18. Gara-gara Mina (Ara)

11 1 0
                                    

Sudah seminggu berlalu setelah dirinya menjalani Ujian Nasional. Tapi Ara masih sibuk memikirkan apa yang akan dia lakukan setelah lulus.

Beberapa teman sekelasnya sudah ada yang siap masuk ke perguruan tinggi, dan ada juga yang sudah mendapat pekerjaan di PT garmen untuk mengisi waktu luang menunggu pengumuman kelulusan.

Ara tidak yakin dengan dirinya. Ara juga tidak bisa kuliah karena terkendala biaya. Ya, mau bagaimana lagi? Ara bukan berasal dari keluarga kaya, Papanya tidak tahu hilang kemana dan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga. Mau mengandalkan kakaknya yang masih di Malaysia? Oh, tidak bisa. Ara tidak mau terus-menerus membebani kakaknya. Tapi, kalau Ara bekerja, Ara tidak tahu bagaimana cara memulainya.

Drrt drrt.

Lamunan Ara buyar saat ponsel yang ada di genggamannya bergetar.

Ara yang tadinya tengah duduk bersandar di atas ranjangnya seketika membelalakkan mata dan menegakkan badannya.

Bimo : 08xxxxxxxxx7 wa nya Lava.

Ara menutup mulutnya tak percaya. Apa-apaan ini? Memangnya dirinya minta nomer milik Lava??

Ara : maksudnya apa nih? Emg gue minta?

Bimo : tinggal terima aja napa. Gue nggak ngmg lava nih

Ara : ya ngapain Lo kasih ke gue??

Ara menggelengkan kepala tak percaya. Lalu kembali mengirim Bimo pesan.

Ara : plis gue masih waras Bim. Jgn gini lah. Yg ada Lo bikin gue jadi hilang waras

Bimo : menurut gue lava bakal suka sama Lo. Ya secara Lo itu Ara. Gue dukung lo. Semangat Ra! Cepet chat sekarang!

Ara menggigit bibir bawahnya ragu. Apa iya dia harus coba mengirim pesan ke Lava?

"Tunggu. Lava kan punya pacar. Apa pura-pura nggak tahu aja ya?"

"Nggak. Jangan kemakan omongan Bimo."

"Tapi, kalau Bimo se yakin itu berarti dia nggak tahu kalau Lava udah punya pacar kan?"

Ara semakin kalut memandangi nomer WhatsApp yang baru saja Bimo bagi padanya.

Setelah berpikir beberapa saat Ara memutuskan untuk menyimpan nomer Lava.

"Nanti aja deh. Nunggu yakin."

Ara melempar ponselnya begitu saja dan merebahkan tubuhnya.

Tapi, baru beberapa menit Ara sudah kembali duduk tegak.

"Udah yakin." Ara kembali meraih ponselnya dan membuka kontak WhatsApp-nya.

Ara membuka ruang pesan dan dengan sedikit ragu Ara mengirim pesan pada Lava.

Ara : p

Setelah pesan itu terkirim dan memunculkan centang dua, Ara menaruh ponselnya dibawah bantal.

Ara menggigit bibir bawahnya sambil berusaha untuk tidak gelisah. Lalu, selang beberapa menit ponselnya bergetar, membuat Ara terdiam.

Dengan ragu Ara kembali mengambil ponselnya dari bawah bantal dan menutup matanya saat membuka ruang pesannya.

Lalu Ara perlahan membuka matanya dan terbelalak saat melihat balasan dari Lava.

Ara membekap mulutnya sendiri agar tidak berteriak. Bisa gawat kalau Ara berteriak malam-malam.

Lava : knp

Ara : ini temennya Bimo

Lava : oh. Ada apa?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LAVARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang