Part 7 : Dekat

275 15 0
                                    

- • Happy Reading • -

Berteman dengan hantu. Aesa masih tidak menyangka dia melakukan itu.

Entah keputusannya benar atau tidak namun setelah kejadian siang tadi, Chandra jadi sering menampakkan diri. Seperti sekarang ini, sosok itu hanya duduk memandangi Aesa yang sedang makan.

"Gue gak nyaman lo liatin terus, Chandra" Aesa akhirnya bersuara.

Chandra melengkungkan bibirnya ke bawah kemudian berbalik sehingga punggung lebar sosok itu yang kini Aesa pandangi.

"Besok bantu gue ya" pinta Aesa, gadis itu bangkit untuk mencuci piring.

"Boleh" Chandra mengiyakan tanpa basa-basi, Aesa sudah menduga Chandra tidak akan menolak karena dia bukan hantu yang sibuk.

Aesa kembali duduk dan meminta Chandra untuk kembali menghadap ke arahnya.

"Jadi, kenapa lo mau temenan sama gue?" tanya Aesa.

"Iseng aja" jawab Chandra.

Salah satu alis Aesa terangkat, dia lupa jika bicara dengan Chandra harus dengan gaya bahasa yang baik dan benar.

"Gue tanya serius, Chandra" Aesa memelas, "Gue berharap lo bukan hantu jahat".

"Saya gak jahat, malahan yang di pohon jambu rumah samping itu yang galak" balas Chandra diakhiri bibirnya yang mengerucut lucu.

Sedetik kemudian merinding menyulut Aesa saat tahu pohon jambu yang Chandra maksud adalah milik keluarga Indah.

"Ini udah sore, Chandra, jangan gitu" Aesa merasa menasehati sosok itu seperti bicara dengan anak kecil.

"Lo beneran gak jahat kan?" tanya Aesa lagi memastikan, Chandra mengangguk mantap sambil tersenyum.

"Kalau lo jahat, gue panggilin ustadz nih" ancam Aesa.

"Saya gak jahat" tekan Chandra, "Kok kamu gak percaya sih?".

"Percaya kok sama setan" cibir Aesa.

"Saya lebih suka dipanggil hantu daripada setan" gerutu Chandra.

Keheningan kembali menyelimuti mereka, Aesa beranjak keluar dari rumah untuk merasakan terpaan angin sore dari teras rumah.

Gadis itu duduk di salah satu dari dua kursi di teras yang dekat dengan pintu. Beberapa kali Aesa melayangkan senyum pada orang-orang yang berlalu lalang di depan rumah.

Aesa menoleh melihat Chandra sudah duduk di kursi sampingnya, "Kenapa lo ikut senyum? Mereka kan gak bisa liat lo".

Senyum Chandra pudar seketika, "Kebiasaan" ucapnya, "Mereka mungkin juga udah lupa sama saya".

"Maksud lo orang-orang sini?" tanya Aesa, Chandra mengangguk sebagai jawaban.

"Lo dulu orang sini?" tanya Aesa lagi terdengar antusias berharap Chandra bisa menjadi sarana informasi tentang rumah sang Oma.

Chandra menggeleng, "Enggak".

Aesa memutar bola matanya malas, melipat tangan di depan dada lalu bersandar sambil mendengus sebal.

"Kamu punya teman selain saya?" tanya Chandra.

"Harusnya gue yang nanya itu ke lo" ujar Aesa yang bukan merupakan jawaban.

"Kamu mau liat teman-teman saya?".

Mata Aesa melebar kaget, tubuhnya kaku merinding seketika mendengar pertanyaan itu.

Aesa lupa jika Chandra bukan manusia.

"Gak usah, makasih" tolak Aesa halus tak lupa mengukir senyum manisnya.

My Lovely Ghost | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang