Sembilan belas

11 2 0
                                    

Gracia dan Ghares kini sedang membersihkan kaca ruangan ini, begitu banyak debu di lihat dari air perasan yang mulai kotor.

"Kak, lo ngga belajar apa?" tanya Gracia di sela-sela kegiatannya.

"Lo ngga tau? Hari ini guru rapat,kan mau ngadain expo" ucap Ghares terseyum tipis namun tak melihat ke arah Gracia.

"Expo? Kok gue ngga tau? Lo tau dari mana Kak?" Gracia menghentikan kegiatannya dan menatap Ghares yang kini sedang memeras kain lap nya.

"Dapet bocoran."

"Udah lanjut, bentar lagi mau selesai ini" ucap Ghares menyuruh Gracia untuk fokus kegiatan mereka.

"Aishh! Lagian kenapa gue mau si di suruh-suruh sama lo!" ucap Gracia tiba tiba mengingat. Namun, Ghares hanya menghela nafasnya dan memilih tidak menjawab.

Kadang sifat Ghares yang berubah ubah membuat Gracia bingung, sebenarnya Ghares ini tidak menyukai dirinya atau tidak?.

"Dasar bunglon."gumam Gracia menatap sinis pria yang sedang melakukan kegiatan itu.

"Lo laper?" tanya Ghares pada Gracia.

"Pake nanya!" sungguh! Perutnya dari istirahat belum ia isi, ditambah lagi Ghares mengajaknya untuk membereskan ruangan ini.

"Mau apa?" tanya Ghares yang keringatnya sudah membasahi bajunya

"Terserah deh."

"Kalo gitu lo yang beli, gue nitip nasi campur." ucap Ghares yang kini memberikan uang 100k kepada Gracia.

"Masa gue!" teriak Gracia tak suka.

"Terus harus gue gitu? Lo ribet, mending pilih sendiri sana!" ucap Ghares mendorong bahu Gracia keluar.

"ISHH! NYEBELIN LO KAMPRET!" teriak Gracia di depan pintu yang sudah ditutup oleh Ghares.

Dengan kesal Gracia menendang pintu itu lalu berjalan menuju kantin belakang yang lebih dekat, karena ruangan teater yang baru ia bersihkan itu berada di gedung belakang. Mungkin karena jauh ruangan itu tak di pakai untuk kegiatan sekolah. Seperti begitu.

*****
"Cello! Pesenin gue es buah gih, sekalian" suruh Ebra pada Marcello yang kini menatap sengit dirinya.

"Nitip elah! Pelit lo! Gak minta di bayarin ini" ucap Ebra yang tau bahwa Marcello akan menolak.

"Punya kaki buat apaa?"

"Buat nendang muka Relga" tawa Ebra ngasal.

Namun, akhirnya Marcello tetap membelikan nya. Sekalian dirinya juga ingin membeli es jeruk peras buatan Umi Tami yang sangat enak itu.

"Bu! Nasi bungkus satu!" pesan Marcello ke stand makanan berat di samping stand Umi Tami itu.

Setelah semuanya siap Marcello dengan tak ikhlas memberikannya pada Ebra yang sudah pasti akan bilang.

"Pake uang lo dulu ya? Hehe... Besok gue ganti" selalu seperti itu, pada akhirnya besok juga tak Ebra bayar. Kadang-kadang.

"Iye!"

"Lo baik banget si Cell, beliin gue nasi lagi. Gimana kalo kita pacaraan aja, sebagai bayarannya?"

"Najis lo Bh! Mending kagak usah bayar dah lo sekalian" ucap Marcello jijik, Ebra mah hanya tertawa kencang emang itu tujuannya agar dirinya tak bayar.

Ebra kini kembali fokus ke makannya es buah+ Nasi.

Aneh! Ya memang. Ini bukan di sebut orang indonesia asli yang apa apa serba Nasi. Namun, ini sudah masuk kategori orang gila! Orang mana yang memakan es buah campur Nasi selain Ebra?.

"Huekkk! Sumpah Bh, walaupun lo dah sering makan ginian di hadapan gue, masi mau muntah gue anjing!" ucap Relga dengan muka memerah menutupi mulutnya dengan kaos.

"Hahaha iya! Gue juga sebenarnya mah Rel, lo nggak enek apa Bra?" ucap Marcello menatap ngeri es buah yang kini sudah di tambahkan nasi itu.

"Makanya, kata gue juga cobain Asw! Enak! Percaya sama gue deh"

"Ogah! Kayak makanan bebek anjir, nggk layak makan" tolak Marcello mentah mentah.

"Sini gue deskripsi in rasanya. Lo bayangin ya?  Kan es buah tuh manis,seger ya kan? Dan Nasi itu hambar ada manis manis nya dikit. Mereka nyatu cocok lah!" ucap Ebra kepada kedua temannya itu.

Huekk!

Perkataan Ebra membuat keduanya muntah, dengan muka memerah Relga melambai kan tangannya tak kuat membayangkan bagaimana rasa nya.

"APASII KALIAN! ENAK TAU, PAKE MUNTAH LAGI BANGSAT! GUE LAGI MAKAN!" teriak Ebra menutup matanya.

"Gue ngerti perasaan lo Bra! Tapi mau lo jelasin se enak apapun, rasanya gak ngotak di gue! Nasi Bra! Bayangin Nasi! Gakk geli apa lo ngerasain tekstur nya?" ucap Relga memegang Kedu bahu Ebra menyadarkan.

"Emang Nasi salah apa sama lo si Rel?! Tega banget ngatain Nasi geli, gimana kalo dia denger!" ucap Ebra berdiri menatap nyalang Relga.

"Stres lo!"

"Gimana kalo dia denger terus dia nangis?!  Gara-gara di katain geli sama lo?! Kata Emak gue Nasi bisa nangis tau!" ucap Ebra meninta jawaban.

"Tapi emang Nasi sama Es buah nggak bisa nyatu! Takdir! lo ngga bisa ubah Bra!" ucap Relga yang kini mulai mengikuti drama Ebra, Marcello kira Relga waras ternyata sama saja.

"Bu Nasi campur satu sama es teh"

"Tega banget si lo! Rel, Es buah sama Nasi bisa nyatu! Lo ngga boleh gitu, kasian mereka. Gara-gara manusia egos kayak lo mereka harus pisah? Punya otak ngga?!"

"Lo yang gak punya otak! Harusnya lo sadar kodratnya! Nasi+Es buah selamanya nggak akan nyatu! Lo harus terima Bra!" teriak Relga frustrasi.

"Nih Neng, 30rbu semuanya" ucap penjual pada Gracia

"E-eh iya ini Bu, Itu? Mereka berantem ngga ada yang misahin?" tanya Gracia bisik bisik. Takut juga jika harus terlibat dengan mereka. Gracia tak tau saja apa yang sedang mereka ributkan.

"Jangan heran jangan bimbang, sama mereka udah pasti gila sampe tumbang" ucap penjual nya tiba tiba dengan kosa kata yang tentu tidak dimengerti oleh Gracia.

"M-maksud nya Bu?" ringis Gracia merasa orang-orang aneh ada disekitarnya.

"Iya dari dulu Neng, ngeributin Es buah kalo di campur sama Nasi cocok engga, nggak ada yang mau ngalah jadi gitu" ucap Ibu penjual lesu lalu masuk meninggal kan Gracia yang linglung. Menatap Kakak kelasnya—Marcello yang kini tengah memijat kepala nya ntah kenapa.

Buru-buru Gracia keluar dari kantin menghindari orang-orang aneh itu.

*****
Dadahh! Sampai jumpa di next part!

GRACIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang