Gue emang jomblo.
Tapi itu bukan nasib sial gue.
Karena jomblo itu pilihan gue.
Dan gue happy karena gue free.
Meski kadang gue iri,
liat yang lain punya pasangan.
Sedangkan gue? Sendirian.
Tapi, sendirinya gue banyak yang nunggu.
Jadi gue tetep happy. Sedikit tapi happy nya.
🍁🍁🍁🍁🍁Pagi ini entah ada apa dengan seorang Lava Dilangga yang di kenal sebagai murid paling sering telat kini sudah stand by di tempat duduknya, 15 menit sebelum bel masuk berbunyi. Murid yang di dalam kelas pun menatapnya heran.
"Wih, Va? Jam berapa ini? Udah dateng aja lo," sahut murid perempuan yang baru saja masuk.
"Lo tengok aja tuh jam ditangan lo, sekarang jam berapa," balas Lava dingin yang membuat gadis itu yang di ketahui namanya Pella terkekeh.
"Galak bener lo Va! Pantesan jomblo." Ucap Pella meledek sambil berlalu menuju tempatnya sendiri.
"Huh!" Lava pun menggerutu akan ucapan teman satu kelasnya itu.
Ya memang Lava itu jomblo, tapi bukan berarti nggak laku. Banyak yang suka kok, adik kelasnya saja terang-terangan ngegodain Lava dengan manggil 'oppa-oppa' yang akan di balas Lava dengan 'emang gue udah ubanan apa!! Dipanggil opa! Masih muda gini juga! Plus ganteng' ya maklum lah, mana Lava ngerti kalau oppa yang di maksud itu cowok-cowok ganteng asal negeri ginseng.
Lava berhenti melamuni statusnya yang jomblo ketika suara bel masuk berbunyi dan murid-murid mulai berhamburan duduk di mejanya masing-masing. Guru matematika pun masuk yang di ketahui namanya Bu Retno, guru berkacamata dengan pipi tumpah-tumpah dan badan gempal, jangan lupakan wajah garangnya.
Kadang Lava sering berpikir, dari jamannya dia SD sampai SMP dan sekarang SMA kenapa guru yang mengajar matematika itu selalu berwajah garang? Miris sekali nasibnya yang tidak suka hitung-menghitung harus memiliki guru yang selalu memberikan tugas menumpuk, yah meskipun dia tidak pernah mengerjakannya.
"Mending tadi gue bolos jam pertama aja yah kalo tau tuh guru beruang masuk pertama," dengus Lava yang langsung mendapat jitakan dari teman sebangkunya, siapa lagi kalau bukan Tio.
"Ah! Kampret lo yo!" Lava balik menjitak kepala Tio.
"Aduh! Lah ngapain lo bales jitak gue? Gue nggak salah ya. Lo tadi tuh ngomongnya KE-TER-LA-LU-AN. Masa ngatain guru sendiri beruang!" Sahut Tio sambil mengelus kepala yang di jitak Lava.
"Yee itu mah bukan ngatain dodol! Itu tuh perumpamaan. Lah beruang kan gede galak kaya Bu Retno dong!" Balas Lava tanpa tahu bahwa Bu Retno sedang memeperhatikannya dengan tatapan menerkam.
"He'em," deheman Bu Retno pun terdengar oleh seluruh murid di kelas.
"Kamu Lava! Tio! Keluar dari kelas! Karena saya tidak suka murid yang mengobrol ketika saya sedang menerangkan materi!!" Bentak Bu Retno kesal membuat kelas semakin hening.
"Hush Va! Ayo cabut! Di suruh keluar pan kita," bisik Tio sambil menyikut lengan Lava.
"Iya tau gue," Lava pun kembali menyahuti ucapan Bu Retno, "Tapi Bu! Nanti kalo saya keluar itu artinya bolos bukan Bu? Padahal kan hari ini saya gak ada niatan bolos." Tio yang mendengar ucapan Lava terbengong. Sudah di bilang kan Lava itu ganteng tapi gak punya otak. Dan sepertinya Lava dalam masa menuju gila karena biasanya Lava itu diam dan males merespon, kebanyakkan gaul bareng Haidar ini pikir Tio.
Sementara Bu Retno yang mendengar ucapan Lava hanya mendengus dan kembali duduk di tempatnya.
"Yang lainnya kerjakan soal yang ada di buku halaman 173!! Dan kamu Lava! Tio! Keluar sekarang! Gak usah tanya-tanya!" Sahut Bu Retno menatap Lava dan Tio seakan ingin mencakar mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAVARA
Teen FictionAwalnya, Ara hanya mengagumi Lava dalam diam dan pada tempat yang berbeda, hingga kegiatan stalking menjadi rutinitas kesehariannya. Banyak yang bilang kegiatan stalking orang yang dikaguminya itu sia-sia?? Salah! Demi mengorek semua tentang Lava, k...