Jeonghan memijat pelipisnya pelan, berdiri menghadap pantry membelakangi sosok pemuda yang mengikutinya sedari tadi. Helaan napas jenuh tak henti-hentinya terdengar, jemarinya bergerak gelisah mengetuk-ngetuk dahi sembari mencari jalan keluar.
"Hyung, tidak lelah pose begitu hampir sejam?" Jeonghan melirik ke asal suara.
Pemuda yang duduk bersila di atas sofanya menatap kebingungan, tak lama ia melayang terbalik dan terus memperhatikan Jeonghan tanpa henti.
"Apa yang kau mau?" Akhirnya ia diajak bicara juga.
"Hyung bisa melihatku?!" Ucapnya kegirangan. Jeonghan menghela napasnya lagi, jujur dirinya sangat lelah saat ini.
"Kau kira aku bicara pada siapa bocah?"
"Tidak tau"
"Aku terharu, biasanya Mingyu hyung takut dan pergi saat kusapa" lanjut si hantu.
"Mingyu? Kau juga bisa bicara dengannya?" Pemuda itu mengangguk cepat.
Jeonghan baru ingat, Kim Mingyu juga teman bisnisnya Seungcheol, mungkin inilah alasan kenapa Mingyu selalu mengajak Wonwoo ke ruangan Seungcheol saat sedang rapat.
"Dino" Jeonghan memberanikan diri untuk menyebut nama itu lagi.
"Nee"
"Kenapa kau terus mengikutiku?" Pertanyaan yang selalu ingin ia lontarkan akhirnya bisa tersampaikan. Untuk wujud kali ini Jeonghan jelas bisa berbicara lebih santai padanya.
"Gelangnya" Tunjuk Dino pada pergelangan tangan Jeonghan.
Ah iya, Jeonghan baru ingat ia memungut benda ini sembarangan.
"Ini milikmu?" Dino mengangguk lagi.
"Iya"
"Jadi kau mengikutiku karena benda ini?" Jeonghan memegangi gelang yang ia pakai, pantas saja hantu ini terus mengikutinya. Sekarang Jeonghan menyesal karena telah memungut benda itu.
"Kalau kubuang ini kau akan pergi?" Dino mengangguk lalu tersenyum simpul.
Entah mengapa ekspresi Dino membuatnya menjadi tidak tega, padahal tak ada wajah keberatan apalagi marah.
"Kau yakin?" Tanya Jeonghan lagi.
"Kalau Hyung ragu, lebih baik kembalikan gelang itu ke tempat semula"
"Aku tidak ingat memungutnya di mana" Sanggah Jeonghan cepat. Kalau dia ingat mungkin dari kemarin Jeonghan sudah mengembalikan benda ini, tapi sayangnya gelang yang ia pungut bukan cuma sembarang tempat.
"Ya sudah simpan saja hehehe" Jeonghan menghela napas panjang, sudah begini ia tidak tahu harus melakukan apalagi.
***
Tiga hari berlalu begitu cepat, Seungcheol sedang tidak ada di kantor, kata beberapa staff dia ada urusan penting diluar kota. Ini kesempatan bagus bagi Jeonghan karena ia bisa bebas dari tatapan mengintimidasi Seungcheol.
"Haaah" Jeonghan menghela napas berat.
"Kenapa Hyung?" Tegur Minghao si teman se ruangan. Jeonghan menyandarkan punggung pada kursi kerjanya.
"Bisa diam sebentar, aku sedang fokus" Minghao mengernyit heran, apa telinganya tidak salah dengar barusan?
"Hyung?"
"Aku tau! Nanti kucari lagi, sekarang aku butuh istirahat" Sekarang pria itu malah merancau tidak jelas. Minghao tahu kalau belakangan ini Jeonghan banyak ditimpa masalah, tapi perkataannya kali ini sudah seperti orang mabuk saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brücke | JeongCheol
Hayran KurguSebulan belakangan, Jeonghan selalu diikuti oleh sosok anak muda yang berisik. Jeonghan bukan indigo, tidak juga memiliki indra ke-enam, tapi kecelakaan sebulan lalu membuatnya mengetahui apa yang tidak orang ketahui. Jeonghan mati-matian menyembuny...