Rintikan hujan membasahi jalanan yang mulai sepi, Jeonghan menghirup aroma dingin malam. Matanya melirik Seungcheol yang datang membawa minuman dan snack, pria itu duduk dihadapan Jeonghan, wajah tegas dan mata tajamnya menatap tiada henti.
"Terima kasih" Ucap Jeonghan memecah keheningan. Secangkir kopi diberikan pada Jeonghan.
"Anda mau mengatakan sesuatu?" Ia sengaja memulai pembicaraan, bagaimana tidak, Seungcheol terus saja menatapnya, membuat Jeonghan risih. Raut tegang serta suasana canggung ini membuatnya kikuk.
"Jangan bicara terlalu formal padaku, santai saja" Seungcheol meminum kopi miliknya. Akhirnya pandangan itu lepas dari Jeonghan, sang empu sudah bisa bernapas lega.
"Baik ..." Balas Jeonghan ragu. Tanpa ada niat melanjutkan pembicaraan Jeonghan menyeruput kopinya, sebenarnya tidak tahan berlama-lama. Jeonghan bukan tipe orang yang ingin mengambil kesempatan untuk mendekati atasan, dipanggil seperti ini saja dia sudah sangat malas. Belum lagi isu buruk tentang si atasan membuat Jeonghan kalut.
"Gelang itu" Jeonghan menoleh, Seungcheol melirik gelang yang ada di pergelangan tangannya.
"Ini?" Ucapnya sembari mengangkat tangan kanan.
"Mirip dengan milik adikku" Di dalam hatinya Jeonghan terperanjat, pria dingin ini juga bisa terhanyut dalam suasana seperti ini rupanya.
"Oh ini—" Bibirnya mengatup tiba-tiba, samar-samar dapat Jeonghan lihat sosok itu lagi.
Sontak Jeonghan menunduk, matanya terfokus pada cangkir kopi seraya menggenggam cangkir kopinya.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Seungcheol khawatir.
"Umn, aku baik" Seungcheol jelas tidak percaya dengan perkataan barusan.
"Jeonghan"
"I-iya?" Kali ini ia berusaha tak melirik penampakan tersebut. Tangannya bergetar tanpa sadar, kedua alis terangkat naik serta senyum yang dipaksakan membuat Seungcheol sadar akan sesuatu.
Lagi-lagi karyawannya begini.
Seungcheol memberanikan diri untuk menggenggam Jeonghan, sesuai respon yang dia harapkan, wajah Jeonghan berubah bingung dan bisa kembali fokus menatapnya.
"Sudah hilang?"
"Eh?" Jeonghan mengernyit keheranan seolah Seungcheol mengerti apa yang baru saja terjadi.
"Kau melihat sesuatu 'kan?" Tanya Seungcheol memastikan.
"Tidak" Ucapnya bohong.
"Kenapa sikapmu langsung berubah?"
"Aku cuma kaget" Elaknya lagi. Jeonghan beruntung, sebenarnya ia juga tak ingin dipermalukan karena takut dianggap aneh hanya berhalusinasi setelah kecelakaan waktu itu.
"Kau pikir kenapa aku mengajakmu untuk bertemu." Seungcheol kembali menarik tangannya, seakan ada pasir melayang terbang menuju ke arah Jeonghan, sosok kali ini berbeda, wajah setengah hancur dan tubuh yang berbentuk seperti butiran pasir.
Jeonghan menutup matanya, ia menahan napas dan menahan semua rasa takutnya.
Seungcheol memperhatikan gelagat si bawahan, sudah bisa dipastikan kalau Jeonghan juga seperti Mingyu. Tangannya kembali menyentuh Jeonghan pelan, ekspresi tenang Seungcheol membuat Jeonghan ragu. Pasti orang ini mengerti sesuatu.
Sama seperti Wonwoo, begitulah pikirnya setelah menyadari kejanggalan barusan. Setiap Seungcheol menyentuh pasti gangguan penampakannya hilang.
Hening.
Jeonghan dan Seungcheol terpaku, enggan ada yang membuka topik hingga deringan ponsel Seungcheol mengacaukan suasana. Di ambilnya ponsel pintar tersebut, menerima panggilan dengan wajah jenuh.
Atasannya ini kenapa?
Begitulah pikir Jeonghan saat ini. Dari tadi merancau tidak jelas, menatap seperti ingin menghabisi Jeonghan dan memegang tangannya tanpa permisi.
"Maaf aku harus pergi, aku ada urusan lain"
"Ha?" Ujar Jeonghan tak percaya.
"Lain kali kita lanjutkan ini, ada hal penting yang harus kau beritahu padaku" Setelah mengatakan itu Seungcheol pergi dari kafe, menyisakan Jeonghan yang termenung sendirian.
"Orang aneh" Rutuknya kesal. Sudah menabraknya minggu lalu, sekarang dijanjikan bertemu malah ditinggal sendirian. Orang tak tahu diri mana yang lebih baik dari Choi Seungcheol.
Jeonghan bangkit dari duduknya, ia bergegas menuju apartemen sebelum tengah malam. Percakapan tak berarti, bertemu hantu, malam ini gerimis dan sekarang ia pulang sendirian. Jeonghan bertanya-tanya, dosa apa yang sudah dia perbuat belakangan ini hingga membuat hidupnya terus ditimpa kesialan.
Kakinya melangkah di trotoar sepi, mobil yang lewat tinggal sedikit, orang-orang juga pasti sudah menghangatkan diri di rumah sekarang. Jeonghan sangat ingin cepat-cepat pulang dan bergumul dengan selimut hangat miliknya.
Lampu hijau masih menyala, Jeonghan tak dapat menyebrang sebelum lampu tersebut berganti warna. Untuk sesaat ia melirik jam tangannya, sudah pukul sebelas malam. Atensinya berpindah pada gelang yang ia kenakan, ternyata gelang ini milik seseorang, buktinya ada nama yang tertera di sana.
"Dino?" Itulah sebuah nama yang terlihat pada gelang tersebut.
"Iya hyung?"
"Woah!" Ucap Jeonghan terkejut. Matanya melotot kaget, Jeonghan jelas mengenal sosok ini, tapi setelah ia menyebutkan nama barusan, sosok yang selama ini ia takuti tidak menakutkan lagi. Bagaimana tidak, pasalnya Jeonghan hanya melihat seorang pemuda dengan senyuman manis mengenakan baju sekolah.
"K-kau?" Suaranya bergetar takut.
***
Seungcheol berjalan cepat memasuki ruang rapat, tangannya menggenggam erat menahan rasa kesal yang memuncak. Di balik pintu sudah ada pria tegap dengan percikan darah di kemeja putihnya, ada seorang lagi yang tergeletak tak berdaya di bawahnya.
"Berikan padaku" Tanpa babibu lagi si pria bangir menuruti apa yang Seungcheol inginkan. Sebuah iPad berisikan informasi.
"Dia salah satu orang yang terlibat, aku membawanya kemari dalam keadaan sekarat."
"Kau bodoh, bagaimana kita bisa mendapatkan informasi?" Suaranya terdengar semakin kesal, pria itu hanya diam tanpa memasang ekspresi apapun.
"Cari informasi lagi, bawa dia ke rumah sakit Hong, aku tak akan melepaskan seorang pun demi mendapatkan informasi keberadaan Lee Chan."
"Baiklah"
"Dokyeom" Baru ingin beranjak dari ruang rapat si pemilik nama kembali menoleh.
"Aku bertemu dengannya"
"Lantas?" Sorot matanya berubah dingin, Seungcheol paham kalau bawahannya ini sedang menunjukkan taring dihadapannya.
"Jangan temui dia sampai tugasmu selesai" Tegas Seungcheol.
"Kau tidak perlu ikut campur, dia cuma orang biasa yang tak mengerti masalah ini" Ketus Seokmin. Dan setelahnya Seokmin pergi meninggalkan Seungcheol dengan pria sekarat itu.
"Aku yakin kau tidak akan menurut untuk kali ini Dokyeom."
***
24/01/2022
Jangan lupa tinggalkan jejak guys
Thanks for vote and comment
KAMU SEDANG MEMBACA
Brücke | JeongCheol
FanfictionSebulan belakangan, Jeonghan selalu diikuti oleh sosok anak muda yang berisik. Jeonghan bukan indigo, tidak juga memiliki indra ke-enam, tapi kecelakaan sebulan lalu membuatnya mengetahui apa yang tidak orang ketahui. Jeonghan mati-matian menyembuny...