Mall

3.9K 149 0
                                    

Tandai typo!

***

Lima orang gadis kini telah sampai di mall terbesar di kota Jakarta dan fun factnya ini adalah mall yang di kelola oleh daddynya Berlian. Sungguh orang kaya, maka dari itu Berlian mentraktir mereka semua.

"Ke toko pakaian, girls!" ucap Bella memimpin mereka.

"Pakaian gue di rumah masih banyak, gue gak deh," tolak Ivy.

Berlian berdecih sinis, "No! harus belanja."

"Nanti kita beli novel," Anne merangkul gadis itu membuat si gadis tersenyum sumringah.

Sesampainya di toko pakaian, Bella dan langsung memilih baju untuk ketiga sahabatnya. Fashion mereka memag tak perlu di ragukan, bahkan Sita sampai pernah menjadi juara 1 putri remaja Jakarta di usianya yang ke-13 tahun. 

Ivy dibuat lelah karena terus disuruh bergonta-ganti pakaian padahal semuanya terlihat pas di tubuhnya. Wajah, tubuh, dan kulitnya sangat mendukung membuat sahabat-sahabatnya bingung mau membeli yang mana. Pengen dibeli semua, tapi tatapan menyeramkan Ivy berhasil membungkam mereka.

"Yang ini mau gak, Vy?" tanya Sita menyodorkan slip dress 10 cm di atas lutut berwarna hitam dengan motif kotak-kotak, talinya hanya satu jari dan tentu saja jika Ivy memakainya akan membentuk bagian dadanya.

Ivy lantas melempar bantal sofa ke wajah Sita dengan kuat, "Anjirr, sexy bener dressnya. terlalu terbuka!"

"Hehe, pengen gitu liat lo pake sexy kek gini," ucapan Sita berhasil membuat Ivy melotot seram.

"Lesbi lo?!" sarkas Ivy.

Sita mencak-mencak tak terima. "Kan tanya doang, ish Ivy nyebelin!"

"Mbak, yang tadi semuanya ya," Berlian langsung menyerahkan black cardnya.

"Tunggu sebentar ya," pelayan di toko itu langsung berkerja cepat. Mereka tau betul siapa Berlia Sultana ini.

Berganti ke toko sepatu lalu ke toko perhiasan, mereka berlima menjelajah hampir setengah dari mall itu. Langkah mereka berakhir di sebuah restoran, sudah sangat sore dan jalan-jalan tadi membuat perut mereka minta diisi.

Ssttt ada yang telepon nih~ 
Ssttt ada yang telepon nih~

Ivy melirik ponselnya tertera nama 'Dewa cengeng'. Sambil mengunyah ia langsung menggeser ikon hijau di layar.

"Di mana aja?" Ivy menatap ponselnya sambil mengerjab. Aneh, suara ini memang milik Erlang namun terkesan dingin lebih dingin dari biasanya.

"Di mall sama besti, kenapa?" walau aneh, Ivy tetap menjawab.

"Bohong, pulang," terkesan perintah membuat Ivy semakin merasa aneh.

"Bohong apa sih, ini lagi bareng besti. Beneran deh, sumpah!" apa ini? Ivy seperti terciduk selingkuh.

Terdengar hembusan napas kasar di seberang. "Gue bilang pulang sekarang! mau tebar pesona di sana lo! ingat lo hanya milik gue bukan yang lain, gue gak suka berbagi Yvonne!"

Ivy menggeram marah sambil tangan kirinya terkepal erat. "Maksud lo apa sih?! siapa yang tebar pesona, nuduh lo?! gue milik orang tua gue bukan lo camkan! gak usah merintah gue karena lo gak ada hak!"

Sahabat-sahabatnya terkejut ketika nada suara Ivy meninggi, siapa di seberang sana yang membuat bungsu mereka emosi? sekiranya itu yang mereka pikirkan.

"Gue ada hak! gue calon suami lo, Yvonne kalo lo lupa."

Ivy langsung memutuskan sambungan telepon secara sepihak, ia sangat kesal pada cowok itu. Maksudnya apa? menyuruh dia pulang terus marah, menuduhnya tebar pesona, angkuh dengan statusnya sebagai calon suami. Cih! Ivy benci.

"Kenapa hmm?" tanya Anne.

"Erlang, gak tau telepon suruh pulang, make nuduh gue tebar pesona lagi. Helloww lo orang asing gak usah ngatur-ngatur gue," jawab Ivy sambil menggerutu kesal.

Mengabaikan ucapan Erlang tadi, Ivy melanjutkan girls timenya bersama mereka walau perasaannya gelisah. Entahlah, ia tak tau kenapa. Mungkin karena marah sama Erlang kali ya? pikirnya.

"Udah jangan dipikirin, maybe," hibur Sita yang memelankan ucapannya di akhir kalimat.

Sita sudah mengenal Erlang sejak kecil. Cowok itu kalau marah memang sangat menyeramkan, bahkan ibu Selena saja sampai kewalahan kalau putra tunggalnya itu marah bisa-bisa tidak keluar kamar semalaman, makan pun tidak.

"Yuk pulang," ajak Bella.

Akhirnya mereka berjalan beriringan sambil sesekali tertawa membuat orang-orang berlalu lalang mengagumi  kecantikan mereka terutama cowok.

"Kalian duluan aja, gue lupa sama belanjaan gue di resto tadi, " suruh Ivy dengan nada panik.

"Gue temenin ya?" Berlian bertanya khawatir.

"Gak usah, duluan aja. Nanti abang gue jemput soalnya searah sama rumah sakit, sana pulang duluan aja," Ivy tak mau membuat mereka kerepotan.

"Yaudah kita duluan ya, hati-hati diculik sama om om."

Setelah mereka pergi, Ivy langsung masuk kembali ke restoran tadi dan untung saja belanjaannya sudah diamankan oleh waitress di sana membuatnya bernafas lega. Ivy hendak mengirimkan pesan ke abangnya untuk menjemputnya namun, cekalan di tangannya membuat ia berhenti lalu mendonggak melihat siapa itu.

"Bandel."

***

Vote sama comment

Kamu milikku! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang