Part 31 : Pergi?

202 10 1
                                    

- • Happy Reading • -

"Gak banyak yang Es tau tentang Chandra, Budhe" ujar Aesa setelah selesai dengan tangisnya.

"Denger semuanya dari Budhe buat Es lega" lanjutnya, "Chandra memang bukan hantu jahat".

"Perbuatan kamu baik sekali ingin membantu Chandra kembali bertemu dengan Ibunya" balas Asih sambil mengusap bahu Aesa yang dia rangkul.

"Agar setelah itu dia bisa pergi dengan tenang".

"Pergi?" beo Aesa menatap Asih penuh tanya, "Chandra bakal pergi?".

"Maaf, Nduk" ucap Asih lembut, "Tapi memang seperti itu yang akan terjadi".

Aesa menggeleng, "Es gak mau Chandra pergi" tekan gadis itu pelan.

Asih tak bisa berbuat apa-apa lagi selain kembali menarik Aesa ke dalam pelukannya dari samping, "Ini bukan tempat yang seharusnya untuk Chandra".

"Dunia kita dan dia berbeda, Nduk" lanjut Asih sambil mengusap lembut surai halus yang tergerai itu, "Kamu pasti paham".

Hal yang sudah lama dia takutkan terjadi juga, ternyata benar jika Chandra akan pergi meninggalkannya sama seperti yang perasaan ini katakan.

Namun karena Aesa tidak pernah mendengarkan, ia jadi terlena. Jatuh dalam pesona sesosok Chandra yang hadir di saat yang tepat, di saat dia sedang sendiri dalam ketakutan pada masalah yang harusnya dia hadapi dengan berani.

Bertemu dengan Chandra bukan suatu penyesalan, malahan terlalu sayang untuk di sesali.

Mereka telah mengukir banyak kenangan indah, menari di bawah sinar bulan merupakan bagian terbaiknya.

Aesa tidak akan melupakan semua itu, yang harus dia hapus sekarang ini ialah perasaannya sendiri terhadap Chandra.

Kini Aesa duduk lesehan di atas keramik teras yang terasa dingin menyengat kulit bersama kelip bintang yang tak bosan dia pandangi.

Seseorang datang membawa dua gelas teh hangat yang masih mengeluarkan asap tipis, Aesa menoleh melihat Indah yang duduk di sampingnya.

"Maaf ya, Es" ucap Indah setelah duduk dengan nyaman, "Gak seharusnya aku marah sama kamu, kamu bener kalau aku memang gak tau apa-apa".

Aesa tersenyum kecil, "Maaf juga ya".

"Gak apa-apa kok kalau mau marahin aku, itu bikin sadar, Ndah" lanjutnya.

Keduanya kemudian tertawa kembali memulai kebersamaan mereka bersama setelah saling memaafkan.

"Karena Alya udah ada Bagas, jadinya tinggal kita berdua aja" ujar Indah.

"Kalau nanti Indah sama Mas Bayu, aku sama siapa?" sahut Aesa menggoda Indah dengan pertanyaannya.

Indah memberi tamparan pada lengan Aesa, "Gak mungkin aku sama Mas Bayu".

"Bisa aja, Ndah" balas Aesa.

Gadis itu kemudian berdiri setelah menyeruput teh hangat itu sampai setengah gelas, "Pulang dulu ya, ngantuk".

"Aku ikut ya" pinta Indah, "Malam ini Bapak di rumah, jadi Ibu gak sendirian".

Aesa menutup mulutnya, "Hati-hati punya adik loh nanti" bisiknya.

Indah melotot lantas memberi cubitan pada pinggang sahabatnya itu sampai si empu meringis sakit, "Iya iya, aduh!".

"Tunggu sini, aku ijin dulu sama Ibu" Indah segera masuk ke dalam rumah membawa serta dua gelas teh hangat yang sudah habis itu.

My Lovely Ghost | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang