, saya sudah sehat" Ujarnya sopan.
"Ck" Jeonghan bergidik. Oh Tuhan, apa mulutnya baru saja salah bicara sampai Seungcheol berdecak kesal?
"Kau kurang tidur belakangan ini?" Jeonghan yang menunduk kini memberanikan diri menatap Seungcheol.
"Kulitmu pucat, rambut terang, kantung matamu itu menyeramkan, kau ini seperti bukan seorang karyawan kantoran" Jeonghan menggigit bibirnya kesal. Kenapa orang ini jadi menilai fisiknya.
"Maafkan saya" Cuma kata itu yang berani Jeonghan keluarkan. Memaki? Jeonghan sangat ingin, tapi dia masih mencintai pekerjaannya.
"Saya permisi" Belum sempat beranjak lengannya ditahan Seungcheol, pria berbulu mata lentik itu memperhatikan setiap inci paras menawan Jeonghan. Jeonghan tidak mengerti, Seungcheol itu sering berbuat semaunya, untuk kali ini ia hanya berharap tak memiliki kesalahan lagi.
"Aku belum selesai bicara" Jeonghan diam, mana bisa ia membantah Seungcheol. Jeonghan menunduk, ia masih menanti kalimat apa yang akan Seungcheol keluarkan setelah ini.
"Bagaimana kondisimu? Aku belum sempat menjengukmu kemarin" Jeonghan terperanjat, ia tak menduga Seungcheol akan bertanya.
"Saya sudah lumayan membaik"
"Lukamu, apa itu masih sakit?" Jeonghan menggeleng.
"Sudah mau sembuh" Entah mengapa wajah Seungcheol masih terlihat tidak puas dengan jawaban tersebut.
"Bisa kita bicara setelah pulang kerja?"
"Bisa Sajangnim" Jeonghan berlalu begitu saja. Sebenarnya dia sangat penasaran kenapa tiba-tiba sang atasan mengatakan hal tersebut. Kata orang-orang Seungcheol itu pemarah dan kasar, Jeonghan tidak begitu paham, dia juga baru setengah tahun bekerja di perusahaan ini dan baru bertemu dengan Seungcheol tiga bulan lalu. Dari yang ia dengar, dinas di luar negeri membuat Seungcheol rela meninggalkan negara asal sampai berbulan-bulan.
Matahari mulai berganti tempat dengan bulan, suhu udara semakin menurun, Jeonghan melirik ke luar jendela sembari meregangkan kedua lengannya ke atas. Akhirnya pekerjaan hari ini selesai juga. Ketika ingin berbalik, sebuah gelang jatuh dari saku celananya. Kalau tidak salah dia memungut benda itu seminggu yang lalu.
Jeonghan berjongkok, mengambil gelangnya, namun pergerakannya terhenti saat sepasang kaki berdiri di depannya. Jeonghan tau kalau tidak ada orang yang masuk ke ruangannya, Jeonghan tau kalau tadi tidak ada suara langkah kaki yang masuk, Jeonghan tau ini bukanlah hal yang biasa orang lihat. Matanya langsung terpejam, ia bergidik ngeri tapi tak berani mengeluarkan suara. Minghao sedang tidak ada di ruangan mereka.
"Kumohon seseorang datanglah" Rapal Jeonghan ketakutan.
"Hyung" Suara itu lagi, Jeonghan sudah muak mendengarnya selama seminggu ini.
"Hyung, Jeonghan Hyung 'kan?" Jeonghan menutup telinganya, matanya masih terpejam rapat. Dia sangat tidak mau menanggapi hal mistis seperti ini. Jeonghan masih belum terbiasa.
"Jeonghan" Sebuah tepukan membuat Jeonghan terperanjat, matanya refleks terbuka lantaran kaget dengan panggilan barusan.
"Kau kenapa?" Syukurlah, itu adalah Choi Seungcheol.
"T-tidak, saya baik" Ucap Jeonghan ketir. Sontak Jeonghan berdiri menghadap si atasan. Sebenarnya Seungcheol juga bingung kenapa Jeonghan terlihat aneh belakangan ini. Belum lagi raut takut dan wajah gelisah saat disuruh masuk ke ruangannya. Benar saran dari Mingyu, ia harus lebih dekat dengan para karyawan.
"Pekerjanmu sudah selesai?" Jeonghan mengangguk sebagai jawaban.
"Kalau begitu kita bisa bicara sekarang?"
"Tentu saja"
"Tapi tidak di sini" Jeonghan mengernyitkan alis bingung, apa barusan Seungcheol seperti memberi tanda untuk membahas sesuatu di tempat lain?
"Kenapa tidak di sini saja Sajangnim?" Tanya Jeonghan keheranan, Seungcheol melirik sebentar lalu menghela napas malas.
"Aku tau kau tidak nyaman di kantor ini" Seperti dapat membaca isi kepalanya, Seungcheol menebak perasaan Jeonghan dengan benar kali ini.
"Sekalian makan malam di luar, aku belum sempat mengatakan apapun padamu" Jeonghan hanya menurut saja, walaupun sebenarnya dia tidak mengerti kenapa sikap Seungcheol berubah dalam sekejap. Padahal biasanya saat rapat atau sekedar bertemu orang itu akan diam dan hanya mengatakan hal seperlunya.
***
Tbc
07/01/2023Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote & comment guys
KAMU SEDANG MEMBACA
Brücke | JeongCheol
FanfictionSebulan belakangan, Jeonghan selalu diikuti oleh sosok anak muda yang berisik. Jeonghan bukan indigo, tidak juga memiliki indra ke-enam, tapi kecelakaan sebulan lalu membuatnya mengetahui apa yang tidak orang ketahui. Jeonghan mati-matian menyembuny...