EMPAT BELAS

10 1 0
                                    

"Hai? Lo temennya Gisella kan?" Gracia menoleh kaget menatap laki laki yang baru saja berkata itu.

Siall! Itu Narenka laki-laki yang harus ia hindari!

"Iya, kenapa ya Kak?" jawab Gracia bingung

"Ah enggak, gue liat lo sendirian aja di halte. Lagi nunggu jemputan? Gue enggak keberatan kok kalo lo mau nebeng sama gue" ucap Narenka terseyum, Gracia mendelik heran pada Narenka.

Gracia tadinya memang sedang menunggu kendaraan umum namun ntah kenapa tidak ada yg lewat. Mungkin karena sudah sore menjelang maghrib para kendaraan umum tidak beroperasi.

"Enggak usah Kak, gue nunggu angkot aja" tolak Gracia pelan

"Enggak papa lagi, santai aja sama gue mah. Udah ah yok! Udah mau gelap nih"ajak Narenka pergi menuju motornya.

"Gue nggak mau ngerepotin lo Kak, lo pulang aja sana" ucap Gracia berharap Narenka segera pergi dari hadapannya itu. Sungguh! Ia tak mau terlibat hutang budi pada laki laki itu

"Angkot nggak bakal ada, lo nurut aja kenapa si? Susah amat" balas Narenka yang membuat Gracia tercengang

Bahkan mereka belum kenal dekat, kenapa laki laki itu sangat berani menyuruh nya dengan tidak sopan? Sial, ternyata sifat aslinya begini.

Namun dia benar juga, angkot tidak akan lewat jika sudah petang di daerah ini. Memanfaatkan nya akan lebih baik bukan?.

"Iyaudah deh ayo"

Mereka berdua pergi membelah keheningan kota, mereka juga tidak berbicara satu sama lain hingga tiba di depan rumah Gracia

"Makasih Kak"

"Iya sama-sama, btw haus nih" ucap Narenka memegang dahaganya

"Oh lo mau minum?"

"Boleh, kalo lo nawarin" ucap Narenka tersenyum lebar

Tidak ada yang menawarkan disini, Gracia hanya bertanya. Kenapa laki-laki ini sangat bermuka tebal? Gracia mengutuk dirinya yang dulu pernah suka pada pria seperti ini.

"Duh sorry banget Kak, pembantu gue lagi cuti. Nih lo beli minum sendiri aja ya? Noh di warung situ" ucap Gracia menujuk warung madura yang terlibat buka. Sembari memberikan Narenka uang 20ribu rupiah.

"Lah? Tap——

Gracia langsung berlari buru buru kedalam rumah sambil melambaikan tangannya pada Narenka

"Sialan tuh cewek"gumam Narenka meremas uang yang ada di genggamannya sambil tertawa tak percaya

••••••

Gracia menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri yaitu mie instan dengan toping sosis. Dirumahnya kini sedang ada Dokter Mayang yang tengah memeriksa Renata.

"Makan Dok" tawar Gracia saat Mayang menghampiri nya

"Iya, kamu makan yang banyak Gracia" ucap Mayang mengelus rambut Gracia pelan

Ia merasa kasihan pada Gracia yang harus makan makanan yang tidak sehat, di lemari penyimpanan makanannya hanya ada makanan instan saja. Ya walaupun Mayang tau karena Renata tidak pernah memasak untuk Gracia.

Gracia tersenyum canggung, bingung memulai obrolan dari mana. Karena Gracia tidak pandai memulai obrolan jujur saja.

"Enm.. Gimana keadaan Rena— maksudnya Ibu?" sial, pasti ini gara gara Gracia sudah terbiasa menyebut Ibunya dengan nama ia jadi keceplosan.

"Ibu kamu... Emm sudah membaik kok. Jangan khawatir" Mayang terseyum masam. Tidak tau harus memberi tahu Gracia atau tidak keadaan Renata yang semakin memburuk.

Pasalnya Renata sendirilah yang tidak ada kemauan untuk sembuh. Obatnya hanya ia minum ketika sedang ada Mayang saja.  Selebihnya dia tidak meminum nya itulah mengapa keadaan makin buruk.

"Jangan bohong. Buruk ya? " ternyata anak ini tidak mudah untuk di bohongi

"Iya Grac, maafin Tante. Tapi Ibu kamu sendiri yang enggak ada kemauan untuk sembuh" Mayang menggenggam tangan Gracia dengan merasa bersalah

"Aku udah duga si Dok, karena Ibu jadi sering pingsan sekarang"

"Aku harus gimana Dok?" mata Gracia berkaca-kaca. Walaupun tidak dipungkiri bahwa Renata menyusahkan hidupnya namun Gracia mulai menyayangi wanita rapuh itu. Dia tak mau kehilangan Renata. Sungguh.

Mengingat kisah hidup Renata yang begitu tragis dan memilukan.

"Kita enggak bisa apa apa Grac, kecuali Ibu kamu ada kemauan untuk sembuh itu udah cukup membantu Tante buat nyembuhin Ibu kamu"

"Kamu coba ngobrol ya? Bujuk Ibu kamu Gracia" harapan Mayang hanya Gracia ia yakin anak itu bisa membuat Renata semangat lagi.

"Aku enggak tau, tapi apa bisa?" balas Gracia ragu

"Bisa!"

"Dok? Kenapa engga bawa Papa aku aja kesini buat bujuk Ibu? Kelihatannya Ibu masih sayang sama Papa. Aku yakin Ibu pasti nurut"

"Gracia engga se-simple itu sayang, apa kamu mau liat Ibu kamu terpuruk lagi? Ya mungkin Papamu bisa buat Renata semangat dan sembuh tapi ketika Ibu kamu udah sembuh pasti Papamu merasa tugasnya sudah selesai"

"Dan kembali ke keluarga nya, kemungkinan Ibu kamu akan drop dan terpuruk lagi dan keadaannya akan seperti ini juga Grac" ucap Mayang

"Ini bukan tentang Ibu kamu saja, ini menyangkut keluarga Papa mu yang baru yang mungkin nggak akan setuju Gracia" lanjutnya

"Kenapa Papa jahat Dok? Dia kenapa ninggalin Ibu sama aku! Kenapa Papa enggak pernah nengokin aku disini?!" tanya Gracia menuntut jawaban dari Mayang yang tidak bisa menjawabnya. Lebih tepatnya Mayang tidak ada hak untuk membuka mulut untuk itu.

Semuanya kesalahan masa lalu mereka.

Dan anaknya adalah korban.

"Sayang jangan terlalu memikirkan orang yang enggak mikirin kamu, kamu harus fokus kesembuhan Ibu kamu bikin tujuan baru di hidupnya yang bikin dia mau berjuang. Oke?"

Gracia mengangguk walaupun ragu menusuk jiwanya.

Ia akan bicarakan ini besok pada Renata karena hari ini terlalu lelah.

*****

Cerita ini makin aneh ngga sii:(((

Makasii yang udh vote, kalian buat aku seneng!

GRACIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang