"Jadi, siapa kau sebenarnya?" Tanya Jeonghan penasaran.
"Aku adik tirinya Seungcheol Hyung"
"Apa?!" Wajah terkejut yang tak dapat ia sembunyikan lagi. Lagi-lagi kenalan Choi Seungcheol, Jeonghan tidak habis pikir dengan semua ini.
"Itu sebabnya dia bilang gelangnya mirip?" Gumam Jeonghan. Tunggu, semua ini terasa janggal, wajah sendu Seungcheol saat itu seperti menyiratkan sesuatu.
"Apa dia tau?" Tanya Jeonghan tanpa basa-basi.
"Tau apa?"
"Kematianmu, apa Seungcheol tau?" Dino menggeleng, raut sedihnya sangat terlihat jelas.
"Bagaimana bisa?" Jeonghan tidak bisa berpikir jernih, bagaimana bisa Seungcheol tidak tau soal ini, apa yang sebenarnya terjadi pada keluarga mereka.
"Aku tidak bisa mengatakannya sekarang Hyung, aku tidak mau kau terlibat" Ujarnya sendu. Jeonghan tidak tau harus berbuat apa, dari perkataan Dino seperti menitahnya untuk berlari sejauh mungkin dari masalah hidup mereka.
"Dino" Jeonghan menatap Dino lembut, wajahnya tersenyum simpul.
"Tidak perlu buru-buru, katakan saat kau siap dengan semuanya"
Hening, tak ada lagi yang membuka suara setelahnya.
"Hyung" Jeonghan terperanjat, ia tersenyum lembut.
"Terima kasih" Balasnya.
Jeonghan mengecek ponselnya, ada beberapa pesan masuk dari si atasan. Jeonghan mengernyitkan alis bingung, ada 23 panggilan tak terjawab, dia baru ingat jika ponselnya dalam mode silent sejak tadi pagi.
"Seungcheol?" Dino mendelik, ia penasaran mengapa Jeonghan tiba-tiba saja menyebut nama kakaknya.
Suara bel apartemennya berbunyi, Jeonghan bergegas mengecek siapa yang mampir malam-malam begini. Tangannya menarik kenop, mengintip sebentar lalu menyadari siapa pria yang ada di depan pintu.
"Sajangnim—" Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Jeonghan didorong masuk ke apartemen. Dengan napas memburu Seungcheol menutup pintu dengan cepat, ia mengatur napas sembari menumpukan tangan di kedua lututnya. Lain lagi dengan Jeonghan yang cuma melirik kebingungan.
Orang ini kenapa? Itulah pikirnya saat ini.
Jeonghan menatap Seungcheol heran, ia mengajak pria itu masuk ke ruang tengah.
"Duduk dulu sini" Ucap si pemilik rumah. Seungcheol menurut, ia duduk seraya bersandar, peluh keringat bercucuran di wajah dan tubuhnya, tampak seperti orang yang habis lari maraton. Jeonghan beranjak ke dapur berniat memberikan air untuk Seungcheol.
Si pemilik rumah kembali, segelas minuman ia berikan pada tamu. Dengan cepat Seungcheol meneguk minuman tanpa babibu lagi. Jeonghan tidak habis pikir, mengapa orang ini seperti habis dikerjar hantu dan bersembunyi di apartemennya.
"Anda baik-baik saja?" Tanya Jeonghan. Ia duduk di sofa single, raut penasaran dan khawatir terlihat jelas diwajahnya, Jeonghan canggung jika duduk terlalu dekat dengan atasannya itu.
"Boleh aku menginap di sini malam ini?" Jeonghan mengangguk kaku. Tentu tidak masalah dengan itu, tapi kenapa tiba-tiba?
"Jeonghan Hyung" Jeonghan melirik kearah Dino yang berdiri di sebelahnya.
"Coba tanya dia kenapa" Titah si hantu. Jeonghan ingin, namun seolah ia bisa merusak privasi Seungcheol.
"Dia menginap di rumahmu, wajar kau bertanya" Dino berucap ketus ketika memperhatikan ekspresi Jeonghan, seolah bisa membaca isi hati Jeonghan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brücke | JeongCheol
FanfictionSebulan belakangan, Jeonghan selalu diikuti oleh sosok anak muda yang berisik. Jeonghan bukan indigo, tidak juga memiliki indra ke-enam, tapi kecelakaan sebulan lalu membuatnya mengetahui apa yang tidak orang ketahui. Jeonghan mati-matian menyembuny...