"Argh sialan!" Pintu masuk didorong keras, mengagetkan pria lain yang tengah menyeruput kopi hitam buatannya lima menit lalu. Joshua mendelik, lirikan yang semula tertuju pada ponsel pintar kini menatap Seokmin bingung. Padahal sebelum pergi wajahnya begitu berseri karena Jeonghan memberanikan diri untuk bertemu, namun sepertinya semua tidak sesuai dengan ekspektasi seorang Lee Seokmin.
"Gagal lagi?" Seokmin menghela napas kesal, dahinya berkerut dalam. Terlihat jelas bahwa kali ini Seokmin sangat kesal.
"Duduk sini." Ajak Joshua sembari menepuk bagian sofa kosong di sebelahnya.
Seokmin mendekat, ia duduk seraya mengusak surai jenuh. Wajah frustasi sekaligus masam adalah pemandangan yang biasa Joshua lihat di wajah sang partner belakangan ini.
Joshua jadi berpikir seberapa penting dan berharganya Jeonghan bagi Seokmin? Kalau memang benar, berarti Seungcheol tidak bohong tentang perkataannya waktu itu.
"Mau kubuatkan kopi?" Seokmin hanya diam, Seokmin mengangkat bahu tak acuh, melirik Joshua sebentar kemudian menatap arah lain.
"Kau bisa cerita padaku kalau kau mau. Aku buat kopi dulu." Selalu saja begini, setelah Seokmin bertengkar hebat dengan Seungcheol ataupun orang lain, Joshua pasti akan melontarkan kalimat serupa. Menjadi teman se-apartemen selama setahun membuatnya mulai hafal dengan kebiasaan Seokmin.
"Kau tidak penasaran dengan hubunganku?" Joshua melirik sesaat, ia menggeleng lalu kembali menyeduh kopi untuk Seokmin.
"Terlihat jelas?" Sahut Joshua lagi.
"Dia terlihat sangat peduli padamu, wajar jika kau menyukainya." Segelas kopi hangat diletakkan di atas meja, lalu disediakan pada Seokmin ramah.
"Tenangkan dirimu, mudah emosi begini cuma membuatnya semakin jauh." Saran Joshua.
"Tapi Seungcheol berusaha mendekatinya!" Joshua agak tersentak, hubungan kakak adik tiri ini bisa dinobatkan sebagai saudara tiri terburuk bagi Joshua.
"Santai dude. Memangnya apa yang membuatmu begitu takut Jeonghan dekat dengan sepupuku?" Seokmin berdecak kesal.
Lirikan mata elok itu tak lepas menatap Seokmin. Helaan napas sebelum bibir berucap adalah tanda jika topik yang akan mereka bahas kali ini cukup berat.
"Maafkan aku Hyung." Setelah semua masalah menimpa mereka, Seokmin baru berani berucap.
"Aku belum mulai, jangan minta maaf begitu." Seru Jeonghan menatap tak senang.
"Apa benar selama ini kau punya adik tiri?" Seokmin terperanjat kaget, rahasia yang selama ini ia sembunyikan akhirnya diketahui juga.
"Iya." Seokmin mengangguk lemah.
"Tapi bagaimana kau bisa tau? Aku tidak pernah cerita."
"Aku mendengar semua perdebatan kalian kemarin." Seokmin ragu untuk jujur. Mana mungkin dia membiarkan Jeonghan kembali mendekati Seungcheol.
"Aku memang punya adik tiri, tapi kami tidak begitu dekat." Seokmin mengaduk minuman tehnya, melirik gelas tersebut sendu diiringi senyuman kecut.
Menjauhlah dari Seungcheol, hanya itu yang bisa ia rapalkan dalam hati.
"Begini-"
"Kalau kau mau membahas keluarga Choi aku tak akan menjawab apapun." Gigih Seokmin. Jeonghan terperanjat, ia menggertakkan gigi kesal.
"Seokmin-"
"Hyung, ayolah. Aku melakukan semua ini demi kebaikanmu." Pinta Seokmin.
"Kebaikanku atau kebaikanmu?" Seokmin terpaku mendengar balasan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brücke | JeongCheol
FanfictionSebulan belakangan, Jeonghan selalu diikuti oleh sosok anak muda yang berisik. Jeonghan bukan indigo, tidak juga memiliki indra ke-enam, tapi kecelakaan sebulan lalu membuatnya mengetahui apa yang tidak orang ketahui. Jeonghan mati-matian menyembuny...