Uhuk....uhuk....uhuk
Perlahan kelopak mata Asahi terbuka, menatap sekitar sambil berusaha mengenali dimana ia berada sekarang.
Kepalanya menoleh ke samping, merasa pahanya seperti ada beban. Sedetik kemudian, matanya terbelalak kaget.
"Haruto!" buru-buru ia membenarkan posisi duduknya. Tangannya bergerak menyingkirkan poni yang menutupi mata Haruto.
"Ruto, lo bisa denger gue?" tangannya tidak berhenti menepuk pelan pipi pemuda itu.
"Ayo buka mata lo." nihil, kelopak mata itu masih senantiasa tertutup seolah enggan untuk terbuka.
Netra Asahi bergulir berusaha mencari saklar. Tempat ia berada sekarang sangat gelap dan pengap. Tidak ada cahaya dan ventilasi sedikit pun.
"Sebentar." Asahi meletakkan perlahan kepala Haruto agar berbaring di lantai, lalu ia berdiri menyusuri setiap sudut ruangan.
"TOLONG!" teriaknya namun tidak ada sahutan.
"Oh iya handphone gue." Asahi merogoh saku celana dan jaketnya. Helaan napas kecewa keluar dari bibir tipisnya saat tidak menemukan apa-apa di sana.
"Ck! Gak pas banget sih momentnya."
"Nghh."
Asahi menoleh ke sumber suara, matanya berbinar senang melihat pergerakan kecil dari tubuh Haruto. Ia berlari menghampiri pemuda itu.
"Ruto, ada yang sakit?"
Haruto memegangi kepalanya, "k-kenapa gue gak bisa liat apa-apa?! G-gue buta?!" teriaknya panik.
Asahi berusaha menenangkan Haruto yang bergerak ribut, "heh sembarangan! Lo gak buta, ini emang ruangannya yang gak ada lampu."
Haruto menghembuskan napas lega, hampir saja ia menangis jika hal itu benar-benar terjadi.
"Ini dimana?"
"Gak tau."
"Kita berdua doang?"
"Iya."
Haruto mengerutkan alisnya bingung, "yang lain kemana? Coba telfon."
"Handphone gue ilang."
"Kok bisa?!"
"Kita kepental karena ada ledakan, kayanya pas disitu hp gue jatuh."
"Hah?" tanya Haruto semakin bingung, ia masih belum paham keadaan saat ini.
Asahi yang dasarnya malas berbicara panjang memutar bola matanya, "udah lah lo gak bakal ngerti."
Haruto mendengus lalu menyenderkan kepalanya ke pundak Asahi, "gue laper."
"Tahan."
"Jangan bercanda!" Jihoon berdiri, matanya menelisik ke setiap penjuru namun ia tidak berhasil menemukan keberadaan Asahi dan Haruto.
"Terakhir Asahi di samping gue." –Yedam
"Dasar demit bajingan, mau dia apa sih?!" –Jihoon
"Heh omongan lo. Kalo setannya marah gimana?" Junkyu memukul mulut Jihoon kesal.
"Gak peduli gue, dia marah gue juga bisa marah. Satu persatu temen-temen gue hilang. Kalo kaya gini ambil nyawa gue aja biar dia puas!"
"JIHOON!" teriak semuanya kompak. Mereka tidak habis pikir dengan ucapan ngelantur pemuda itu.
"Hoon gue tau lo lagi emosi, tapi plis kontrol ucapan lo." –Yoshi
"Bener, omongan itu doa." –Junghwan
"Sekarang bukan saatnya buat ngeluapin emosi kaya gini, kita harus bergerak cari Haruto dan Asahi sebelum semuanya semakin buruk." –Yoonbin
Jihoon diam, kepalanya tertunduk bersamaan dengan tubuhnya yang jatuh bersandar ke pohon. Kepalanya ingin pecah, keadaan semakin kacau dan ia masih belum tahu harus berbuat apa.
"Marah bukan solusi untuk selesain masalah, kita harus tenang biar otak bisa berpikir jernih." Jeongwoo menepuk pelan bahu Jihoon membuat kepala pemuda itu terangkat.
"Sorry gue buruk dalam pengendalian emosi."
"Paham, tapi lain kali lo gak boleh ngomong kaya gitu apalagi sampai bawa-bawa nyawa lo sendiri."
Jihoon tersenyum tipis membalas ucapan Jeongwoo.
"Oke stop dulu adegan sedihnya, sekarang kita harus lakuin sesuatu." –Yoonbin
"Gue ada ide." –Doyoung
"Tumben otak lo encer." –Mashiho
"Lanjut Doy." potong Yoonbin cepat sebelum mereka adu mulut.
"Jadi gini, gimana kalo kita berpencar. Maksud gue kita kan gak tau gedung ini punya ruangan lain atau gak, makanya kita coba buat telusuri. Gimana?"
Semua diam tampak menimbang saran Doyoung, terlihat beberapa dari mereka yang merasa ragu.
"Makan waktu gak sih?" –Hyunsuk
"Coba aja dulu, kita banyak jadi kemungkinan buat nemuin Haruto dan Asahi lebih cepet." –Yoonbin
"Yaudah kita bagi orangnya, berarti ada yang berdua sama bertiga."
Mereka mengangguk dan mulai membagi kelompok. Setelah dibagi hasilnya adalah :
Doyoung - Yedam - Jihoon
Junghwan - Hyunsuk
Yoshi - Junkyu - Mashiho
Yoonbin - Jaehyuk - Jeongwoo
"Sekarang kita mulai berpencar, tim gue bakal coba masuk ke dalem."
"Lo gila?! Gue gak mau."
Yoonbin menatap Jeongwoo tajam, "kalo ternyata mereka di dalem tapi gak ada yang cek ke sana gimana?"
Jeongwoo diam. Benar juga ucapan Yoonbin, tapi mau gimana pun rasa takutnya lebih besar, apalagi ia sudah diperlihatkan wujud makhluk menyeramkan itu tadi.
"Buang jauh-jauh rasa takut lo, nyawa Haruto dan Asahi lebih penting."
"Tenang ada gue, lo bisa pegang tangan gue selama di dalem." ucap Jaehyuk menenangkan yang dibalas anggukan kepala oleh Jeongwoo.
"Pastiin hp kalian aktif, kalo ada apa-apa langsung telfon." –Hyunsuk
– tbc –
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Class | Treasure
Horror"Kekacauan yang terjadi selama ini, itu semua karena lo!" . . . . . Treasure member as main cast