Keheningan melanda Joshua dan Jeonghan, entah sudah berapa lama mereka berdiam diri. Joshua canggung, biasanya dia tidak begini, namun lantaran amukan Seokmin tadi membuatnya tidak tau harus melakukan apa. Belum lagi sepupunya berusaha membunuh Jeonghan, tapi bagaimana bisa Dokyeom yang dia kenal begitu peduli dengan Jeonghan.
"Joshua."
"Iya?" Begitu namanya dipanggil Joshua langsung menoleh.
"Kau sepupu Seungcheol 'kan?" Joshua mengangguk sebagai jawaban.
"Seungcheol itu orangnya bagaimana?" Joshua mematung, sejujurnya dia juga tak begitu mengetahui kehidupan Seungcheol. Selama ini dirinya hanya mengikuti perintah Seungcheol saja.
"Aku tidak terlalu dekat dengannya, hehe." Tidak mungkin Joshua jujur kalau selama ini Seungcheol menyuruhnya menculik orang lain.
"Apa dia punya kekasih?" Jeonghan menilik Joshua lekat.
"Lebih tepatnya tunangan, dia punya tunangan." Jeonghan terperanjat, matanya membulat setelah mendengar perkataan Joshua barusan.
"Wah wah, aku tak menyangka." Sahut Jeonghan kaget.
"Apalagi aku."
"Ha?" Joshua tertawa kecil melihat reaksi lucu Jeonghan.
"Mereka dijodohkan, biasalah, rekan bisnis." Jeonghan mencebik, kasihan sekali Seungcheol, padahal ia akui pria itu cukup gagah, keren dan sangat berwibawa. Tak disangka ternyata hidupnya masih di atur juga.
"Kenapa kau tidak memberitauku?" Bisik Jeonghan pada Dino.
"Aku juga baru tau Hyung."
Entah mengapa semua terasa semakin janggal, Jeonghan percaya kalau mereka adalah kakak adik tiri, tapi seolah Dino benar-benar menyembunyikan sesuatu yang penting darinya.
"Ah iya, mumpung di sini aku mau ke makam adik Hyungwon Hyung." Joshua mendelik, ia ikut bangkit dan mengikuti Jeonghan yang keluar dari pekarangan rumah. Mungkin lebih baik begini ketimbang mempertemukan Seokmin dan Jeonghan, firasatnya berkata buruk jika mereka bertemu sekarang.
"Dulu aku dan Seokmin sering main di sini."
"Tempat ini sangat berarti untukmu?" Jeonghan mengangguk cepat.
"Banyak sekali kenangan yang sulit dihapus." Bibir tipisnya tersenyum simpul.
Keduanya berjalan melewati bukit-bukit kecil, berjalan beriringan agar tak tersesat. Sepanjang perjalanan Jeonghan terus menceritakan kisah masa kecilnya bersama Seokmin. Sesekali Jeonghan terbatuk karena kelelahan.
"Tak biasa jalan jauh?"
"Iya, fisikku agak lemah." Balas Jeonghan sambil tersenyum.
Dino yang sedari tadi bergumam kini terdiam, tidak salah lagi ini tempatnya.
"Kita sampai!" Seru Jeonghan saat melihat sebuah rumah kecil tepat di atas bukit.
"Hyungwon Hyung membeli tanah ini khusus untuk adiknya." Ia merapikan beberapa dedaunan yang menghalangi, membersihkan sedikit semak liar. Mereka masuk dan melihat foto yang sudah terbakar, wajahnya tak terlihat karena fotonya sudah robek dan hangus.
"Sudah lama sekali tak ada yang mengunjungi makam ini." Joshua melirik kearah sekitar. Daerah ini cukup jauh dari pemukiman, Joshua tidak mengerti kenapa Hyungwon memakamkan adiknya di tempat seperti ini. Ada sebuah guci berisi abu dan tempat persembahan.
"Jeonghan Hyung, kau ... Mengenalnya?" Tanya Dino dengan suara ragu.
"Tentu saja, sebelum dia meninggal aku yang merawatnya, Hyungwon sangat berterima kasih waktu itu, tapi sayangnya kami tak bertemu lagi karena suatu hal. Aku juga lupa, kenapa ya?" Jeonghan mengusap dagunya guna mengingat peristiwa lalu. Kalau tidak salah sekitar setahun yang lalu mereka tak bertemu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brücke | JeongCheol
FanfictionSebulan belakangan, Jeonghan selalu diikuti oleh sosok anak muda yang berisik. Jeonghan bukan indigo, tidak juga memiliki indra ke-enam, tapi kecelakaan sebulan lalu membuatnya mengetahui apa yang tidak orang ketahui. Jeonghan mati-matian menyembuny...