Part 9 : Rindu

244 12 0
                                    

- • Happy Reading • -

Netra cantik itu terbuka perlahan, dedaunan yang bergoyang menjadi pemandangan pertama yang dia lihat.

Ia bangkit dari tidurnya, hembusan angin sangat kuat membuat rambutnya ikut bergerak seirama menghalangi pandangannya.

"Chandra?" gadis itu tak melihat siapapun selain dia di sini, "Chandra!" ditinggikan lah suaranya memanggil sekali lagi sosok yang tadi bersamanya.

Aesa melihat ke atas dimana awan abu-abu menggulung dan bergerak cepat seiring dengan hembusan angin. Ia harus segera kembali ke rumah untuk mengambil baju yang ada di jemuran sebelum turun hujan.

Gadis itu berlari kecil melewati jalan hutan yang sama saat dia datang, menyusup lewat celah palang dan kembali berlari sampai ke jalan desa.

Beruntung tak ada siapapun, suasana di sekitarnya sangat sepi karena mungkin semua orang sudah ada di rumah masing-masing karena hujan akan turun.

Langit perlahan menjadi gelap, Aesa bergegas berlari masuk ke dalam rumah menuju ke halaman belakang untuk mengangkat jemuran.

Suara gemuruh terdengar bersamaan dengan rintik-rintik air yang mulai menetes deras.

Aesa berlari masuk sambil membawa banyak pakaian di tangan sampai menghalangi pandangan terhadap apa yang dia pijak.

"Akh!" gadis itu jatuh tersandung saat baru saja melangkah melewati pintu.

Ia singkirkan semua baju yang jatuh lalu menutup pintu menghalau rintik hujan yang hampir masuk ke dalam rumah.

Aesa bersandar di balik pintu, melihat kakinya yang memunculkan memar ungu. Ia bangkit membawa serta semua pakaian yang tadi jatuh bersamanya ke dalam kamar.

Selagi hari masih belum menjelang magrib, Aesa sempatkan waktu untuk merapikan cat dan alat-alat lainnya yang berantakan di lantai kamar.

Hal itu tentunya menguras banyak tengah apalagi hari ini dia banyak berlari.

Gadis itu terkulai lemas berbaring pada lantai penuh bercak noda cat yang sudah mengering.

Aesa mengabaikan denyut nyeri di kakinya yang memar dan rasa perih pada luka di lengannya yang bercampur keringat.

Gadis itu memutuskan untuk tidak mandi, hanya membilas tubuhnya dengan handuk basah lalu mengganti bajunya dengan pakaian panjang yang lebih hangat.

Hujan malam ini turun dengan deras tanpa jeda, Aesa duduk di kursi belajarnya sambil menatap air yang membentuk garis abstrak mengalir turun dari balik jendela.

Gadis itu kembali bersin untuk kesekian kalinya, tenggorokannya sakit. Aesa menyangga kepalanya yang terasa berat dengan tangan lalu kembali memperhatikan bukunya yang sedari tadi terbuka.

Tangannya gesit menulis rumus, menghitung dengan kalkulator, dan menulisnya kembali sebagai jawaban dari soal yang sudah tepat.

Aesa melepas pensilnya membiarkan benda itu tergelak begitu saja di meja, ia mengusap wajahnya yang hangat.

Denting ponsel menarik perhatiannya, pesan singkat dari Indah segera Aesa balas.

Indah

/Di rumah, Es?

Iya\
Indah punya obat flu batuk gak?\
Minta dong\
Aku yang ke rumah mu aja\

/Tunggu ya

Aesa bangkit dari duduknya, tubuhnya lemas sekali membuat kakinya terasa berat untuk melangkah.

My Lovely Ghost | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang