Ten [Revisi]

6.9K 289 2
                                    

010.

《》

Gadis bernama lengkap Dilara Gulizar Erikson itu langsung cemberut saat Erlang menegurnya. Dilara merupakan anak tunggal dari adik perempuan ayahnya yang berarti Dilara merupakan sepupunya. Ivy semakin dibuat gemas ketika kaki kecilnya dihentakan ke lantai dengan kasar sambil menahan tangis.

"Abang gak marahin Dila, sini kenalan sama kakak cantik," ucap Erlang, ia tau adik kecilnya itu tak suka ditegur olehnya. 

Dila mendekat lalu duduk di pangkuan Erlang. Saat ini Ivy dan Erlang sudah duduk di sofa setelah tugas mereka selesai. Gadis kecil yang imut itu baru menyadari kehadiran Ivy yang sedari tadi mencoba bertahan untuk tidak mencubit pipinya.

"Kakak cantik ini pacal kakak?" tanyanya dengan mengerjabkan mata pelan.

"Iya, dek,"jawab Erlang.

Ivy? gadis itu hanya memutar bola matanya malas. "Hai Dila!"

"Hai kakak cantik! kakak dali langit ya?" Dila dengan antusias membalas sapaan Ivy dan bertanya diakhir kalimatnya.

Ivy bingung, dari langit maksudnya? "Gak kok, kakak dari rumah ke sini buat tugas."

"Oh kilain dari langit, soalnya kakak kayak bidadali," buaya betina sejak dini, Ivy berpikir mungkin ajaran sesat dari Erlang.

Ivy menunduk menahan diri, sedangkan Erlang sudah tergelak dengan gombalan yang diberikan oleh adiknya ini. Belajar dari mana dia?

"Emang bidadari, dek. Bidadari di hati abang," timpal Erlang.

Ok, Ivy jujur saja. Dia memang sudah terbiasa dikintilin mulu sama Erlang tapi kalau ditanya soal gombalan yang dilontarkan cowok satu itu memang Ivy belum terbiasa, ia masih baper apalagi dia orangnya gampang baperan.

"Nama kamu siapa?" Ivy mengalihkan pembicaraan sebelum ia kembali dibuat malu.

"Dilala Gulizal Elikson," jawab Dila bangga dengan marga yang ia sandang di belakang namanya.

"Hah? Dilala? Lala teletubbies maksudnya?" Ivy sengaja menjahili gadis kecil itu.

"Hng! bukan, Dilala, kakak cantik. D-i-l-a-l-a, pake huluf el," jelasnya panjang.

Erlang dan Ivy kembali dibuat tertawa melihat ekspresi Dila saat dia menjelaskan namanya. Ivy sudah tak tahan lagi.

"Permisi ya Dilara," langsung saja tangannya itu memainkan pipi Dila. 

Erlang cengo melihat Dila yang anteng saja saat pipinya disentuh oleh Ivy pasalnya gadis kecil itu tak suka pipinya disentuh siapaun bahkan ia pernah ngambek sama papa dan mamanya karena mereka dengan lancang mencubit pipinya karena gemas.

"Kok kamu gak marah kak Ivy cubit pipi kamu? biasanya langsung berubah jadi reog?" pertanyaan dari Erlang lantas membuat Dila menampar pipinya lalu turun dan duduk kembali di pangkuan Ivy dengan tenang.

"Enak aja! Dila cantik begini disamain sama leog selem itu," sungutnya.

"Ya kan biasanya gitu, kenyataan kok," Erlang tak mau kalah.

Dila langsung memeluk Ivy mencari simpati. Sepertinya ia tau bahwa abang bangkotannya itu lemah terhadap pacarnya. 

"Kakak liat kan, abang bangkotan itu galak," adunya dengan wajah memelas.

Nih bocil sejak kapan playing victim, njir?! batin Erlang tertahan.

"Udahlah, dia kan masih kecil. Lo ngalah aja deh, dasar bangkotan," Ivy memandang sinis cowok di sampingnya itu.

Kamu milikku! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang