Dengan berharap aku merasa lebih semangat.
Pernah jatuh, namun aku kembali berharap.
Karena ketika aku berharap, aku bertambah semangat.
Jadi, izinkan aku berharap kamu akan mengenal ku besok.
Kalau tidak besok, mungkin Besok lagi, besoknya lagi, dan besok-besoknya lagi.🍁🍁🍁🍁🍁
Sinar mentari sudah mulai merambat dan masuk ke celah-celah jendela kamar yang di huni oleh seorang gadis yang tengah tertidur bergulung dengan selimut tebalnya.
Matanya yang kini telah mengerjap karena terkena paparan sinar matahari dari jendela yang tengah di buka tirainya oleh sosok ibunya.
"Hoaamm," Ara pun menguap, mengucek matanya dan meregangkan tubuhnya.
"Jam berapa mah?" tanya Ara saat ia sudah sadar sepenuhnya dan melihat sang mama di depannya.
"Jam 8. Mentang-mentang lagi dateng bulan bangunnya siang banget kamu. Sana bangun terus mandi. Eh jangan lupa cuci pakaian yah," jawab sang Mama sambil berlalu keluar kamar.
"Hmm masih ngantuk," ucap Ara sambil merebahkan tubuhnya lagi.
"Semalem kenapa bisa yah mimpi Lava? Kenal langsung aja nggak kan. Ish bikin kepikiran mulu deh. Masa nyampe masuk mimpi. Si Lavanya senyum lagi. Bikin matanya ilang, manis banget ih! Aaa mamaaa Ara jatuh cinta mungkin yah sama Lava?! Eh tapi kan gak pernah ketemu langsung!" cerocos Ara sendiri sambil menendang-tendangkan kakinya ke udara.
"Ya Allah tolong pertemukanlah dua insan ini ya Allah. Ara pengin ketemu langsung sama Lava. Masa ketemunya cuman di mimpi. Ya Allah jadikan harapan Ara terwujudkan.. Amin," begitulah Ara. Berdoa untuk sesuatu yang tak penting. Namun itu penting bagi Ara. Karena Ara benar-benar ingin melihat Lava secara langsung.
Setelah selesai acara berdoa dadakannya, Ara bergegas mencuci muka lalu di lanjut mencuci pakaian sekolahnya.
Biar nanti mandinya sehabis mencuci. Toh ngapain mandi juga ya? Wong cuma di dalem rumah. Kan Ara jomblo.
*****
Setelah selesai mencuci pakaian dan mandi, Ara bergegas untuk bersiap-siap pergi ke rumah Lindi. Karena setelah dipikir-pikir Ara merasa bosan di rumah hanya berdua dengan Mamanya. Ara juga ingin main, yah meskipun mainnya cuma ke rumah temen.
Dengan celana jeans biru dan atasan kaos panjang berwarna putih favoritnya lalu sneakers putih juga dan tas sudah berada di punggungnya. Tak lupa memakai pelembab dan liptint agar tidak terlihat pucat.
"Udah cakep dan rapih! Tapi kenapa gue jomblo ya? Dandanan kaya mau pergi nge-date aja! Padahal mau ke rumah temen yang ujung-ujungnya cuman tidur-tiduran," ucap Ara didepan cermin menatap pantulan dirinya.
"Ah udahlah! Nggak papa jomblo yang penting hepi!"
Ara bergegas keluar kamar dan menemui Mamanya untuk meminta ijin keluar pergi ke rumah Lindi.
"Mama! Ara ke rumah Lindi ya. Bosen di rumah sendiri," ucap Ara pada mamanya yang sedang menonton tv.
"Iya sana! Daripada di rumah mulu! Bosen Mama liatnya! Makanya jangan jomblo! Ngenes tuh!" balas Mamanya yang membuat Ara ingin mengumpat. Untung bisa di tahan, kan nggak boleh ngomong kasar sama orang tua. Dosa.
"Mama mah nyebelin! Biarin aja Ara jomblo! Yang penting Ara idup! Udah ah Ara pamit! Assalamualaikum!" ucap Ara sambil mencium tangan Mamanya dan berlalu keluar.
******
Sekitar 10 menit Ara mengendarai motornya, kini ia sudah sampai di rumah Lindi.
Dan ia di sambut oleh keponakan Lindi yang memang begitu akrab dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAVARA
Teen FictionAwalnya, Ara hanya mengagumi Lava dalam diam dan pada tempat yang berbeda, hingga kegiatan stalking menjadi rutinitas kesehariannya. Banyak yang bilang kegiatan stalking orang yang dikaguminya itu sia-sia?? Salah! Demi mengorek semua tentang Lava, k...