Part 25 : Rumah

146 9 1
                                    

- • Happy Reading • -

Liam menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi tempatnya duduk, mengistirahatkan punggung dan bahunya yang terasa pegal.

"Gak enak badan?" tanya Aditya menghampiri Liam dengan membawa dua nasi bungkus dan roti serta air mineral.

Liam menggeleng, "Lo gak kerja, Mas?".

"Ambil cuti" jawab Aditya, "Kalau Mas kerja, yang jagain Ibu siapa?".

"Makanya, cariin Bu Hana mantu dong" sahut Liam sehingga ia mendapat jitakan di kepalanya oleh Aditya.

"Yang katanya sahabat lo tuh pacarin" balas Aditya, "Deket doang, gak jadian".

Sejak sang Ibu mendidik secara khusus kepribadian dua siswa pilihannya, Aditya juga ikut membantu dan berperan seolah menjadi Kakak yang peduli dengan Adik-adiknya.

Mereka pun semakin dekat sampai hilang rasa canggung pada Liam, berbeda dengan Aesa yang masih bersikap baik dan sopan.

"Bentar lagi ulangan kan? Terus kenaikan kelas, belajar belum lo?".

Liam meletakkan sendoknya, "Ganti topik obrolan ya, Mas, pusing gue".

"Mas cuma ngingetin" balas Aditya kembali mengunyah makanannya.

"Tenang, Mas" Liam menegakkan tubuhnya percaya diri, "Gue udah punya cara buat dapetin nilai bagus".

Aditya menggelengkan kepalanya tak habis pikir, "Terserah deh".

***

"Waktu itu saya lagi dalam perasaan yang emang gak enak banget, Bu" Aesa mulai bicara setelah Bu Hana membujuknya.

"Di sekolah, saya malu" lanjut gadis itu, "Saya banyak jadi bahan omongan gara-gara temen sama Liam, terus ada kita jadi agak jauh".

"Sampai rumah gak ada orang, Bunda pergi reuni" Aesa memainkan jari-jari membuat Bu Hana menggenggam tangan gadis itu, "Rumah berantakan karena Ayah cari kunci mobil".

"Saya bantu cari tapi gak ketemu juga, Ayah marah terus bilang kalau saya ini gak berguna, katanya jadi perempuan itu harus sama kayak Ibunya sedangkan saya enggak".

"Kamu marah juga?" tanya Bu Hana.

"Pasti dong, Bu" sahut Aesa, "Saya bilang kalau Ayah cuma bisa marah-marah aja, gak pernah apa-apa sendiri dan pasti minta tolong Bunda, beda sama saya yang mandiri sampai sakit pun gak ada orang rumah yang tau, beda sama Ayah yang pusing dikit langsung marah ke semua orang rumah".

Aesa mendengus sebal, "Saya tau itu salah, Bu, tapi saya kebawa emosi waktu itu".

"Sekarang kamu menyesal?" tanya Bu Hana halus.

Dengan ragu Aesa mengangguk, Bu Hana menarik gadis itu ke dalam pelukannya. "Ibu juga punya penyesalan, dan belum sempat untuk sekedar mengucap permintaan maaf".

"Gunakan kesempatan ini untuk mencoba perbaiki semuanya ya" pinta Bu Hana pada Aesa yang menganggukkan kepalanya.

Aesa melepas pelukannya, "Nanti saya coba, Bu" ucap gadis itu diam-diam mengusap air matanya.

Bu Hana tertawa ringan begitu juga dengan Aesa. Di tengah tawa mereka, pintu ruangan terbuka menampakkan dua pemuda yang kembali setelah mengisi perut mereka.

My Lovely Ghost | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang