EMPAT

22 2 0
                                    

"Jadi? Grac udah siap?" pertanyaan itu melayang dari bibir Tamara,menyunggingkan senyum miring nya pada Gracia yang tengah terduduk dengan tangan terikat di kursi.

"Gue gak suka posisi ini, lepasin dulu" ucap Gracia pada Tamara.

Oh. Ayolah! Gracia tak mungkin menuruti hal gila ini

Tamara berjalan menuju Gracia perlahan gadis itu melepaskan satu persatu tali yang mengikat Gracia.

"Udah!" ucap Tamara dengan riang

"Ra, lo serius mau liat gue telanjang? Maksud gue. Ayolah kita bahkan sama sama punya" ucap Gracia tak habis pikir

Tamara tetap melihat Gracia berbinar,dengan perlahan Tamara menelaah setiap inci tubuh Gracia. Hanya Tamara yang tau apa pikirannya, Gracia pasti berpikir jika Tamara itu ada kelainan seksual.

Cantik.

Gumam Tamara yang dapat didengar oleh Gracia, ditatap seperti itu Gracia mual dan mulai gelisah mencari cara untuk kabur sekarang juga.

"Bener ya kata Papah, Grac cantik. Aku suka punya adik cantik kayak Grac" kekehan Tamara membuat Gracia bingung

"Maksud lo apa? Gue bahkan enggak kenal Papah lo sialan!" ucap Gracia meradang

"Papah Tamara, itu Papah Gracia juga tau"ucap Tamara mencebikkan bibirnya kesal

"Berhenti ngomongin Papah-Papah! Papah lo siapa emang nya?!" teriak Gracia yang merasa pusing akibat Tamara berbicara berputar putar.

"Mahardika, Adam Mahardika" ucap Tamara mampu membungkam Gracia

Adam Mahardika? Tak asing. Namun Gracia juga tak tau siapa yang dimaksud Tamara.

"Gue gak kenal! Jadi lepasin gue!"

Tatapan binar Tamara redup seketika saat Gracia mengatakan hal yang sungguh menyakitkan hatinya,tangannya terkepal menahan amarah yang begitu kuat.

"GRAC! PAPA ADAM ITU PAPA KITA! Kamu adik aku Grac, kenapa kamu sampai enggak kenal Papa kamu sendiri?! Pasti wanita gila itu yang udah cuci otak kamu! " ucapnya begitu kasar

"SIAPA YANG LO MAKSUD WANITA GILA ITU ANJING?!" teriak Gracia ingin menjambak rambut Tamara. Tamara tau ini akan terjadi jadi mereka tidak di tinggalkan hanya berdua namun ada 2 pria juga yang bertugas menahan lengan Gracia, supaya berhenti memberontak.

"Cih. Siapa lagi kalo bukan Renata? Harusnya orang gila itu kamu masukin kerumah sakit Grac. Pasti nyusahin kamu kan?" Tamara hendak mengelus rambut Gracia namun Gracia menghidarkan

"Yang lo sebut orang gila itu Ibu gue! Gak usah sembarangan ngomong, kalo mulut lo masih mau berfungsi dengan baik!"

Seberapa jauh wanita gila itu telah mencuci otak Gracia? Sampai sampai adik cantiknya ini berani mengancam nya. Mengetahui fakta bahwa Gracia sudah tidak mengenal Papa kandung nya sendiri saja sudah membuat Tamara meradang.

"Harusnya Papa denger saran aku buat ngambil kamu dari orang gila itu dari jauh jauh hari, sekarang gimana? Bahkan anaknya gak kenal Papa kandungnya sendiri" Tamara bermonolog sendiri

"Hei Grac. Kamu emang adik tiri aku, tapi aku bener benar sayang sama kamu Grac. Tinggalin Ibu gila kamu dan mari hidup harmonis dengan keluarga ku" ucap Tamara mengajak Gracia dengan ucapan lembutnya

"Berhenti ngomong kalo Ibu gue gila! Ibu Gue emang gila, jadi gak usah di omongin! Biarpun keadaannya begitu, gue gak akan mau ninggalin Ibu gue sama kayak si Adam" Gracia berucap lantang sembari menunjuk Tamara dengan tatapan nyalang.

"Gracia kayaknya kamu udah melangkah terlalu jauh" gumam Tamara

"Lepasin" perintah Tamara yang langsung di turuti kedua pria yang berseragam sama seperti mereka

Tanpa menyianyiakan kesempatan itu Gracia lansung berlari menjauhi gudang belakang sekolah dengan tergesa gesa. Banyak hal tak diduganya datang dihidupnya, seolah tak boleh Gracia mengistirahatkan sebentar jiwanya ini.

Dia rindu dimana masa masa saat ia belum pindah ke tubuh Garcia, bisa bermalas malasan, hidup dengan rukun dengan tetangga bahkan ia tak mengapa jika kisah percintaan tak ada di hidup nya pada masa SMA.

"Tenang Grac, besok lo bakal pindah dari sekolah jahanam ini kok" gumam Gracia menguatkan dirinya

Selain bermimpi persis kejadian tadi Gracia juga bermimpi Ibu nya akan memindahkannya di sekolah baru yang jauh lebih elite dan tentu saja fasilitasnya lebih lengkap.

"Ya walaupun, lo harus berhadapan sama cowo-cowo gila Narenka sama Marlio. Enggak papa, gue bisa hindari mereka berdua" ucap nya sambil menghembuskan nafas kasar.

Gracia berlari karena ia tau pelajaran pasti sudah di mulai. Setidaknya biarkan dia jadi murid teladan untuk yang terakhir kali nya.

Gracia bergumam dalam hati meminta maaf pada Gracia yang dulu karena tidak banyak yang bisa ia lakukan untuk mengubah hidupnya.

Satu-satunya cara untuk terhindar dari kematian adalah tujuan Gracia saat ini.

Ya benar. Di hanya perlu menghindari kematiannya, dan hidup bahagia bersama Ibunya dan Kei.

Lagi pula ia tak punya backingan siapa pun disini. Mau tak mau dia harus menjalankannya sendiri kan?.

"Hal apa yang menghalangi mu, sampai sampai kamu telat 25 menit di pelajaran saya?" ucapan Guru itu menyambut indara pendengaran Gracia saat ingin memasuki kelas,  teman teman kelasnya memandangi Gracia dengan tatapan beragam.

"Maaf Miss, saya abis dari UKS" alibi Gracia saat ditanyakan seperti itu.

"OK, I'll forgive you this time,tapi jangan lupa kalo waktu adalah uang. you have to really make good use of your time Gracia" ucap Miss Lili mempersilakan Gracia untuk duduk dikursinya

Gracia sebenarnya ingin bertanya lagi soal dimana dia harus duduk? Eh ayolah jangan lupakan Gracia yang baru menempatkan tubuh ini. Namun, ia tak mau Miss Lili mengomel karena dia terlalu banyak bertanya, jadi dia memilih untuk duduk di bangku paling belakang.

"Oke,kita lanjut materi yang sempat tertunda tadi, Grac. Buka buku halaman 27" titahnya.

******

Gracia berjalan lesu menuju gerbang rumahnya. Dia sudah pulang namun disekolah tadi sangat membosankan, sungguh! Mana vibes-vibes SMA?  Tidak ada, hanya kelas yang membosankan dengan semua siswa-siswi yang terfokus pada gadget mereka masing masing.

"Assalamualaikum" tangannya menyentuh gagang pintu namun tak ada yang menyaut salamnya.

Kemana Ibunya itu? Apakah memang selalu begitu? Tidak menyambut anaknya ketika pulang sekolah. Seperti nya Gracia harus memikirkan sekali lagi tawaran Tamara.

"IBU!" teriak Gracia kesal, sungguh tidak bisakah sekali ia merasa di perhatikan? Setidaknya dengan Ibunya?!

Perutnya lapar dan tidak ada makanan sama sekali di meja makan, Gracia membanting tasnya ke meja makan dengan kesal. Sungguh?! Haruskah dia juga yang menyiapkan makanan untuk mereka?.

Ibunya bahkan tidak ada kegiatan, tidak bisakah ia menyempatkan waktunya hanya untuk menghidangkannya menu makan siang sederhana?.

Gracia membuka pintu kamar Ibunya melihat keadaan Ibunya yang sedang terkapar lemas dengan darah di seketarnya.

Gracia kaget. Tak tau harus berbuat apa?!

"IBU! TOLONG AKU UNTUK TETAP TERUS BERNAFAS!" teriak Gracia memapah perlahan tubuh Ibunya ke kasur.

****
Jadi Gracia, mau ibu kamu tetap hidup atau enggak? Aku akan mengabulkan nya. Tpi boonk yahahaha

Komentar kalian tuh buat aku semangat tau, tapi vote juga buat mood nulis aku naikkkkk↗️

GRACIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang