Part 17 : Bolos

166 7 0
                                    

- • Happy Reading • -

Bunda Es

/Es udah sarapan?

Udah, Bunda\
Bunda?\

/Belum
/Baru aja Ayahmu berangkat kerja

Bunda kangen gak sama Es?\

Aesa tak tahan lagi, dia kirim saja pesan yang memang sangat ingin dia kirim ke Ibunya. Untunglah Aesa sudah bukan lagi anak kecil yang merengek minta bertemu dengan sang Ibu, walaupun dia sangat ingin.

Ia memasukkan ponselnya ke dalam tas, sedang tak ingin berharap ataupun membaca pesan balasan dari Ibunya. Aesa keluar dari kamar menyusul Indah yang sedang memakai sepatu di teras, "Alya gimana?" tanyanya.

"Udah mau berangkat dia" Indah berdiri dibantu oleh Aesa, "Cepet banget ganti bajunya".

"Kalau gak cepet yang ditinggal Mas Bayu" Aesa terkikik, "Yuk!".

Bersama mereka berangkat ke sekolah, riuh suara anak-anak bersahutan dengan deru motor dan kayuhan sepeda, hampir semua orang beraktivitas setelah kemarin berlibur.

Bel nyaring berbunyi membuat semua siswa yang masih di luar gerbang berhamburan masuk sebelum gerbang di tutup oleh Pak satpam.

Saat sampai di kelas, Aesa menarik lengan Indah untuk diam-diam ikut melihat sesuatu yang dia lihat.

Ditunjuk dengan dagunya tempat duduk Aesa yang sedang diduduki oleh seseorang. Indah menutup mulutnya terkejut, Alya sedang mengobrol dengan Bagas.

"Alya udah tau?" tanya mereka bersamaan.

"Ada guru, ada guru" Indah menepuk pundak Aesa beberapa kali untuk segera masuk ke dalam kelas.

Menyadari pemilik tempat duduk datang, Bagas menyudahi obrolannya dengan Alya dan bangkit kembali ke bangkunya sendiri.

"Ekhem" Aesa berdeham saat duduk di bangkunya membuat Alya sedikit peka.

"Kenapa?" tanyanya. Aesa menggeleng, "Enggak gak apa-apa" balas gadis itu.

"Selamat pagi anak-anak!".

"Pagi, Bu!".

"Silahkan Ketua kelas, pimpin do'a".

Jam pelajaran dimulai dengan tenang dan menyenangkan. Terkadang riuh, terkadang juga senyap saat dengan seksama memperhatikan materi yang disampaikan atau saat mengerjakan soal.

Ditengah suasana yang hening, Aesa mendengar dengan jelas suara bisikan memanggil namanya. Ia menoleh ke Anis, "Nis" panggilnya berbisik juga, "Apa?".

Anis kebingungan, "Apa?" tanyanya balik.

Aesa menggeleng, ia kembali melakukan hal yang sama namun kepada Bagas yang duduk di bangku belakang Anis.

"Manggil aku?".

Bagas menggeleng juga dengan raut wajah heran, "Eh tapi nomer lima belas dong, sama empat yang B".

Pemuda itu tak mau menyia-nyiakan kesempatan ternyata, mumpung Aesa menoleh sekalian saja dia bertanya.

"Lima belas, E, yang empat B belum" balas Aesa setelah melirik singkat kertas jawabannya.

"Ini ulangan harian, bukan diskusi!" suara lantang Pak Dio membuat seisi kelas terkejut.

My Lovely Ghost | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang