Five [Revisi]

10.1K 389 2
                                    

005.

《》

Kantin yang semula riuh langsung hening ketika melihat Bella dan kawan-kawannya. Gadis-gadis yang memang selalu menjadi pusat perhatian itu mengambil tempat yang masih kosong. Melihat Ivy yang diperlakukan dengan spesial membuat siswa-siswi bertanya-tanya, ada hubungan apa mereka?

"Mau pesan apa?" tanya Sita.

"Samain aja semua," Anne mewakili teman-temannya.

"Mmm, Sita mau gue bantu?" tawar Ivy.

Sita berbinar, "Ih, akhirnya ada yang bersimpati. Ayo, Vy!" gadis itu langsung menyeret tangan Ivy membuat sang empu tersenyum miris.

Beberapa menit kemudian, kedua gadis itu datang dengan makanan pesanan teman-teman mereka. Ivy menautkan alisnya bingung saat melihat jumlah orang yang duduk di bangku mereka tadi, yang tiga orang kini menjadi tujuh orang dengan dua laki-laki.

"Siapa?" tanya Ivy.

Bella melihat Ivy dengan tatapan sinisnya membuat gadis yang ditatapnya mengedikan bahu acuh.

"Bola matanya mau jatuh tuh," tunjuk Ivy pada Bella.

"Bola mata lo yang mau jatuh, bocah! kemarin gue dah bilang apa?!" Bella mencak-mencak tak jelas membuat Ivy semakin bingung, apakah ia ada salah atau menyinggung seseorang? Ivy rasa tidak.

"Bilang apa?"

"Di taman! gue bilang apa?"

"Apa?"

"Ish, jangan pura-pura pikun lo, Yvonne Ludovica!"

"Terserah ya Bell, gue gak ingat," Ivy tak perduli lalu duduk di samping Sita, tempatnya tadi sebelum pergi memesan makanan.

Bella memutar bola mata malas, ia mencolek tangan Ivy lalu berbisik pelan, "Cowok di samping Sita, Erlang. Cowok yang kemarin lo pelototin di taman."

Ivy melihat ke samping Sita dan ya benar ada cowok tampan di sana, merasa ditatap cowok itu balas menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan, canda itu tatapan yang tertarik akan sesuatu.

"Ganteng ya, Bell," bisik Ivy pada Bella.

"Mikir ganteng aja lo, pikir sekolah kek," Bella tak habis pikir dengan isi otak Ivy sekarang.

"Udah 11 tahun gue mikir sekolah terus tapi apa balasannya? otak gue mau meledak, bego! ngapain mikirin sekolah sedangkan sekolah aja gak mikirin gue, males," jawaban dari Ivy berhasil membuat Bella emosi dan akan berdiri untuk menjambak rambut temannya.

"Astaga! kenapa gue harus ketemu orang kayak lo, Yvonne!" Bella berucap sambil tangannya ditahan oleh Berlian.

Mereka di meja itu sedari tadi dibuat tertawa dengan percakapan Ivy dan Bella. Yup, mereka memang berbisik namun suara mereka terlalu besar untuk disebut berbisik.

"Sabar Bell," ucap Anne yang masih ngakak.

"Iya nih, Bella kok emosian deh, entar tua lho!" belum puas membuat Bella emosi, Ivy masih menegurnya.

"Heh! gue aduin ke abang lo ya! kalo adek perempuan satu-satunya di sekolah cuman mau cuci mata, suka liat cogan doang," ancam Bella.

Ivy terperangah dibuatnya, sejak kapan Bella tau bahwa ia mempunyai abang dan dia anak perempuan satu-satunya di keluarganya. Bella tersenyum penuh kemenangan saat melihat wajah kaget teman tengilnya itu.

"It's so easy, baby," ucapnya dengan senyum miring.

"Fuck!" seru Ivy sambil mengangkat jari tengahnya, apalagi raut wajahnya yang kesal membuat sedikit garang dan agak gemas menurut beberapa bagian orang.

Kamu milikku! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang