13

134 16 0
                                    

"Ini apa?" tanya Yedam sembari membolak balik kertas ditangannya.

"Itu jimat, kalian harus bawa kertas itu kemana pun kalian pergi, jangan sampai hilang." jelas Hyunsuk.

Junkyu mengerutkan alis, tampak ragu dengan usul Hyunsuk, "lo dapet dari mana?"

Hyunsuk melirik Jihoon yang berada disampingnya, Jihoon mengangguk, melihat itu Hyunsuk menarik napas sejenak kemudian mulai menceritakan semua yang
sudah ia dan Jihoon lakukan.








Flashback on

"Lo yakin ini berhasil?" tanya Jihoon sambil memperhatikan tempat yang ia datangi.

Hyunsuk mengangguk mantap, "temen gue beberapa kali kesini tiap kali diganggu hantu, dan itu berhasil."

"Tapi kok gue gak yakin ya?"

"Ck kebiasaan, makanya jangan ngeliat sesuatu dari luarnya aja."

Walaupun hati menolak, Jihoon tetap mengikuti langkah Hyunsuk membawanya masuk ke sebuah rumah tua dengan arsitektur kuno, ditambah beberapa lumut dan ranting-ranting pohon yang menghiasi rumah itu.

Tok tok tok

Kriet

"Permisi mbah." Hyunsuk memberi salam kemudian menarik tangan Jihoon untuk ikut masuk.

Setelah sampai di depan mbah, mereka duduk bersila di sana. Jihoon memperhatikan barang-barang di depannya, ada keris, dupa, gunting, kain, dan yang paling seram menurutnya adalah boneka wanita yang sudah terlihat lusuh.

"Ada perlu apa kalian kesini?" tanya Mbah sambil menyalakan beberapa dupa.

"Ekhem! J-jadi gini mbah, saya dan teman-teman saya diganggu sama makhluk halus, gangguannya sudah termasuk parah karena mereka sudah mulai menampakkan diri ke beberapa teman saya."

Badan Hyunsuk gemetar, jujur sebenarnya ia takut datang ke tempat seperti ini, tapi mau gimana lagi, setan itu harus segera dimusnahkan.

"Saya mau minta bantuan mbah untuk ngusir hantu itu."

Mbah mengangguk, tangannya bergerak memutari bola bercahaya di depannya, bola tersebut tampak mengeluarkan aliran listrik yang lama kelamaan menjadi banyak.

Beberapa menit berlalu, Hyunsuk dan Jihoon memperhatikan bola tersebut, ia tidak mengerti apa yang sedang orang tua itu lakukan. Hingga tiba-tiba, mbah terlempar ke belakang cukup kencang. Hal itu membuat Hyunsuk dan Jihoon kaget bukan main.

Mbah tampak mengatur napasnya, setelah itu tangannya bergerak mengeluarkan sejumlah kertas berwarna kuning yang entah dituliskan apa, lalu memberikannya pada Hyunsuk.

"Kamu berikan ini pada teman-teman mu, saya tidak tau jumlah teman mu berapa, jadi saya kasih sekitar 30 lembar. Jika ada sisa, tempelkan di dinding kamar mereka. Jangan sampai hilang, kemana pun mereka pergi, bawa kertas ini." jelas mbah dukun.

"Kenapa gak langsung dihancurin aja?" Jihoon

Mbah menggeleng, "susah, hantu ini sudah lama dan sangat kuat, kalau saya memaksakan untuk menghancurkan dia, nyawa saya taruhannya."

"Tapi ini bakal efektif gak mbah?" Hyunsuk

"Kertas ini bisa mengurangi energi negatif yang dibawa oleh hantu itu, semakin kecil energi negatif yang dia punya, semakin mudah untuk kita hancurkan."

Hyunsuk dan Jihoon mengangguk paham, "terima kasih mbah, kalau gitu saya dan teman saya permisi."

Mereka bangkit hendak keluar, namun langkahnya terhenti mendengar ucapan yang mbah sampaikan.

"Cepat pecahkan misteri gudang itu, sebelum terlambat."

Flashback off








"Bisa-bisanya lo pergi ke tempat kaya gitu gak nanya kita dulu?" tanya Mashiho agak kesal.

"Gue gak percaya sama dukun, mereka semua pembohong." Junkyu

"Sama, gue juga." Doyoung

Hyunsuk menggeleng frustasi, "plis, coba ikutin ucapan gue dulu, kalo seminggu engga ada perubahan kalian boleh buang kertas itu."

Yoonbin menatap lekat kertas yang Hyunsuk berikan, "terperangkap lah kalian jiwa-jiwa yang sudah mati. Jangan ganggu mereka jiwa-jiwa yang masih hidup. Atau kau akan musnah untuk selama-lamanya."

Semua atensi beralih menatap Yoonbin, apa yang dia ucapkan, jiwa-jiwa mati?

"Lo.....kenapa?" Yoshi

Yoonbin tersentak, menatap linglung wajah teman-temannya.

"G-gue keinget dialog dari film yang gue tonton."

Mereka mengangguk kemudian beralih duduk, merasa lelah karena berdiri dari tadi.

Yoonbin menatap lorong rumah sakit, sepi padahal jam masih menunjukkan pukul 10 pagi. Ia mengerutkan alisnya, merasa ada yang janggal.

"Kenapa meja resepsionis kosong?"

Seakan sadar jika ada yang tidak beres, buru-buru Yoonbin berlari menerobos masuk ke dalam ruangan Haruto sedang ditangani. Sesuai dugaannya, ruangan itu kosong, hanya ada Haruto yang kondisinya masih sama seperti saat di bawa kesini.

"Sial! Gue ketipu."

"Kenap– loh? Kok kosong?" tanya Junkyu yang pertama menyusul diikuti oleh yang lain.

"Cepet bawa Haruto keluar dari sini." Yoonbin

"Tapi dia belum ditanganin." Jihoon

"Ya makanya kita harus bawa Haruto ke rumah sakit lain." Yoonbin bergerak menggendong Haruto dipunggungnya.

"Heh, jelasin dulu!" Junghwan menahan lengan Yoonbin yang hendak melangkah keluar.

Yoonbin menggeram kesal, "gue jelasin di luar."

"Emangnya–"

"Gak usah banyak tanya kalo kalian gak mau mati disini!" bentak Yoonbin tanpa sadar membuat mereka terkejut karena ini kali pertama mereka melihat Yoonbin marah.

"A-ayo kita ikutin dia dulu." ajak Jaehyuk mengajak yang lain.



















Yoonbin berlari dengan tatapan lurus, dibelakangnya ada teman-temannya yang ikut berlari juga.

Sebisa mungkin ia tidak melirik kanan dan kiri menghindari tatapan dari mata merah yang mengintainya.

Hihihihi

Mau kemana~

Sudah tau ya~

Hihihihi

Yoonbin menggeleng, "jangan terkecoh, sedikit lagi."

Tinggal beberapa langkah lagi untuk sampai keluar, Yoonbin membenarkan posisi Haruto yang sedikit merosot di punggungnya.

"Ayo, lo bisa Ben!"

Tap tap tap
























Brakk














– tbc –

Mysterious Class | TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang