Kolam ikan yang dihiasi bayangan langit malam ditatap kosong. Entah ia bingung atau enggan berkutik. Hatinya bimbang untuk bertanya, namun begitu penasaran dengan semua hal yang menimpa. Seusai berbincang sedikit dengan Seungcheol, Jeonghan meninggalkannya begitu saja.
Bimbang harus memilih marah atau kecewa. Bahkan ia juga sudah terlalu malas membahas permasalahan ini.
"Dino." Panggil Jeonghan lirih.
Dino melayang tepat di sebelahnya, Jeonghan tersenyum melirik si hantu. Duduk memeluk lutut diiringi senyuman tipis membuat Dino ikut tersenyum.
"Kenapa Jeonghan Hyung tersenyum?"
"Ada yang salah?" Tanya Jeonghan balik. Dino mengerjap keheranan.
"Bukankah seharusnya kau marah atau menangis sekarang?" Ucapan itu dibalas kekehan kecil, Jeonghan kembali melirik kolam ikan yang ada di depan mereka.
"Sudah tadi."
"Begitu saja???"
"Jadi? Aku tak suka menyimpan emosi begitu lama, bukannya lebih bagus tersenyum ketimbang marah? Semua itu membuang tenaga, melelahkan." Jeonghan memejamkan matanya.
Angin malam menerpa helaian poni tipis Jeonghan, lirikan matanya berpindah tatkala suara langkah kaki menginterupsi suara ketenangan di sana. Itu Seokmin yang ingin memberikan penjelasan. Berbagai cara ia lakukan agar Jeonghan tak terlibat, namun sepertinya Seungcheol memang gemar mencari masalah dengan keluarga Lee.
"Hyung."
"Biarkan aku sendiri dulu." Belum sempat melanjutkan perkataan Seokmin langsung dipatahkan begitu saja. Manik Jeonghan terpejam, suasana tenang membuat Seokmin semakin gugup.
"Aku tidak akan bertanya apapun padamu untuk saat ini." Seokmin mematung, bagaimana bisa mereka berbincang akrab setelah menipu Jeonghan begitu lama. Bukan ingin lari dari masalah, hanya saja untuk saat ini Jeonghan berusaha untuk menenangkan dirinya lebih dulu.
"Maafkan aku Hyung." Seokmin meninggalkan Jeonghan setelah meminta maaf, ia tau jika dirinya sangat bersalah di sini, untuk sekarang Seokmin memang tak berusaha mencari pembelaan. Jeonghan tidak tau harus bagaimana merespon semua masalah ini. Jeonghan juga sadar dia tidak bisa terlalu ikut campur dengan rencana mereka. Memaki dan merenung tidak jelas bukanlah cara untuk mendapatkan jawaban.
"Dino."
"Iya Hyung?" Sahut Dino ramah.
"Apa yang akan kau lakukan saat Seungcheol tau kau sudah tidak ada?" Si hantu terkesiap mendegar pertanyaan barusan.
"Kau sedih? Atau marah?" Jeonghan menatap lekat Dino yang kini duduk disebelahnya.
"Aku tidak tau, kami tidak begitu dekat." Alis Jeonghan mengernyit heran, bukannya mereka bilang mereka adalah saudara?
"Bagaimana ya, hubungan keluarga kami terlihat agak rumit. Sebenarnya Ibu tidak suka jika aku menemui Seungcheol Hyung." Jeonghan semakin penasaran dibuatnya. Wajah Dino berubah sendu, sangat muak mengingat bagaimana rumitnya hubungan dua keluarga ini. Dino mengigit bibirnya canggung, matanya bergerak gelisah setelah bercerita.
"Kalau kau belum siap, tak apa. Semua orang punya hal yang tak bisa dibicarakan dengan orang asing." Celetuk Jeonghan yang mulai sadar situasi.
Dino menghela napas gundah, dia sudah mati, seharusnya dia tak perlu terlarut dalam masalah mereka lagi. Permasalahan dunia bukan jadi beban pikirannya lagi sekarang.
"Aku sudah mati, tak ada lagi hal yang perlu kutakutkan. Aku hanya ingin mati dengan tenang." Ia tertawa di akhir kalimat.
"Jadi ada hal yang membuatmu masih berada di sini?" Dino mengangguk cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brücke | JeongCheol
FanfictionSebulan belakangan, Jeonghan selalu diikuti oleh sosok anak muda yang berisik. Jeonghan bukan indigo, tidak juga memiliki indra ke-enam, tapi kecelakaan sebulan lalu membuatnya mengetahui apa yang tidak orang ketahui. Jeonghan mati-matian menyembuny...