Two [Revisi]

12.5K 426 0
                                    

002.

《》

Selama dua jam lebih perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah peninggalan kakeknya di Jakarta. Rumah mewah bergaya klasik dengan pekarangan yang luas dan asri ini memang selalu dirawat oleh Ravin selama ia tinggal dan bekerja di sini. Jadi, saat kedua orang tua dan adik-adiknya ke sini tidak terlalu banyak kerja.

"Ma, Ivy mau pilih-pilih kamar dulu ya," ucap gadis itu.

"Gak usah dipilih, abang udah nentuin kamar kamu sama Davin, ayo ikut," sela Ravin merangkul bahu kedua adiknya mesra.

Sebelum pergi, Ravin memang sudah menyiapkan kamar untuk kedua adiknya agar keduanya tidak bertengkar saat memilih kamar. Kamar mereka bertiga terletak di lantai dua sedangkan pak Dean dan istrinya di lantai satu.

"Ini kamar Davin." 

Ruangan bernuansa biru laut ini terlihat luas dengan perabotan yang lengkap membuat Ivy iri pada adiknya bisa mendapat kamar yang bagus. Ravin terkekeh meliat Davin yang memeletkan lidah pada kakak perempuannya, tak ada hari tanpa pertengkaran keduanya.

"Kamar Ivy di depan kamar abang," ujar Ravin menuntun adik perempuan semata wayangnya itu menuju pintu berwarna putih dengan papan nama Ivy.

Ivy kembali dibuat kagum dengan kamar barunya ini. Kamar yang luas dengan gradasi warna putih kekuning-kuningan ditambah semua perabotan lengkap, ia berjalan ke balkon dan mendapati halaman belakang yang luas penuh dengan tanaman-tanaman.

"Gak iri lagi sama adek kan?" tanya Ravin membuat Ivy mengangguk puas.

"Siapa yang tanam?" tanya Ivy.

"Ya abanglah, kamu kira siapa?!"

"Dih! tumben rajin," celetuk Ivy.

"Rajinlah, kamu pikir hanya kamu yang rajin? Abang juga rajin kali. Udahlah abang mau bantuin papa beres-beres dulu, kamu juga bantu mama masak makan siang sana!"

Ivy hanya mengangguk lalu menyusul abangnya ke bawah. Suasana di sini sangat asri membuat Ivy merasa nyaman apalagi jauh dari jalan raya membuat ia bisa tertidur dengan tenang, walaupun ia tak akan terganggu sekalipun ia tidur di tempat penuh keramaian. Pada hakikatnya, Ivy ini tipe orang yang kalo tidur sekalian simulasi mati. Mau ribut seperti apapun dia tetap terlelap dalam mimpinya.

"Mama, lagi masak apa, sini Ivy bantuin," tawar gadis itu mendekat pada wanita yang melahirkannya.

"Kamu letakin alat makannya di meja, sayang. Mama cuman buat nasi goreng, entar malam aja baru makan banyak," ucap ibu Sofia.

"Oh iya, ma," Ivy langsung menuruti perintah mamanya.

Sudah makan, sudah istirahat yang cukup saatnya Ivy membereskan barang bawaannya. Ia mulai memindahkan semua pakaiannya ke dalam lemari di kamarnya,semua hal di kamarnya ia ganti dengan yang baru. Rak kecil ia isi buku pelajarannya dan berbagai macam buku lainnya. Tak lupa sebuah boneka panda berukuran sedang ia letakan di nakas samping tempat tidurnya sekedar hiasan.

Seulas senyum terbit di bibir merah delima miliknya, ia puas dengan kamar barunya sekarang. Tanpa menunggu lagi ia menjatuhkan tubuhnya ke ranjang yang cukup besar itu lalu tak lama kemudian terbang ke istana mimpi yang indah.

《》

Pukul 15.25, Ivy terbangun dari tidur siangnya, ia berjalan gontai ke kamar mandi dan mencuci wajahnya. Setelah itu ia merapikan penampilannya lalu mengambil kunci motor di atas meja belajar.

"Pa," panggil Ivy pada pak Dean yang sedang duduk menonton televisi.

Pria paruh baya itu menoleh. "Kenapa?"

Kamu milikku! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang