5. Seperti Nyata (Lava)

42 3 0
                                        

Nyatakah? Atau sosok itu hanya mampir sebagai bunga tidur?

🍁🍁🍁🍁🍁

Pagi yang terlihat tenang, dengan pemandangan taman yang hijau penuh warna-warni bunga. Cuaca yang sedikit mendung dan ditemani sepoi-sepoi angin yang memberi ketenangan.

Dua orang ramaja duduk berdampingan di atas rumput hijau, dengan jarak sedikit jauh, tak menyadari keberadaan satu sama lain. Saking tenangnya tempat yang mereka duduki, membuat keadaan seakan hanya ada diri sendiri di sana.

Hingga sang gadis menengok kearah samping bersamaan dengan sosok laki-laki yang juga menengok kearah samping.

Mata keduanya beradu, saling terpaku satu sama lain. Tak sedikit pun ingin mengalihkan pandangan dari mata yang menarik perhatian.

Tanpa kata, sang laki-laki berdiri menghampiri gadis yang masih setia pada duduknya dengan pandangan yang terus saling menatap. Hingga kini laki-laki itu  berdiri tepat di depan sang gadis, membuat sang gadis mendongakkan kepalanya.

Semburat merah merona muncul di kedua pipi tembam sang gadis ketika melihat laki-laki dengan bibir melengkung sempurna yang membuat mata sang laki-laki membentuk garis dan duduk bersila tepat di depannya. Tersenyum.

Tak di duga, sang laki-laki memajukan kepalanya hingga menyisakan jarak satu kepalan tangan dengan wajah sang gadis.

"Hai," sapa sang laki-laki dengan mempertahankan senyumnya. Sedangkan si gadis memundurkan tubuhnya menahan malu sambil menundukkan kepalanya.
Sang laki-laki pun terkekeh.

Masih dengan posisi saling berhadapan. Sang gadis pun mengangkat wajahnya karena merasa suasana begitu hening padahal di depannya ada seseorang.

Begitu melihat mata sang gadis yang memancarkan kebahagiaan, sang lelaki pun tertegun saat melihat kembali gadis berwajah imut dengan pipi tembam merah merona itu.

"Kenapa... pipinya merah?" tanya sang laki-laki pelan sambil menunjuk pipi sang gadis. Dan sang gadis hanya menggelenglan kepalanya.

"Kita belum pernah ketemu sebelumnya kan? Nama lo siapa?" tanya laki-laki itu lagi.

Sepertinya sang gadis masih enggan mengeluarkan kata. Gadis itu tetap diam namun matanya terus menatap sang lelaki.

"Oke. Nama gue Lava!" ucap si laki-laki sambil tersenyum. Namun gadis itu langsung berdiri membuat si laki-laki itu terlonjak kaget.

"Hai Lava! Gue... tunggu lo, saat kita ketemu... di dunia yang bukan ilusi. Sampai ketemu nanti." ucap sang gadis dengan senyum manis sebelum akhirnya melenggang pergi meninggalkan Lava yang masih terpaku di tempatnya.

Hingga terdengar suara memanggil namanya.

"Va! Lava!" suaranya begitu dekat namun sang lelaki tak melihat siapapun.

"Lava! Woy Va!" Suara itu masih memanggil namanya.

"Lavaaaaa! Bangun woy!!!"

'BUGH'

"Aw! Gilak! Bokong gueeeeeeee!" teriak Lava yang terdampar dibawah kasur dengan tidak apiknya. Tangannya reflek mengelusi bokongnya yang terasa sakit.

Matanya langsung menyisir ke arah depan dan menemukan sosok yang mengganggu mimpinya yang belum terselesaikan itu.

"Ish! Bego lo Fer!" Lava pun mengeram kesal pada sobatnya itu yang kini membantu Lava berdiri.

"Hahaha bodo ya Va! Itu kenapa lo tidur kaya kebo! Di bangunin berkali-kali nggak bangun-bangun sih!" ucap Feri sang sobat.

LAVARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang