Part 29 : Pernyataan

166 8 0
                                    

- • Happy Reading • -

"Liam jadi mirip kayak kamu" ujar Aesa pada Chandra dalam diri Liam yang sedang melihat tangan dari tubuh yang sedang dia singgahi ini.

"Tubuhnya lemah" gumam Chandra.

"Kalau gini, Liam bisa bantu kamu komunikasi sama Bu Hana" ucap Aesa.

"Saya keluar saja, dia kayanya lelah" sahut Chandra kemudian.

Liam terbatuk beberapa kali kemudian memuntahkan kepulan asap hitam dari mulutnya. Pemuda itu lemas tak berdaya membuat Aesa langsung menariknya dalam pelukan.

Asap hitam tadi berubah menjadi bayangan hitam yang kemudian mengubah bentuk menjadi sosok Chandra.

"Sepertinya rencana ini gak akan berhasil" ucap Chandra, "Saya sudah bisa menampakkan diri ke dua orang, mungkin saya juga bisa menampakkan diri ke Ibu saya".

Chandra murung, "Saya mau ke danau" pamitnya kemudian pergi menghilang.

Aesa sedih dibuatnya, ternyata rencana asal-asalan ini gagal. Ia mengusap punggung pemuda yang sedang dia peluk itu untuk ditenangkan.

"Maafin gue, Liam" gadis itu terisak, ia memeluk Liam yang sedari tadi hanya diam dengan erat.

Akhir-akhir ini Aesa banyak menangis, hatinya tidak tenang membuatnya sering mengeluarkan air mata.

Dia sadar sudah banyak merepotkan Liam, pemuda itu rela menempuh perjalanan jauh hanya untuk Aesa.

"Liam, gue minta maaf" ucapnya lagi, "Harusnya gue gak nyuruh lo dateng".

"Lo pasti benci sama gue setelah ini" Aesa berhenti terisak saat menyadari Liam masih saja terdiam, "Liam?".

Gadis itu melepas pelukannya susah payah dan betapa terkejutnya ia melihat Liam menutup mata dengan darah mengalir keluar dari hidungnya.

"LIAM!".

***

Kedua tangan Aesa setia menggenggam salah satu tangan Liam yang terbebas dari infus sambil terus menerus bergumam memanjatkan do'a untuk sahabat itu.

Hari sudah mulai pagi dan Liam tak kunjung membuka matanya, Aesa sangat khawatir.

Gadis itu menyalahkan semua yang terjadi pada dirinya, Aesa benar-benar menyesal.

Tangannya bergerak mengusap dahi Liam merasakan suhu tubuh pemuda itu yang sudah menurun dan tidak seperti malam tadi.

"Liam, gue minta maaf" lirih Aesa memeluk lengan dari tangan Liam yang dia genggam.

Suara decit pintu yang terbuka mengalihkan perhatian Aesa, ia menoleh melihat seorang wanita yang berdiri di ambang pintu.

"Keluar sebentar yuk, Nduk" ajak wanita itu, "Sama Budhe".

Aesa melepas genggaman tangannya pada Liam kemudian beranjak meninggalkan ruangan serba putih itu.

Gadis itu terus menunduk, merasa bersalah dan tak berani mengangkat wajahnya.

Budhenya membawa Aesa duduk di bangku taman tak jauh dari ruangan tempat Liam berada.

"Sudah pernah Budhe bilang, gak baik anak perempuan sama laki-laki ada di satu atap tanpa adanya hubungan yang jelas di antara mereka" ujar Asih, "Dan ini bukan pertama kalinya terjadi sama kamu kan?".

Aesa menganggukkan kepalanya takut. "Budhe juga ikut berperan jadi orang tua kamu, Budhe yang jaga dan ngawasin kamu selama kamu ada di sini" lanjut Asih mulai meninggikan nada bicaranya.

My Lovely Ghost | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang