- • Happy Reading • -
Gadis itu menikmati setiap terpaan angin yang membelai wajah dan menerbangkan surai indahnya mengikuti irama.
Tak disangka ia ternyata merindukan suasana bising jalanan ramai khas Ibu kota. Apalagi di sore hari, waktu di mana orang-orang pulang ke rumah setelah menyelesaikan pekerjaan mereka.
"Pegangan, Es!"
Aesa lantas melingkarkan tangannya pada pinggang Liam tanpa sadar karena tatapannya tak lepas dari pemandangan hiruk-pikuk jalanan.
Liam menambah kecepatan laju motornya, tangan Aesa yang melingkar di pinggangnya terasa geli membuatnya ingin tersenyum lebar sampai menjerit-jerit.
Melihat gelagat aneh Liam yang menggelengkan kepalanya beberapa kali membuat Aesa menarik dirinya, "Lo kenapa?"
Liam menarik kembali tangan Aesa, "Udah, pegangan aja".
Langit sore menjadi saksi bisu betapa bahagianya hati Liam saat ini, Aesa kembali berada di atas motor bersamanya seperti dulu. Ia harap jalan menuju rumah Bu Hana tak ada ujungnya hingga dapat terus berdua dengan Aesa.
"KELEWAT, LIAM!".
Jerit Aesa menyadarkan si empu dari lamunan, gadis itu terus menepuk pundak Liam untuk memutar balik arah mereka.
Motor memasuki pekarangan rumah lantai dua bergaya klasik, Aesa turun dari motor dan sekali lagi menampar bahu Liam membuat si empu meringis.
"Apaan sih, Es?!" kesal Liam.
"Di jalan tuh jangan ngelamun!" balas gadis itu, "Mikirin apa sih?".
Aesa mendaratkan punggung tangannya pada dahi Liam, tak disangka suhu panas dia rasakan pada tangannya yang dingin.
"Lo sakit?" gadis itu menyentuh ke bagian lain seperti kedua pipi dan leher.
Liam menepis tangan Aesa, "Tangan lo aja yang dingin".
Pemuda itu berjalan lebih dulu memasukkan rumah meninggalkan Aesa, berlari kecil Aesa menghampiri.
Mereka mengucap salam, Aditya yang sedang merapikan ruang tamu setelah kedatangan rombongan guru-guru tadi membalas salam.
"Ibu ada di kamarnya, masuk aja, Es" ujar Aditya.
Aesa pun berlalu diikuti oleh Liam yang pura-pura abai terhadap Aditya yang sedang bersih-bersih.
"Eh! Liam, mau kemana lo?" seru Aditya membuat Liam mendengus sebal, "Bantuin Mas, sini".
Aesa tertawa kecil mengejek Liam dengan menjulurkan lidahnya kemudian berlari menghindari Liam yang hendak melemparkan botol kepadanya.
Gadis itu sampai di depan pintu coklat yang sedikit terbuka, ia ketuk pintu dan mengucap permisi.
Setelah dipersilahkan masuk, Aesa membuka pintu dan tersenyum ke arah Bu Hana yang sedang duduk di tepi ranjang.
"Bu Hana udah mendingan?" tanya gadis itu. Aesa meletakkan plastik putih ukuran sedang berisi beberapa buah-buahan meja kecil tempat segelas air dan obat-obatan berada.
Bu Hana mengangguk, "Terima kasih ya, kalian berdua memang anak yang baik".
Aesa tersenyum, gadis itu duduk di lantai berlapis karpet yang hangat. Terlihatnya Bu Hana terus memandang bingkai foto kecil yang dia pegang sedari tadi, hal itu membuat Aesa penasaran.
Saat Bu Hana ingin kembali meletakkan bingkai foto itu di nakas, muncul pertanyaan dari mulut Aesa.
"Itu foto ya, Bu?".
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Ghost | SELESAI
Teen FictionBanyak orang berkata, tidak ada yang abadi di dunia. Apakah cinta juga termasuk dalam sesuatu yang akan sirna? Start, 1 Feb 2023 Finish, 10 Mei 2023