Tujuh belas

8 1 0
                                    

Gracia beberapa kali mengumpat kasar sambil menunggu seseorang yang katanya akan menjemput nya.

Soal tadi malam perjodohan tetap berlangsung meskipun kita menolak, bahkan mereka hanya berkata kalau kalian perlu pendekatan saja dan pada akhirnya juga akan saling jatuh cinta. Seperti itulah kata kata yang keluar dari mulut orang dewasa disana.

"Ck! Lama banget si tuh orang!" gumam Gracia melihat jam di tangannya.

"Ibu aku duluan aja deh, ngapain si nungguin Si Lio?" tanya Gracia heran Lio yang di maksud adalah—Marlio anak Tante Lily.

"Saya mau kalian berangkat sekolah bersama, biar akrab" ucap Renata sambil meminum teh disampaing Gracia

"Ngapain aku harus akr—

Tin! Tin!

Suara klakson mobil terdengar, Renata lamgsung menyuruh Gracia pergi karena sudah pasti yang di dalam adalah Marlio.

Gracia beranjak dari kursi yang di dudukinya lalu bersalaman dengn Renata. Berjalan menuju mobil sambil sedikit berlari karena ia tak mau telat lagian dia juga mau sekalian mengomel pada pria itu.

"Heh! Turun kek lo salim sama Ibu gue! Gak sopan banget heran!" semprot Gracia ketika baru duduk di mobil bersama Marlio

"Sengaja, biar citra gue buruk. Terus Ibu lo gak jadi jodohin lo sama gue" ucapnya sambil tersenyum tengil, kacama mata yang masih tertengger manis di hidung nya pun pasti merasa muak dan ingin menampol pria itu.

"Terserah lo deh"

"Kenapa? Lo kecewa sama rencana gue? Segitu sukanya lo sama gue?" ucapnya bertanya sambil membuka kacamata hitam nya

Gracia terperangah melihat tingkah lelaki yang di kehidupan sebelum nya adalah lelaki yang memperkosa lalu membunuhnya nya seperti ini. Jauh dari apa yang dia bayangkan, dia terlihat tengil dan ceroboh rasanya agak tak percaya dia bisa melakukan hal keji semacam itu.

"Lo selalu gini ya?" tanya Gracia mendelik jijik

"Gini gimana? Ganteng maksud lo?" Astaga! Ternyata narsis juga!

"Pede lo melebihi Lucas!" semprot Gracia kencang

"Siapa Lucas? Cowok jelek daerah mana tuh?" Sialan! Lucas bahkan lebih ganteng dari pabrik lo!.

"Lo yang jelek sialan!"

"Etts! Dilarang ngomong kasar di mobil gue!" ucapnya tegas, Gracia langsung melengos kesamping.

"Lo! Jangan sampe suka sama gue! Ingat! Gue gak akan pernah suka lo balik!" ucap Gracia serius dengan muka galak nya

"Siapa juga yang niat suka lo? Gue juga udah ada Crush kali, lebih cantik dari lo! Sesuai lah sama gue yang ganteng dan kaya"

"Cih! Bagus kalo gitu"

Mereka berdua kini sampai di parkiran sekolah, beruntung karena upacara akan di adakan 10menit lagi mereka beruntung kali ini.

Gracia menelan ludah pelan takut akan di gosipkan yang tidak tidak dengan ketua basket disampingnya ini.

Malio berdecih lalu tersenyum sok cool dan keluar dari mobilnya meninggalkan Gracia yang tadi tengah terlihat takut. Dia cukup peka akan hal itu sebab itu Malio memilih keluar terlebih dahulu.

"Repot jadi ganteng" ucapnya geleng geleng kepalanya dan menyisir kepalanya ke belakang ketika banyak para wanita yang menatap nya penuh minat dan berbinar

Gracia juga menunggu fans Marlio pergi mengikuti idolanya lalu Gracia keluar dari mobilnya perlahan dan berlari menuju kelasnya

"Gracc! Astogeee! Mana topi lo? Mau upacara juga! " ucap Gisella mengaget kan Gracia

"Topi? Eh topi gue!" Gracia membuka tasnya lalu mengibrak abrik tas di dalamnya namun tidak menemukan topi di situ

"Yahh! Gue lupa bawa kayanya Sel, gimana dong?"

"Lo enggak lupa peraturan sekolah kan? Siap siap dah ngepel aula" ucap Gisella pasrah

"Jangan gitu dong! Bantuin gue, lepas topi lo biar kita di hukum bareng!" tiba tiba Gracia memberi ide yang membuat Gisella kesal

"Ogah! Bukan enggak setia kawan ya Grac, lo tau kan Aula kita? Luas banget kaya lapangan bola! Gue ogah deh skip dulu" ucap Gisella lebay

"Udah ah! Ayo! Nanti gue temenin deh lo dihukum gue liatin sambil ketawain lo doang tapi" tawa Gisella merangkul pundak Gracia

"Sialan lo!"

Mereka berlari menuju lapangan upacara dengan sembunyi sembunyi supaya tidak ketahuan anggota Osis yang sedang mengecek anak anak.

Gisella menarik lengan Gracia untuk menghindari tatapan Osis.

"Aww!" jerit Gracia saat kunciran rambutnya tertarik ke belakang

"Nih" ucapnya sambil memasangkan topi di kepala Gracia dengan kasar

Ghares laki laki yang tadi menarik rambutnya lalu sekarang memberikannya topi itu pun segera pergi dari hadapan Gracia.

"Shhh... Sakit banget anjir, dasar enggak waras!" ucap Gracia yang tentu tidak terdengar oleh Ghares. Sebab, lelaki itu kini telah di tarik kedepan dan berjajar bersama murid murid yang tidak menggunakan atribut lainnya.

"Woi! Lo deket sama Kak Ghares?! Hoki banget idup lo Grac" tanya Gisella terperangah

"Enggak! Enak aja! Nih topinya sana lo yang balikin" ucap Gracia melepas topi yang dikenakan nya

"Ck! Bersyukur Kak Ghares mau bantuin lo, harus nya berterima kasih! Tuh liat, dia jadi dihukum gara gara lo tau!"

"Dih! Btw gue gak minta si Ghares pinjemin topinya ya!"

"Ya ampun lo anak siapa sih?! Grac dengerin gue, kalo Kak Ghares gak nolongin lo. Lo yang bakal ngepel Aula yang lebar nya sege kesabaran gue"

"Abis ucapara lo harus bilang makasih, terus kasih dia minum! Tanda terimakasih lo!"

Gracia hendak memprotes namun segera di tarik oleh Gisella. Temannya ini tak tau terimakasih harus di beri tahu mana yang bener dilakukan mana yang tidak.

Upacara di mulai dengan hikmat.

****
Vote dan komen!

GRACIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang