Eleven [Revisi]

6.3K 258 0
                                    

011.

《》

Ivy baru saja memarkirkan motornya. Dengan hati senang ia melangkah menuju ke kelasnya, senyumnya tak pernah pudar sejak semalam, padahal sebagian besar orang kalau tau mereka dijodohkan maka bereaksi kesal atau apalah yang penting mereka pasti menentang. Memang pada awalnya Ivy sempat berpikir begitu namun, ia ingin sekali merasa bagaimana dijodohkan.

"Napa lo?" pertanyaan itu membuat Ivy terkejut dan menoleh mendapati Sita dan sang abang, Sakti.

"Gak kenapa-kenapa," jawab Ivy menggandeng tangan sahabatnya itu mesra.

"Dih! terus tadi senyam senyum kek orang gila, baru tau gue kalo lo alumni rumah sakit jiwa," sinis Sita.

"Sakti, kok bisa lo punya adek kayak Sita? gue meragukan dia adek kandung lo, kali aja anak pungut," memilih mengabaikan Sita, gadis itu mengajak Sakti untuk berbicara.

Sakti tersenyum menanggapi obrolan sahabat adiknya sekaligus calon ibu negara mereka. "Ya gak lah! adik kesayangan gue nih, bu negara."

Salah satu hobi Ivy yaitu menyaksikan keuwuan sebuah keluarga, dan ia terharu dengan ucapan Sakti pada sang adik, Sita yang tadinya cemberut kembali tersenyum riang.

"Hai Ivy," sapa seorang cowok dengan genitnya mengedipkan matanya.

"Hm," jujur saja, Ivy benci mereka yang suka genit sana sini, kelihatan gak lakunya.

Cowok itu berdecak sebal dengan balasan Ivy yang membuatnya kurang puas. "Lo pikir lo paling cantik di sini?!"

Ivy berbalik, auranya yang tadi sedang ceria kini berubah. Entahlah, tatapan matanya menajam lalu memindai cowok itu dari atas sampai bawah lalu bibirnya yang ranum itu menyunggingkan seringaian. Cowok yang ditatapnya terkesiap dan sedikit merasa takut, ia berhasil terintimidasi dengan aura Ivy yang mendominasi layaknya seorang big boss.

Suasana hening ketika Ivy tertawa sinis. "Gak usah dipikir juga gue emang udah cantik sejak lahir, gen dari papa sama mama gue terlalu kental."

Terlalu percaya diri sampai lupa diri itu memang gak baik tapi beda lagi dengan Ivy yang terlalu percaya diri namun sadar diri. Gadis itu percaya dengan kecantikan dirinya, tak sia-sia ia lahir dari rahim sang mama.

"Jadi kalo mau bilang gue cantik gak usah dipikir ya, yang perlu lo pikir itu apa konsekuensi ngehina gue," selesai berujar, gadis berambut hitam itu meninggalkan koridor yang mulai ramai.

Badmood dah gue.

Tiba-tiba sebuah rangkulan terasa di bahunya, melihat ke samping mendapati Erlang dengan gaya badboynya membuat Ivy terpesona. Erlang menyadari hal itu langsung mencubit pipi chubby milik pujaan hatinya itu dan Ivy hanya bisa meringis pelan.

"Hari ini presentasi ya?" tanya Erlang.

"Hah, presentasi apa?" Ivy merasa janggal, ia melupakan sesuatu kayaknya.

"Presentasi kimia, sweetie. Jangan bilang lo lupa?" Erlang memincingkan matanya curiga.

"Astagfirullah, gue lupa. Mana belum belajar lagi, kampret," gerutu Ivy.

"Ke kelas aja yuk," Ivy mengangguk lemah.

Gara-gara pembahasan tentang perjodohan semalam ia sampai melupakan tugasnya hari ini. Dengan bantuan sisa-sisa ingatannya beberapa hari lalu dan bantuan dari Erlang, Ivy hampir menguasai semua materinya.

Ibu Rifina sudah masuk ke dalam kelas sejak lima belas menit yang lalu, laptop dan proyektor  yang tadi Kim Aerum, ketua kelas XI MIPA-1 bawa sudah terpasang dan tinggal presentasi saja sesuai yang beliau sampaikan pada pertemuan lalu.

Kamu milikku! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang